"Seminggu lagi, Yang?" Tanya Jaka untuk yang kesekian kalinya.
"Iya." Jawab Melati.
Entah sudah berapa kali Jaka menanyakan hal yang sama dan juga berapa kali Melati menjawab yang sama pula, namun Jaka nampak masih tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.
Keputusan bapak yang mutlak dan tak bisa diganggu gugat benar benar seperti mimpi bagi pasangan Jaka dan terutama Melati.
Bagaimana tidak, ketakutan yang timbul akibat pemikiran yang berlebihan justru malah berbanding terbalik dengan kenyataan yang dia dengar.
Dengan mudah restu mengalir untuk keduanya meski mereka masih penasaran bagaimana kedua orang tua mereka dengan mudah memberi restu tanpa penawaran.
Kini sepasang manusia itu sedang duduk berdampingan di sebuah taman yang berada di pusat kota kecil ini.
"Ya ampun, Sayang. Aku benar benar masih nggak nyangka, Yang. Jalan kita akan semudah ini." Ucap Jaka dengan mata yang berbinar.
"Aku juga. Apalagi jika mengingat statusku. Ini seperti mimpi." Ucap Melati sembari menunduk. Tak terasa ada tetes bening yang keluar dari sudut matanya.
Terharu. Itulah yang sedang Melati rasakan. bagaimana pun juga ini adalah sesuatu yang sangat mengharukan bagi seorang wanita yang pernah mengalami kegagalan dalam menjalin biduk rumah tangga.
Melati tidak menyangka akan kembali mengarungi dunia rumah tangga setelah rumah tangganya dulu hancur dua tahun silam.
Dulu demi menepis rasa kesepian, Melati memilih menyibukkan diri mengelola usaha yang dia impikan. Kerap kali rasa iri datang menghampirinya tatkala melihat teman teman seusianya dengan bahagia menjani rumah tangganya.
Dan kini dia akan mendapat kesempatan lagi. Bahkan berbeda dengan laki laki sebelumnya, sang ayah langsung memberi restu tanpa banyak perdebatan.
Masih teringat dengan jelas dulu saat Melati memohon restu untuk pria yang sekarang menjadi mantannya. Berkali kali sang ayah menolak. Melati benar benar terus memperjuangkannya hingga akhirnya sang ayah memberi restu.
Namun sayang, Pria yang dia perjuangkan malah dengan mudah bermain belakang dengan wania lain yang masih berstatus keluarga dengan Melati.
Melihat Melati menunduk, seketika Jaka mengulurkan tanganya dan mengangkat dagu kekasihnya.
"Loh, kok nangis?" Ucap Jaka begitu melihat ada airmata yang keluar dari mata cantik wanitanya. Dengan sigap jari tangan Jaka menghapus airmata itu.
"Kenapa nangis, Yang?" Tanya Jaka heran. Melati bukannya menjawab, dia malah menghamburkan dirinya melingkarkan tangan di pinggang Jaka dan membenamkan kepalanya di dada bidang sang kekasih.
"Kenapa, Yang?" Tanya Jaka lembut. Tangannya membelai rambut wanita yang nampak sedih.
"Nggak kenapa kenapa, Yang." Jawab Melati lirih.
"Tapi kok pake nangis?" Tanya Jaka tak percaya.
"Aku nggak nyangka aja, Aku akan kembali menjalani rumah tangga. Bahkan kali ini aku dengan mudah mendapat restu dari orangtua, Yang." mendengar penuturan Melati, Jaka hanya menyunggingkan senyumnya.
"Apa kamu bahagia?" Dan Melati mengangguk, "Bahagia kok pake nangis segala, Yang?"
Seketika Melati melayangkan cubitannya di pinggang Jaka.
"Aduh! Sakit, sayang!" Pekik Jaka. Namun Melati hanya tersenyum. Dia semakin memepererat pelukan ditubuh kekasihnya.
Sejenak keheningan menyelimuti mereka. Pikiran mereka berkelana dengan hari hari yang akan mereka jalani bersama.
"Yang." Pangil Melati.
"Hum.." Jawab Jaka.
"Terimakasih ya." Ucap Melati
"Untuk?" Tanya Jaka.
"Karena kamu memilih aku menjadi wanitamu. Padahal di ponsel kamu begitu banyak nama wanita menunggumu." Jawab Melati dan seketika senyum manis tersungging di bibir Jaka.
"Aku tak pernah meminta mereka untuk menunggu, Yang. Mereka saja yang terlalu berharap." Melati pun melepas pelukannya.
"Mereka nanti semuanya akan patih hati ya?" Tanya Melati dan pertanyaan itu sungguh sangat menggemaskan.
"Astaga, sayang. Ngapain kamu mikirin mereka? yang harus kamu pikirkan itu perjalanan kita nanti." Jawab Jaka.
"Aku harus kuat mental yah, Yang?" Tanya Melati lagi.
"Kuat mental?" Ucap Jaka tanya balik.
"Yang pasti aku akan sering cemburu. Suamiku yang minat banyak." Ucapan Melati membuat Jaka tergelak.
"Yang pasti hatiku cuma ada satu wanita loh ya. Itu yang harus kamu tahu."
"Semoga saja, Yang." Ucap Melati sembari menautkan jarinya dengan jari lekasihnya.
"Kenapa? kamu ragu?" Tanya Jaka.
"Bukannya ragu, tapi takut. Aku takut gagal lagi. Apalagi suamiku tampannya keterlaluan." Tutur Melati.
"Aku tahu, sayang. Kamu pernah mengalami kegagalan. Namun aku bersyukur justru kegagalan kamu menjadi hadiah buat aku." Ucap Jaka riang.
"Dih, kegagalan kok hadiah."
"Ya iya dong. Coba kalau kamu nggak gagal. mana mungkin aku ketemu janda cantik di rumah kosong." Ujar Jaka sembari tergelak.
"Bisa aja kalau ngomong."
"Bisa dong. Sebagai pria, mungkin aku nggak bisa selamanya memberi kamu kebahagiaan, Yang. Bisa jadi ditengah tengah perjalanan hubungan kita, pasti ada pertengkaran dan berselisih paham. Dan aku harap saat itu terjadi, kita secepatnya menyelesaikannya. Jangan sampai berlarut larut. intinya kita harus saling terbuka. " Dan Melati seketika mengangguk setelah mendengar penuturan Jaka.
"Berarti mulai besok kita harus menyiapkan segalanya dong, Yang?" Tanya Jaka lagi.
"Iya. Tapi usaha kamu gimana?" Ucap Melati balik bertanya.
"Ntar setelah kita lamaran dilanjut. Lagian masih banyak yang harus disiapkan." Jawab Jaka.
"Oh. Eh kita besok jalan jalan nyari baju ya, Yang? Buat kita pake saat lamaran?" Usul Jaka.
"Sekalian nyari cincin nggak?" Tanya Melati.
"Iya dong."
"Baiklah."
"Yang, nanti setelah kita menikah, kita tinggal dimana?" Tanya Melati.
"Kalau mau di rumahku ya ayok, kalau mau di rumah mu ya ayok. Aku sih nurut aja, Yang." Jawab Jaka.
"Rumah kamu? Rumah emak?" Tanya Melati.
"Bukan. Itu yang buat bengkel. Itukan sudah atas namaku, Yang. Dan Bang Jati pindah ke rumah baru itu loh yang pernah kita ketemu." Terang Jaka.
"Oh. Tapi mending di rumah kamu sih, Yang. Enak. Deket dengan tempat usaha kamu juga." Ujar Melati.
"Ya terserah kamu, Yang. Tapi jujur sih aku malah betah di rumah kamu. Apalagi rumah itu punya kenangan yang sangat indah buat kita." Ungkap Jaka.
"Terus gimana dong?"
"Udah, itu dibahas nanti aja. Ini udah malam mending aku antar kamu pulang." Usul Jaka.
"Ke rumah baru ya?" Pinta Melati.
"Nggak! ke rumah lama aja. biar bapak kamu tahu aku benar benar menjagamu. Lumayan cari muka." Ucap Jaka dengan senyum jahilnya.
"Dih curang."
"Iya dong. Kalau di rumah baru, ntar yang ada aku malah pengin nginep." Dan keduanya langsung tersenyum.
"Padahal aku seneng kalau kamu nginep. Pengin kayak pas pertama kita ketemu." Rajuk Melati dan Jaka malah tersenyum manis.
"Aku juga, Sayang. Nunggu kita lolos kontrak dulu." Ujar Jaka masih dengan senyum senyum membuat Melati mengernyitkan dahinya.
"Kok lolos kontrak? Apa maksudnya?" Tanya Melati tak mengerti.
"Nggak ada. Aku asal ngomong aja." Ucap Jaka dengan senyum yang masih bertahta.
"Dih."
"Udah, yuk pulang." Ajak Jaka.
Dan mereka pun segara beranjak meninggalkan taman tersebut. Ketika mereka berada di tempat parkir motor tiba tiba
"Loh Jaka, Melati?"
Merasa ada yang memanggil, sepasang kekasih itu pun menoleh ke sumber suara.
"Eh Juna." Jawab Jaka.
"Kalian lagi ngapain?" Tanya Juna penasaran.
"Kencan dong. Oh iya, minggu depan kita akan lamaran, kamu ikut yah?"
"Apa!"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Karebet
👍👍👍👍
2023-10-22
0
Retno Anggiri Milagros Excellent
juna kalah.cepet sama Jaka 🤭😂😍
2023-10-15
1
Sulaiman Efendy
KENAPA JUN, KAGETT😅😅😅😅😅
2022-10-13
0