"Abang udah pulang?" Tanya Alea sedikit kaget mendapati Arez yang sedang duduk di ruang tamu.
"Dari tadi,"
"Kok aku gak tau? Kok gak manggil-manggil dulu, sih?"
"Ngapain? Toh juga gak penting, kan?" Jawab Arez sekenanya.
"Kan setidaknya biar aku tau kalo abang dah pulang."
"Udah. Lu urus saja urusan lu. Gua mau keluar bentar, beli nasi."
"Iya," jawab Alea singkat.
"Mau lauk apa? Buruan."
"Terserah Abang aja."
"Kenapa ya cewek-cewek kok ribet amat? Tinggal jawab gitu pengen apa. Kalau di sebutkan kan enak tinggal di beli."
"Namanya juga cewek. Kalo gak gitu ya bukan cewek namanya."
"Iya. Rata-rata cewek itu ribet."
"Gak semua cewek kek gitu. Tapi kalo yang kek gitu sudah pasti cewek." Alea cekikikan.
Tak mau pusing, Arez berlalu meninggalkannya.
Malam itu mereka lalui dengan diam-diaman, karena memang tidak ada topik yang akan di bicarakan.
Menjalani hari bak orang asing. Satu rumah tapi tapi tak saling bertegur sapa. Dekat seperti jauh. Ada seperti tak ada. Mereka sama-sama menyibukkan diri dengan urusan masing-masing dan tak saling mencampuri. Bicara hanya seperlunya. Selebihnya tetap ada jarak yang membentang jauh. Dan kalaupun bicara yang ada hanya pertengkaran.
Seperti sebelumnya. Mereka adalah orang asing. Orang asing yang yang tak sengaja di pertemukan dan harus menjalani keasingan ini entah sampai kapan.
*****
Pagi kembali menjelang. Matahari mulai merangkak naik ke permukaan.
Tampak seorang sudah stay di depan rumah Arez dan Alea. Ia adalah Nathan yang sudah datang menjemput gadis itu.
Arez yang sedari tadi duduk ngopi di teras hanya memperhatikan. Hingga tak lama Alea keluar dari pintu, ia terlihat sudah siap dengan seragamnya dan juga sangat wangi.
"Hari ini Abang gak perlu anter aku. Aku berangkat sama temen." Ucap Alea pada Arez.
"Oh, jadi cowok yang dari tadi nunggu di depan itu temen lu?"
Alea mengangguk. "Iya. Dia Kak Nathan. Temen satu sekolah."
"Baguslah. Jadi gua gak perlu repot-repot."
Alea menyunggingkan senyum kecil.
"Berteman sewajarnya jangan terlalu berlebihan." Sambung Arez kemudian.
"Iya. Aku berangkat dulu."
"Iya hati-hati."
Alea bergegas.
"Alea!" Panggil Arez membuat Alea menoleh.
"Kemari!"
Alea kembali menemui Arez.
Arez kemudian menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah.
"Buat lu jajan." Ucap Arez tanpa ekspresi.
Sempat diam sejenak, akhirnya Alea menerima uang itu. "Makasih, Bang."
"Iya. Sana berangkat. Ntar telat lagi."
Kali ini Alea benar-benar berlalu dari hadapan Arez. Arez hanya memperhatikan hingga Alea dan Nathan hilang dari pandangan.
Arez masuk ke dalam rumah. Ia juga harus siap-siap berangkat kerja.
****
"Itu tadi siapa?" Tanya Nathan di sela kefokusannya menyetir.
"Itu Abang ku."
"Oh. Jadi kamu di rumah cuma berdua?"
"Iya. Ortu kerja di luar pulau."
"Tapi Abang kamu gak marah, kan?"
"Enggak. Abang ku gak pernah larang aku mau ngapain juga. Lagian aku juga gak aneh-aneh."
"Kapan-kapan kenalin, ya. Siapa tau kita se frekuensi." Ucap Nathan.
"I--ya. Nanti," Alea sedikit gugup. Dalam hatinya berkecamuk. Sudah banyak kebohongan yang sudah ia lakukan untuk menutupi statusnya. Akankan orang-orang akan memaafkan jika mengetahui kebenaran di hidupnya?
Alea akui semua ini adalah salah. Tapi harus bagaimana. Tekadnya sudah bulat, tidak boleh ada yang tau. Dan sebisa mungkin ia harus menutupi semua itu rapat-rapat hingga semuanya berakhir.
"Aku juga berhak menata hidup ku sendiri. Lagian pernikahan ini karena terpaksa. Untuk apa aku jalani kalau hatiku saja tidak bisa menerima."
Kebanyakan melamun membuat Alea tak sadar mereka sudah sampai di sekolah. Nathan hanya tersenyum melihat wajah Alea yang seperti orang kebingungan.
"Makanya jangan banyak ngelamun." Ucap Nathan tertawa.
Alea tersenyum getir sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Bunda satria
aq berharap aries Ama alea jadian
2022-03-21
1
Yosi Erdawati
ljutt thor
2022-03-21
1