"Namaku Alea Kirana. Aku tujuh belas tahun. Asal ku dari Jakarta." Alea memperkenalkan diri secara singkat. Tidak ada yang terlihat istimewa. Semua orang biasa saja.
"Selamat bergabung di Sekolah ini, Alea. Kamu boleh duduk. Kalau ada yang tidak kamu mengerti, jangan sungkan untuk bertanya. Boleh pada ibu atau pada teman-teman kamu."
"Terimakasih, Bu."
Alea berjalan menuju bangku kosong yang berada paling belakang. Pastinya, bangku itu sudah di siapkan untuk dirinya.
"Alea matanya sehat, kan? Gak minus? Gak apa-apa duduk di belakang?" Tanya bu Harum--guru yang sedang mengajar saat itu.
"Enggak, Bu."
"Baiklah, silahkan duduk dan mengikuti pelajaran."
Selanjutnya, aktivitas belajar mengajar berlangsung seperti biasa.
***
Jam istirahat,
Dua gadis menghampiri Alea. Mereka terlihat saling dorong-dorong berjalan menuju gadis itu.
"Koe nganah, ya!" Ucap salah seorang gadis itu.
"Ih! Koe baen, lah!" Balas gadis satunya.
Alea kebingungan menatap mereka berdua yang cengengesan.
"Maaf." Ucap gadis berambut keriting lebat itu yang bernama--Olin.
"Maaf, ya. Bocah siji kie tah emang mandan-mandan." Balas temennya yang bernama--Ivi.
Alea menyunggingkan senyum dan hanya tersenyum.
Olin dan Ivi menyodorkan tangan secara bersamaan, dan menyebutkan nama mereka masing-masing.
Alea meyambut tangan itu secara bergantian dan juga menyebutkan namanya.
"Koe temenan sekang jakarta, yah? Terus nang kene, koe karo sapa?" Tanya Olin yang mulai duduk di bangku depan Alea. Ivi tak mau kalau hanya berdiri diam di sana. Tanpa ragu ia menyeret sebuah kursi dan menempatkan posisi di sebelah Alea.
"Koe tembe pindah apa priwe? Apa nang kene ngekos? Biasane kan kaya kue mbok, ya?"
"Koe wis madang, urung? Pada ngaring kantin yuh, bareng!"
Alea mengernyitkan dahi. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kepriwe?" Tanya Olin.
"Itu ... maaf, aku gak ngerti apa yang kalian omongin." Alea tersenyum getir.
"Allahu! Iya juga, sih. Deweke kan udu wong kene." Olin menepuk jidat.
"Dudul , Olin!" Celetuk Ivi.
"Koe ya pada baen!"
Alea tertawa memperhatikan tingkah keduanya yang saling menyalahkan.
"Bearti harus ngomong lu gua lu gua, ya?" Tanya Olin.
"Gak juga. Aku kamu juga gak apa-apa, kok." jawab Alea di sertai senyum canggung.
"Lu gua aja, biar keren!"
Lagi-lagi Alea tertawa.
"Itu. Tadi itu gua nanya. Lu di sini tinggal sama siapa?" Jelas Olin.
Alea gelagapan mendengar pertanyaan Olin.
"Gua tinggal sama Abang." Jawab Alea.
"Abang kandung?"
"I--iya,"
"Berdua doang? Emang ortu kemana?"
"I--ya, cuma berdua. Ortu kami ... lagi ada kerjaan di luar pulau."
"Jadi kalian baru pindah di Kota ini?"
"Iya."
"Oh. Oke. Santai aja. Di sini orangnya baek-baek. Jangan takut." Ivi memegang pundak Alea.
"Jangan ngerasa sendiri. Kalau gak ada temen, kita ada, kok. Iya kan, Vi?" Sambung Olin.
"Yajelas!"
"Makasih, ya."
"Selow!"
Mereka ngobrol banyak hal. Dan sesekali kedua gadis itu menunjukkan kekonyolan yang membuat Alea terbahak-bahak. Tapi, ada juga kerinduan yang melintas ... merindukan suasana di kelas lamanya. Melihat tingkah Olin dan Ivi mengingatkan Alea pada Bella dan Cika.
***
[Udah pulang belom?]
Sebuah pesan WA dari nomor baru masuk di HP Alea saat ia baru saja keluar dari gerbang sekolah.
"Siapa?" Gumam Alea sembari meng-klik foto profilnya.
Seketika wajah Alea masam kala melihat foto cowok terpampang di sana. Foto cowok sendirian yang memakai hoodie putih--Arez.
"Lha? Sejak kapan dia punya nomor gua?" Ucap Alea heran. Ia mulai mengetik untuk membalas pesan itu.
[Udah. Terus aku pulangnya gimana?]
Sesaat Alea menunggu balasan.
[Naek angkot aja. Ntar gua share alamatnya. Gua masih kerja. Jadi gak bisa jemput.]
[Iya!]
[Jangan salah. Angkotnya yang warna putih. Ntar lu nyasar lagi!]
[Iya!]
[Duit ada?]
[Ada.]
[Yaudah hati-hati. Langsung pulang ke rumah. Jangan kelayapan. Gua pulang jam 4.]
[Iya.]
[Kalo laper beli aja di depan rumah banyak warteg.]
[Iyaaaaaaaaa!]
[Yaudah! Sonoh, lu!]
Alea membaca pesan itu tanpa membalasnya. Segera ia memasukan HP ke dalam saku baju dan berjalan menuju jalan raya untuk menunggu angkutan umum.
Kalau dulu ia biasa di jemput oleh pak Hendi, sekarang ia harus membiasakan diri pulang sendiri dengan angkutan umum.
Tak lama kemudian, angkutan datang.
"Pak, anter ke alamat ini, ya." Ucap Alea menyodorkan HP, sebelum naik.
"Siap, Dek." Ucap sopir dengan senyuman.
HP Alea kembali mendapat notifikasi pesan masuk.
Jantung Alea berdetak kala melihat nama yang tertera di layar HP.
"Melisa ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
bunga
ngakak aku thor.. bacane.. pdhl ak tiap hari dnger bahasa ky gitu..
2022-05-24
1
Lena Lena
lanjut
2022-05-22
1
Irawan Radiansyah
lanjutin LG donk KK crta'y.
2022-02-18
1