Siang kini menjelang. Jaka kembali tertidur setelah semalam menginap di kios milik kekasihnya. Dan siang ini dia baru terbangun setelah tertidur beberapa jam.
Memutuskan berhenti bekerja memang bukan perkara mudah. Jaka pun merindukan rutinitas itu. Namun jika teringat pahitnya dunia pekerjaan yang dia jalani, keputusan untuk berhenti memang layak diambil dari pada terus mempertaruhkan iman dan emosinya.
Dan sepertinya saran yang Jati berikan akan benar benar serius dia kerjakan. Sudah saatnya dia bekerja untuk dirinya sendiri juga mimpinya.
Perkenalannya dengan Melati dan kedekatannya juga membawa pengaruh sendiri bagi seorang Jaka. Melati yang hanya seorang janda, dia mampu berdiri di kakinya sendiri dengan usaha yang keras dan pantang menyerah. Kehidupan pahit yang menderanya seakan akan menjadi kekuatan bagi Melati untuk melawan jalan hidup yang perih.
Sungguh meski Melati seorang janda, Jaka merasa beruntung bisa memilikinya.
"Jak..!! Jaka.." Teriak emak dari luar kamarnya.
"Iya mak.." Jawab Jaka dengan suara khas bangun tidur.
Jaka dengan malas bangkit menuju pintu dan membukanya.
"Ada apa mak?"
"Tuh ada yang nyariin." Jawab emak.
"Siapa?"
"Tejo. katanya ada perlu."
"Ya udah, mak nggak kepasar?"
"Bentar lagi. mak belum selesai masak." Ucap emak sembari berlalu ke arah Dapur.
Dan Jaka beranjak ke teras menemui orang yang memang dia kenal.
Tejo adalah salah satu teman Jaka, dia berasal dari kampung sebelah. Meski sekarang tak begitu akrab, namun dulu Tejo dan Jaka pernah sangat akrab pada saat saat masih sekolah. Hubungan mereka renggang karena Tejo harus merantau. Kini Tejo kerjanya serabutan. Entah apa sebabnya Jaka tidak terllau ingin tahu.
"Eh Jo, tumben main?" Sapa Jaka begitu langkah kakinya menapaki teras rumah.
"Iya nih Jak. lagi pengin aja kesini." Ucap Tejo beralasan.
"Kamu nggak kerja Jak? Aku pikir kamu jam segini kerja? Tahunya kata emak kamu sudah keluar?" Tanya Tejo lagi.
"Iya Jo. Cape kerja mulu. Pengin belajar usaha aja." Jawab Jaka setelah mendudukkan dirinya di kursi sebelah Tejo.
"Malah lebih bagus tuh usaha sendiri. usaha apa? kaya orangtua?" Tanya Tejo antusias.
"Nggak, rencananya mau buka bengkel."
Jaka mengambil rokok yang tergeletak dimeja. Rokok yang tadi pagi dia lupa bawa ke dalam saat pulang dari kios Melati.
"Nah iya, kamu kan punya bakat di bidang itu." Ucap Tejo.
Untuk sementara mereka terdiam sambil menikmati rokok masing masing. Jaka memperhatikan gerak gerik Tejo. Di lihat dari tingkahnya, sepertinya Tejo sengaja kesini memang mau ngomong sesuatu. Namun Jaka tak mau menanyakannya, dia menunggu Tejo saja yang bicara nanti
"Kamu sekarang lagi pacaran sama orang mana Jak?" Tanya Tejo tiba tiba.
"Kenapa?" Tanya Jaka heran.
"Ngga, pengin tahu aja, kali aja kamu lagi deket sama sesorang." Ucap Tejo. Wajahnya nampak jelas terlihat memang dia ada maksud datang kesini.
"Hahhah, bingung mau jalan sama siapa?" Ucap Jaka dusta. Dia sudah mencium bau tak sedap dari arah pembicaraannya dengan pria disebelahnya.
"Masa bingung, yang suka sama kamu kan antri Jak, tinggal tunjuk pasti
nggak ada yang nolak." Ujar Tejo.
"Hhah maunya, tapi nyari yang pas di hati tuh susah, kalau nggak pas ya malas Jo."
"Iya sih. Eh mau aku kenalin nggak sama cewek?" Tawar Tejo dan dalam hati Jaka berkata akhirnya dia tahu tujuan Tejo kesini mau apa.
"Siapa?" Tanya Jaka sedikit penasaran.
"Kenal Ayu nggak?" Ucap Tejo. Wajahnya terlihat semangat.
"Ayu?"
"Iya Ayu, yang buka salon di deket smp kita itu loh. Dulu kan dia adik kelas kita." Ucap Tejo dan Jaka sejenak mengingat ingat.
"Ayu, mantan istrinya Arif?"
"Iya, dia. Kamu mau aku kenalin sama dia?"
"Kenalin? orang udah kenal juga."
"Iya tahu, tapi kan maksud aku, kamu aku deketkan sama dia? mau nggak? dia sudah lama loh naksir kamu. Bahkan ketika dia masih nikah sama Arif." Tawar Tejo benar benar terlihat antusias.
"Kenapa nggak sama kamu aja?" Jaka membalikkan penawaran.
"Kalau mau Jak, dianya nggak mau." Ucapnya terlihat sendu.
"Tapi sayang baget tuh jo, aku nggak minat." Ucap Jaka jujur.
"Loh kenpa? dia cantik loh, baik, pintar masak pintar merawat diri dan punya usaha. Cocoklah Jak sama kamu." Tejo benar benar sangat semangat meyakinkan.
"Ya menurutmu Jo, tapi menurutku, aku nggak cocok gimana?" Tanya Jaka berusaha santai.
"Ya kan bisa dicoba dulu jak." Ucap Tejo sedikit memaksa.
"Nggak mau Jo. aku kalau nggak cocok ya engak, mana ada pake coba coba segala."
"Ayolah jak, Mending mau, dia serius loh beneran mau sama kamu."
"Kok kamu jadi maksa? kenapa nggak sama kamu aja."
"Tapi dia serius pengin sama kamu Jak."
"Bodo amat, kamu jauh jauh kesini cuma mau nawarin janda?" Tanya Jaka dan kepalanya tergeleng geleng saking herannya.
"Ya bukan gitu Jak, aku kesini memang pengin main, sekalian gitu." Dusta Tejo.
"Halah, sudahlah males, mending aku masuk." Jaka segera bangkit dan masuk ke dalam rumahnya.
"Jak jangan gitu dong, Ayu serius suka sama kamu...!!" Teriak Tejo namun Jaka tak peduli.
Tejo terlihat sangat frustasi. Rencananya gagal. Dia berjalan gontai menuju motornya.
"Aku alasan sama Ayu apa lagi yah? Jaka benar benar nolak." Gumamnya. Dan tak lama kemudian dia pun melajukan kuda besinya.
Jaka memasuki kamarnya dengan perasaan berkecamuk. Marah dan heran, itu yang sedang Jaka rasakan. Bagaimana bisa ada orang jauh jauh kesini hanya untuk menawakan janda yang naksir sama dia. Dikiranya dia pria gampang apa bagaimana
Dalam diri Jaka, ini memang sudah sering dia alami. Hanya karena dirinya terlalu tampan, Dia sering mandapat penawaran yang kadang sangat tidak menyenangkan.
Jaka merebahkan kembali tubuhnya. Diraihnya ponsel yang tergelatak di lantai dengan kabel carge yang masih menancap. Banyak pesan masuk yang memenuhi aplikasi chat berwarna hijau. Dia hanya bisa menggelengkan kepala.
"Heran sama perempuan, udah sering aku cuekin, kok ya masih aja ngirim pesan."
Jaka hanya membalas pesan chat yang menurutnya penting saja. Terutama pesan chat dadi Melati. Bahkan kontak Melati dia tandai di paling atas.
Sementara di pasar. Tepatnya di kios, Melati terlihat sedang melayani pembeli. Begitu juga Dodit. Mereka terlihat sangat sibuk.
"Jadinya seratus dua puluh tujuh ribu mba." Ucap Melati kepada salah satu pembeli. dan pembeli itu menyerahkan uang pas kemudian pamit.
Melati melangkah menuju laci menaruh uang. Dia juga mengecek ponselnya. Keningnya berkerut dan sejenak kemudian senyumnya terkembang saat dia membaca pesan.
"Jangan telat makan calon makmum ku. Karena cantik juga butuh tenaga loh ya."
@@@@@
Nah tersangka kebun bambu dan keranda sudah keluar tuh. Makasih reader semua yang sudah mau nyampe sini. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah? dukung othor semampu kalian. Biar othor terus semangat nulisnya. Akan othor usahakan up dua kali sehari. Yang penting dukungan kalian tetap mengalir. Like Vote Rate Love dan promoin Jaka ke temen temen juga ya. Makasih Jaka Lover.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Karebet
👍👍👍
2023-10-22
0
HNF G
ganti nomer, gt aja koq repot.
2023-09-30
1
Pisces97
baru baca kak author
mau baca semua karya mu 🤗
2023-01-19
1