Masih belum percaya. Itulah yang kini dirasakan pemuda tampan berusia dua puluh enam tahun bernama Arjuna.
Dirinya yang sengaja keluar malam dari kios untuk mencari makan, namun dikejutkan dengan kehadiran dua insan yang tak pernah dia duga.
Jaka, sang saudara sepupu dan Melati, janda toko sebelah yang telah mencuri perhatiannya terlihat jalan berdua. Bukan hanya jalan berdua yang membuat pria yang akrab dipanggil Juna itu terkejut. Namun kabar peertunangan yang akan dirayakan sang sepupu dalam waktu dekat itu lah berita yang paling mengejutkan.
Jujur dari dalam hati Juna, dia juga tertarik dengan janda toko sebelah. Selain cantik, wanita itu terlihat angun dan mandiri. Itu yang membuat Juna tertarik pada Melati.
Namun sayang, langkahnya kalah cepat dari sang sepupu, Perjaka. Tidak dipungkiri Jaka juga mempesona seperti dia. Dan Jaka juga terlihat lebih kalem daripada Juna yang kadang suka pecicilan. Mau tidak mau dia pun harus memendam perasaannya. Juna tidak ingin terjadi perang saudara hanya gara gara wanita. Apalagi keluarga besar mereka memang tidak pernah terlibat perselisihan saudara yang sangat berat.
Selama hidup di kota kecil ini, Juna memilih tinggal di kios daripada ikut pakdenya yaitu bapak Jaka. Juna yang memang sudah biasa mandiri merasa lebih nyaman hidup sendiri. Apalagi kios yang dia sewa selama dua tahun itu berlantai dua dan bisa ditinggali.
Setelah mendapat makanan dan beberapa cemilan serta minuman, Juna melajukan motornya kembali menuju kios. Namun saat dalam perjalanan pulang, tiba tiba di dikejutkan dengan suara
Sraakk! Brakk!
Di depan matanya, Juna melihat motor tergelincir dan menabrak sebuah tembok di dipinggir jalan. Sontak saja Juna dan beberapa orang yang melihat kejadian itu segera berhambur turun tangan memberi pertolongan.
Terlihat disana seorang perempuan terguling dan tersangkut pohon di tepi jalan.
"Aduh!" Pekik perempuan tersebut.
Beruntung perempuann itu tersangkut, tidak terbawa motor yang hancur dibagian depannya akibat benturan dengan tembok.
"Mba, mba ngak apa apa?" Tanya salah satu warga begitu melihat kondisi perempuan yang sedang meringis.
"Kakinya lecet lecet itu. Mending bawa rumah sakit segera, cepat!" Ucap salah satu warga yang lain.
"Tapi bawa pake apa? Nggak ada mobil lewat?" Ucap warga yang lain.
"Pakai motor aja, sepertinya cuma kaki yang parah. Untung pake helm." Ucap yang lainnya.
"Biar aku yang mengantarnya. Tolong bantu saja perempuan itu naik motor saya. Biar saya yang membawanya ke rumah sakit." Ucap Juna dan beberapa warga yang menolongnya tampak setuju dengan usulan pria itu.
Dibopongnya tubuh wanita itu dan didudukkannya di jok belakang dan dilingkarkan kedua tangannya ke pinggang Arjuna.
"Mba, bisa tahan sakit sebentar, kan?" Tanya Juna.
"Bisa, Mas." Jawab perempuan itu sambil sesekali merintih.
Setelah merasa sudah siap, Juna segera mengantar perempuan itu ke rumah sakit yang jaraknya memang dekat.
Sepuluh menit kemudian tibalah Juna di ruang IGD. Seketika perempuan itu langsung di sambut beberapa perawat dan dibawanya ke salah satu brangkar yang ada di ruang tersebut dan Juna mengikutinya.
"Mba, nama mba siapa? Ini mau saya daftarkan buat administrasi." Tanya Juna kepada perempuan yang terbaring di hadapannya.
"Wulan, Mas, dua puluh lima tahun." Jawabnya.
Juna segera saja pergi ke loket pendaftaran. Berhubung tidak ada warga lain yang ikut, mau tidak mau Juna bertindak sebagai walinya Wulan.
Semenatara itu demi menghindari polisi, warga menyembunyikan motor sang korban di salah satu rumah warga yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Setelah melakukan berbagai pemeriksaan dan di lakukan penanganan, beberapa saat kemudian perempuan bernama Wulan itu sudah sedkit lebih tenang dari sebelumnya.
Beruntung tak ada luka yang terlalu parah. Bahkan luka dalam pun sama sekali tidak terdeteksi. Hanya lutut, betis dan kakinya yang terlihat lecet lecet karena Wulan memakai rok yang longgar selutut.
Juna menghampiri wanita bernama Wulan di brangkarnya.
"Gimana, Mba? Apa kata dokter? Apa ada yang parah?" Taanya Juna nampak panik.
"Alhamdulillah, Mas. Tidak ada ya terlalu parah, Paling kaki tuh" Jawab Wulan yang sesekali terlihat meringis menahan perih.
"Syukurlah, Mba rumahnya mana? Apa mba wulan bisa menghubungi keluarga?" Tanya Juna.
"Saya dari kota sebelah, Mas. Apa Mas membawa tas, saya?" Jawab Wulan.
"Apa? Tas?" Tanya Juna terkejut dan perempuan itu mengangguk.
"Tidak. Aku tidak membawa apa apa, Mba. Soalnya tadi aku dan warga yang lain panik, jadi segera saja membawa mba Wulan ke sini." Terang Juna.
"Aduh! Terus bagaiamana aku bisa menghubungi keluargaku, Mas?" Keluh Wulan dan Juna pun ikut bingung.
"Terus motorku bagaimana?" Tanya Wulan lagi.
"Yang pasti depannya hancur, Mba. Mungkin masih di tempat kejadian. Mba jangan terlalu memikirkaan soal motor dulu. Mending Mba Wulan nyari cara memberitahu keluarga, Mba." Usul Juna.
"Ya aku bingung, Mas. Orang ponselku ada di tas. Aku nggak hafal nomer keluargaku satupun " Cicitnya
"Astaga!" Pekik Juna tak percaya.
"Di daerah sini, Mba ada kenalan nggak? biar nanti aku yang datangi?" Tanya Juna lagi.
"Nggak ada, Mas, ini aja tadi aku sedang dalam perjalanan pulang" Jawab Wulan semakin membuat frustasi.
"Aduh! Terus ini gimana caranya menghubungi keluargamu, Mba? Bisa bisa mereka khawatir." Keluh Juna.
"Ya sudah, Mas. Aku tinggal saja nggak apa apa. Biar nanti aku cari cara sendiri saja." Balas Wulan.
"Aduh, Mba. Jangan ngarang deh. Lihat keadaaanmu bagaimana, Mba. Sedangkan ini juga sudah malam terus aku disini sebagai wali sementara yang bertanggung jawab. Kalau aku pergi apa kamu bisa ngatasin? ini aja kamu sebenarnya sudah boleh pulang." Ujar Juna yang nampak semakin frustasi
"Terus bagaimana, Mas? Orang semua barangku ada di tas itu."
"Ya sudah. Aku coba tanya di tempat kejadian. Siapa tahu tas kamu masih selamat." Ucap Juna.
"Baiklah. Maaf ya, Mas." Ucap Wulan merasa tak enak hati.
Juna segera saja keluar dari rumah sakit dan bergegas melunjur ke tempat kejadian.
Naas. Setelah beberapa menit mencari dan bertanya. Tak ada satupun warga sekitar yang melihat sebuah tas disekitar tempat kejadian. Warga hanya menunjukkan keberadaan motor milik Wulan.
Terpakssa Juna kembali lagi ke rumah sakit dengan tangan hampa.
"Tas kamu tidak ditemukan, Mba." Ucap Juna begitu dia kembali mendatangi brangkar Wulan.
"Lah? Kok Bisa?" Tanya Wulan terkejut.
"Ya bisalah. Banyak kan orang yang suka mengambil keuntungan dari sebuah musibah." Terang Juna.
"Terus aku bagaimana?" Tanya Wulan. Antara panik dan bingung. itulah yang sedang dia rasakan saat ini. Begitu juga Juna.
"Begini aja deh, Mba Wulan ikut pulang saya saja dulu, bagaimana?"
"Apa!"
@@@@@
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
ardan
baju coklat sangat ditakuti yah kalo dikampung ada kecelakaan, nambahin derita yahhh, wkwkwk
2024-02-10
0
Karebet
👍👍👍
2023-10-22
0
Retno Anggiri Milagros Excellent
wulan tidur di rumah Juna saja .👍
2023-10-15
0