Xuan Rong terdiam, menatap Zhu Wen dengan penasaran. 'Untuk apa pria ini begitu memaksa untuk mendekat' gumam Xuan Rong dalam hati.
Minimnya ia berinteraksi dengan orang-orang diluar wisma, hingga sulit membuatnya menerima kedekatan seseorang.
Selain karena identitasnya, pengalaman tentang pria yang diterimanya dari wisma cukup melekat dalam dirinya, bahwa pria adalah mahluk yang harus diwaspadai.
Lain halnya dengan Zhu Wen, ketidaktertarikan Xuan Rong yang ditunjukkan dengan penolakkannya adalah pengalaman baru yang belum pernah dihadapinya, menantang Zhu Wen untuk semakin ingin mendekati.
"Tapi tuan, aku sudah ditunggu!" tolaknya halus langsung berlalu, mengabaikan Zhu Wen yang masih berusaha membujuknya.
"Tunggu nona!" Zhu Wen menarik lengan Xuan Rong berusaha menghentikan.
'Ya Tuhan, tolong aku! Disini tak ada seorangpun , dan aku hanya berdua dengan pria menakutkan ini . Bagaimana jika dia berbuat suatu hal yang... , gumam Xuan Rong sembari menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, berharap seseorang datang menolongnya.
"Maaf tuan, aku tidak mengenal anda, dan juga tolong lepaskan tangan anda", Xuan Rong meninggikan suaranya seraya menepis tangan Zhu Wen yang mencengkram kuat lengannya.
Zhu Wen menyipitkan matanya, tahu bahwa gadis dihadapannya saat ini sedang berpikir buruk tentangnya.
Zhu Wen mengendurkan cengkeraman tangannya, yang segera dimanfaatkan Xuan Rong melangkah pergi sembari bergumam berharap agar pria aneh itu tidak mengejarnya.
Zhu Wen menunduk, meraih sesuatu di lantai.
Baru beberapa langkah Xuan Rong berjalan, tiba-tiba Zhu Wen menyusul dari samping dan menghadang jalannya kembali .
Sejak tadi ia sudah cukup bersabar dengan kelakuan Zhu Wen, bahkan dengan sopan ia menolak. Dirasa hal itu cukup menunjukkan sikap tegasnya, enggan diusik.
"Tuan, aku sedang buru-buru dan tolong menyingkir dari jalanku!" ucap Xuan Rong meninggi, tidak lagi menjaga kesopanannya.
"Oh... hanya untuk sekedar nama saja begitu sulit nona? Atau memang gadis dikota ini begitu angkuh?" ungkap Zhu Wen mencibir.
"Kau"
"Katakan saja ingin didekati seperti apa kalau begitu?" tanya Zhu Wen sembari tersenyum miring.
"Dan apakah pria dari luar kota ini, hanya untuk mengetahui sebuah nama bisa begitu memaksa? Permisi", ucap Xuan Rong membalas ucapan Zhu Wen, sembari melangkah menghindarinya.
l
Kali ini ia bersumpah tidak akan lagi menghiraukan pria itu.
"Apakah ini milikmu?" ucap Zhu Wen sembari memegang sebuah hiasan giok berbentuk ikan di tangannya.
'Aku tidak akan terpancing, bodoh,' gumam Xuan Rong.
"Sayang sekali, giok berbentuk ikan ini, tidak diinginkan pemiliknya lagi. "Zhu Wen dengan sengaja meninggikan nada suaranya.
Langkah Xuan Rong terhenti , ia meraba memeriksa bagian pinggang pakaiannya. ''Giok ku'', ucap Xuan Rong langsung menoleh.
Zhu Wen menunggu ditempatnya berdiri enggan untuk mengejar, karena kalimatnya barusan cukup ampuh membuat Xuan Rong berbalik tanpa diminta.
"Itu milikku, kembalikan!" tukas Xuan Rong setengah berteriak.
"Ambillah sendiri, untuk apa aku mendengarmu, bukannya tadi kau bilang sedang buru-buru. Pergi sana!", cibir Zhu Wen berbalik tidak peduli.
'Bagaimana bisa giok itu ditangannya' gumam Xuan Rong dengan wajah kesalnya, berjalan mendekat hendak mengambil.
'Hah, dasar gadis sombong, aku pun tidak akan mudahnya memberikan benda ini', gumam Zhu Wen.
"Maaf Tuan, itu giok milikku", ucap Xuan Rong berusaha ramah.
"Kenapa aku tidak melihat ada namamu disini?"
"Tapi itu milikku tuan, giok berbentuk ikan itu sudah kumiliki sejak aku kecil", ungkap Xuan Rong menjelaskan.
"Ternyata benda kesayanganmu", ucap Zhu Wen datar seraya mengangkat giok tersebut keatas. "Ambillah sendiri!" ucapnya kembali.
Xuan Rong melangkah maju mendekati, mengangkat lengan kanannya meraih giok tersebut dari tangan Zhu Wen. Tapi dengan postur tubuh mungilnya, ia tidak bisa menggapai hiasan tersebut, yang disengaja Zhu Wen dengan mengangkatnya tinggi melebihi tinggi tubuh Xuan Rong.
Zhu Wen tersenyum melihat gerakan Xuan Rong yang terus-menerus melompat berusaha meraih, ia akhirnya menghentikan gerakannya dengan kesal, lalu melirik kearah Zhu Wen.
"Apa kau sengaja melakukannya?" ungkap Xuan Rong mengangkat dagunya menatap tajam Zhu Wen.
Wajah polos Xuan Rong yang kesal, dengan mata bulat beningnya terlihat menarik bagi Zhu Wen, "Ambillah, bukankah ini milikmu", ucap Zhu Wen seraya melirik kearah giok yang ada ditangannya.
Dengan kedua tangannya, Xuan Rong menarik lengan Zhu Wen yang memegang giok, lalu diraihnya giok tersebut.
Sebuah rangkulan dari lengan Zhu Wen yang melingkar di pinggang Xuan Rong , yang menariknya mendekat ke tubuh pria itu. Dan sebuah sentuhan di belakang lehernya menarik wajahnya maju ke depan , hingga bibirnya dan bibir Zhu Wen saling menempel. Momen yang dimanfaatkan Zhu Wen ******* bibir mungil Xuan Rong dengan ciuman singkatnya. Sebelum melepas rangkulan di pingganggnya.
"Kau... !!" ucap Xuan Rong yang terkejut, ia mengayunkan tangannya mendaratkan sebuah tamparan di wajah Zhu Wen.
"Dasar pria mesum!" ucap Xuan Rong terbelalak karena emosi dan segera berbalik pergi.
"Chh.. srigala kecil. Lihat saja nanti jangan sampai bertemu lagi, kau harus membayar tamparanmu!" ucapnya sembari mengelus pipi bekas tamparan yang diterimanya barusan.
Lalu disaat bersamaan seorang pemuda yang memiliki tubuh kekar muncul entah darimana , menoleh mengamati Xuan Rong yang berlari dari tempat yang sama dengan atasannya sekarang berdiri-Hu Fei , ajudan Zhu Wen.
Hu Fei berjalan kearah gazebo menghampiri Zhu Wen.
"Jendral..", ucap Hu Fei seraya menundukkan kepalanya ketika tepat berada di depan Zhu Wen.
"Bagaimana...?" tanya Zhu Wen sembari duduk di kursi tempat Xuan Rong duduk tadi. Disusul Hu Fei yang juga melakukan hal yang sama, setelah Zhu Wen mengangkat telapak tangannya mempersilahkan ajudannya tersebut untuk duduk.
"Jendral, berdasarkan informasi yang diberikan mata-mata kita di kota ini, stempel tersebut tidak berada di kota ini seperti yang dirumorkan. Tapi aku mendapat informasi baru, putri Bing Bu yang selama bertahun-tahun dicari-cari banyak pemburu ternyata berada disini. Hanya saja, tak ada yang pernah melihat seperti apa rupanya saat ini ", ungkap Hu Fei menjelaskan.
"Keberadaan benda tersebut sampai sekarang masih simpang siur, jika diteliti kebelakang, informasi-informasi yang pernah dilaporkan tidak seorang pun tahu persis dimana benda tersebut berada", ucap Zhu Wen menanggapi.
"Dan juga baru saja hamba mendapat informasi, bahwa Perdana Mentri Zheng telah mengutus orang mencari putri Bing Bu tersebut. Aku rasa gadis itu pasti mengetahui dimana benda tersebut, jika kita bisa bergerak lebih cepat menemukan putri Bing Bu sebelum perdana mentri menangkapnya, kemungkinan bisa mendapat sedikit titik terang", ucap Hu Fei menjelaskan.
"Kurasa kali ini kita sudah tertinggal, kemungkinan Perdana Mentri pasti sudah mengerahkan prajuritnya mencari", tukas Zhu Wen seraya menghembuskan nafas beratnya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Bunga abadi
semangat thor
2022-07-25
0
ArbaIy ArbaIy
lanjutkan ..👍🏻
2021-09-30
2