Setelah mendapat pesan cinta dari sang kekasih, Melati beranjak keluar toko sejenak menuju warung makan langganannya. Sementara Dodit berjaga di toko sambil menunggu waktu gantian makan.
Letak warung makan langganan Melati tak terlalu jauh. Hanya berjarak sekitar tiga kios. Sebenarnya banyak warung makan di sekitar kios Melati, tapi dia lebih suka disitu karena faktor rasa dan kebersihannya.
"Eh mba Mel? mau makan?" Sapa si ibu penjual makanan begitu Melati masuk ke warungnya.
"Iya bu, ada sayur apa aja bu?" Tanya Melati sembari melongok etalase yang berisi bermacam macam masakan.
"Tuh mba biasa lah." Melati manggut manggut
"Ya udah bu, aku minta nasi pake lauk tumis selada,perkedel nya dua sama itu tumis kulit melinjo ya?" Pinta Melati.
"Siap mba Mel." Perempuan paruh baya itu dengan sigap segera mengambil piring dan langsung mengisinya sesuai dengan pesanan janda cantik itu.
"Bawa ke toko ya bu?" Ucap Melati begitu menerima piring yang sudah diisi makanan.
"Iya mba."
Melati kembali ke toko membawa sepiring makanan. Sudah jadi kebiasaan dia, lebih nyaman makan di toko. Setelah selesai makan, nanti pemilik warung akan datang mengambil piring dan bayarannya.
Sesampai di toko dan duduk di kursi kasir, Melati langsung menyuapi mulutnya dengan makanan yang tadi dia bawa.
"Mel? Lagi ngapain?" Panggil seorang perempuan beberapa saat kemudain. Melati yang lagi asyik menikmati makanannya sejenak terhenti.
"Eh Yan lagi makan ini, sini masuk." Orang yang disuruh masuk pun menurut permintaan Melati. Dia segera masuk dan mengambil kursi palstik yang tak jauh dari tempat Melati berada.
"Kamu mau makan ngga? Biar nanti suruh Dodit pesenin?" Tawar Melati.
"Nggak usah, aku udah makan tadi." Jawab Yanti yang kini tatapannya dia layangkan ke arah Dodit yang sedang melayani.
Melati hanya manggut manggut sembari melanjutkan makannya.
"Ngomong ngomong ada apa kamu nyuruh aku ke sini?" Tanya Yanti.
Sebelum menjawab Melati menghabiskan makananya dulu. Setelah habis, dia mengambil air minum terus kembali duduk di tempat semula.
"Aku disuruh pindah sama mas Falah." ucap Melati begitu selesai minum.
"Udah pasti tu Mel, bukankah keluargamu keberatan semua kamu tinggal disana sendirian?" Ucap Yanti. Dia menarik kursinya dan membawanya di dekat Melati duduk.
"Kamu ada pandangan nggak rumah yang bisa di kontrakin?"
"kamu mau ngontrak? kenapa nggak pulang aja ke rumah?" Tanya Yanti heran.
"Enggak lah Yan. Aku selalu ingin muntah jika lihat kelakuan Siti." Keluh Melati
Yanti yang memang mengetahui cerita perceraian Melati hanya menghela nafas dalam dan dia berpikir sejenak.
"Aku sih ada tempat Mel, deket rumahnya bang Jati. tapi itu ntar lantai bawah katanya mau digunakan Jaka buat usaha." Ujar Yanti.
Dan penawaran inilah yang ditunggu Melati. Sesuai saran Jaka pas kencan kemarin. Ternyata benar Yanti langsung menunjukkan.
"Susah yah yan?" Tanya Melati sembari menopang dagu.
"Susah sih enggak Mel, Ya nanti aku coba ngomong sama bang Jati dulu, dan juga Jaka keberatan enggak. Kalau dia nggak keberatan ya mungkin rumah itu bisa kamu tempatin." Ucap Yanti dan tentu saja Melati langsung mengangguk.
"Oke deh Yan, aku tungu kabarnya."
Selain ngobrol masalah rumah, kedua perempuan yang memang sudah bersahabat sejak smp itu juga terlibat dengan obrolan ke hal lainnya termasuk bergosip. Biasa perempuan kalau sudah ngobrol pasti ada saja yang jadi bahan pembicaraan sampai tak ingat waktu.
Sementara di waktu yang sama terlihat pria paruh baya di sebuah lapak di dalam pasar sedang memilah dan membungkus jagung manis dalam karung. jagung jagung itu ditakar persatu kilo dan dimasukkannya ke plastik.
"Ini jagung sekilonya berapa Mat?" Merasa ada yang menyebut namanya, pria bernama Rahmat yang sibuk mengemas jagung pun menoleh.
"Eh Har tumben?" Abis ngapain?" Ternnyata kedua pria paruh baya itu sudah saling mengenal. Dan mereka langsung berjabat tangan.
"Ini beli benih cabe. Ini jagung manis kan Mat?" Tanya pria bernama Haryo itu.
"Iya, mau? Ambil aja." Tawar Ramhat.
"Heh, orang lagi dijual. Nggak usah." Tolak Haryo.
"Nggak apa apa, ambil aja. Aku nggak akan langsung bagkrut Har. Tenang aja." Balas Rahmat jumawa dan keduanya terkekeh.
"Bisa aja kamu Mat. Aku numpang duduk ya? Lumayan cape keliling pasar segede ini."
"Duduk aja Har. Mau minum ambil sendiri?" Ucap Rahmat. Dia sejenak menghentikan pekerjaanya.
"Tadi aku ketemu Jati dan Yanti. Usaha mereka juga kayanya makin maju aja." Ucap Haryo takjub.
"Alhamdulillah Har." Jawah Ramhat.
"Anakmu yang kedua gimana Mat?" Tanya Haryo lagi.
"Dia baru keluar kerja, mau buka bengkel katanya. Aku sih sebagai orang tua ya cuma bisa dukung doang Har." Jawab Rahmat. Dia meraih jagung jagung yang berserakan di dipan.
"Belum nikah apa gimana dia?"
"Belum, padahal banyak tuh yng nawarin anak gadisnya. Tapi entahlah. Selera anakku yang kaya apa."
"Namanya belum ketemu jodoh ya susah Mat, kaya anak bontotku itu."
"Oh iya yah, anak bontotmu katanya cerai?" Sekarang gantian Rahmat yang bertanya.
"Iya Mat. Anakku rela kerja jauh jauh eh malah suaminya selingkuh, mana selingkuhnya sama anaknya adikku lagi. Apa nggak gila." Meski kejadian itu udah lama, namun amarah dan kecewa masih menghujam di hati pria itu dan itu sangat jelas terlihat dari manik matanya.
"Benar benar keterlaluan ya Har." Ucap Rahmat
"Maka itu Mat, bingung aku sama anak bontotku. Dia bahkan nggak mau tinggal dirumah. Berkali kali mencoba di dekatkan dengan laki laki, susahnya minta ampun. Nolak mulu. Fokusnya dagang, dagang dan dagang." Keluh Haryo. Matanya menerawang, seakan akan beban hidupnya begitu berat.
"Ya sabar Har, entar kalau udah saatnya juga pasti dia mau." Ucap Rahmat dan Haryo hanya tersenyum kecut.
"Kamu mau nggak Mat punya mantu janda? Kalo mau coba anak kita suruh kenalan." Entah dapat ide darimana tiba tiba Haryo berkata seperti itu.
"Hhah bisa aja kamu Har. kalau aku sih nggak masalah anakku dapat perawan atau janda, asal wanita baik baik. Tapi kalau anak anakmu mah aku percaya Har didikanmu top." Puji Rahmat yang memang mengenal sangat baik bagaimana Haryo mendidik anak anaknya.
"Hahaha bisa aja kamu Mat."
"Ntar deh aku coba ngomong sama anakku, dia mau nggak kenalan sama anakmu." Ucap Rahmat tiba tiba.
"Kamu serius Mat?" Tanya Haryo tak percaya. Padahal tadi dia hanya niat bercanda namun malah ditanggapi serius oleh Rahmat.
"Ya kan nyoba dulu Har. Kalau anakku mau ya bisa kita bicarakan selanjutnya. Kalau nggak mau ya belum jodoh." Terang Rahmat dan Haryo menggagukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia setuju dengan apa yang di katakan Rahmat.
"Baiklah Mat, bisa dicoba."
Kini kedua pria paruh baya itu kembali berbincang. Entah apa yang mereka perbincangkan, yang pasti terlihat menyenangkan dimata yang melihatnya.
@@@@@
Walah walah walah. Mungkinkah? Tau ah. Yang pasti makasih buat para reader yang setia mendukung Jaka. Makasih banyak. Jangan lelah ngasih dukungan ya. Vote like rate love and komen biar rame dan biar othor semangat terus. Makasih. Salam Jaka lover.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
AldoArt85
Maulah saya di posisi Jaka, dikelilingi janda2 kembang ☝️😌😏
2024-06-07
0
Karebet
👍👍👍👍
2023-10-22
0
HNF G
Bpk jaka sm Bpk melati ya?? dah lah jodohin aja mereka pak😁
2023-09-30
1