Zhu Wen menunduk, meraih sesuatu di lantai.
Baru beberapa langkah Xuan Rong berjalan, tiba-tiba Zhu Wen menyusul dari samping dan menghadang jalannya kembali .
Sejak tadi ia sudah cukup bersabar dengan kelakuan Zhu Wen, bahkan dengan sopan ia menolak. Dirasa hal itu cukup menunjukkan sikap tegasnya, enggan diusik.
"Tuan, aku sedang buru-buru dan tolong menyingkir dari jalanku!" ucap Xuan Rong meninggi, tidak lagi menjaga kesopanannya.
"Oh... hanya untuk sekedar nama saja begitu sulit nona? Atau memang gadis dikota ini begitu angkuh?" ucap Zhu Wen mencibir.
"Kau"
"Katakan saja ingin didekati seperti apa kalau begitu?" tanya Zhu Wen sembari tersenyum miring.
"Dan apakah pria dari luar kota ini, hanya untuk mengetahui sebuah nama bisa begitu memaksa? Permisi", ucap Xuan Rong membalas ucapan Zhu Wen, sembari melangkah menghindarinya. Kali ini ia bersumpah tidak akan lagi menghiraukan pria itu.
"Apakah ini milikmu?" ucap Zhu Wen sembari memegang sebuah hiasan giok berbentuk ikan di tangannya.
'Aku tidak akan terpancing, bodoh,' gumam Xuan Rong.
"Sayang sekali, giok berbentuk ikan ini, tidak diinginkan pemiliknya lagi."Zhu Wen dengan sengaja meninggikan suaranya.
Langkah Xuan Rong terhenti , ia memeriksa bagian pinggang pakaiannya. ''Giok ku''
Zhu Wen menunggu ditempatnya enggan untuk mengejar, karena kalimatnya barusan cukup ampuh membuat Xuan Rong berbalik tanpa diminta.
"Itu milikku, kembalikan!"
"Ambillah sendiri, untuk apa aku mendengarmu, bukannya kau tidak tertarik dekat dengan orang asing", cibir Zhu Wen.
'Bagaimana bisa giok itu ditangannya' gumam Xuan Rong dengan wajah kesalnya, berjalan mendekat hendak mengambil.
'Hah, dasar gadis sombong, aku pun tidak akan mudahnya memberikan benda ini', gumam Zhu Wen.
"Maaf Tuan, itu giok milikku", ucap Xuan Rong berusaha ramah.
"Kenapa aku tidak melihat ada namamu disini
"Tapi itu milikku tuan, giok berbentuk ikan itu sudah kumiliki sejak aku kecil", ungkap Xuan Rong menjelaskan.
"Ternyata benda kesayanganmu", ucap Zhu Wen datar seraya mengangkat giok tersebut keatas. "Ambillah sendiri!" ucapnya Wen kembali.
Xuan Rong melangkah maju mendekati, mengangkat lengan kanannya meraih giok tersebut dari tangan Zhu Wen. Tapi dengan postur tubuh mungilnya, ia tidak bisa menggapai hiasan tersebut, yang disengaja Zhu Wen dengan mengangkatnya tinggi melebihi tinggi tubuh Xuan Rong.
Zhu Wen tersenyum melihat Xuan Rong yang terus melompat berusaha meraih, ia akhirnya menghentikan gerakannya melirik kearah Zhu Wen.
"Apa kau sengaja", ungkap Xuan Rong mengangkat dagunya menatap tajam Zhu Wen.
Wajah polos Xuan Rong yang kesal, dengan mata bulat beningnya terlihat menarik bagi Zhu Wen, "Ambillah, bukankah ini milikmu", ucap Zhu Wen seraya melirik kearah giok yang ada ditangannya.
Dengan kedua tangannya, Xuan Rong menarik lengan Zhu Wen yang memegang giok, lalu diraihnya giok tersebut.
Sebuah rangkulan di pinggang Xuan Rong , yang menariknya mendekat ke tubuh Zhu Wen. Dan sebuah sentuhan di belakang lehernya menarik wajahnya kedepan , bibirnya dan bibir Zhu Wen saling menempel , dimanfaatkan Zhu Wen ********** sesaat dengan ciuman singkatnya sebelum akhirnya melepaskan.
"Kau... !!" ucap Xuan Rong yang terkejut, ia mengayunkan tangannya mendaratkan sebuah tamparan di wajah Zhu Wen.
"Dasar pria mesum!" ucap Xuan Rong terbelalak karena emosi dan langsung berbalik pergi.
"Chh.. srigala kecil. Lihat saja nanti jangan sampai bertemu lagi, kau harus membayar tamparanmu!" ucapnya sembari mengelus pipi bekas tamparan yang diterimanya barusan.
Lalu disaat bersamaan seorang pemuda yang memiliki tubuh kekar muncul entah darimana , menoleh mengamati Xuan Rong yang berlari dari tempat yang sama dengan atasannya sekarang berdiri-Hu Fei , ajudan Zhu Wen.
Hu Fei menghampiri Zhu Wen.
"Jendral..", ucap Hu Fei seraya menundukkan kepalanya ketika tepat berada di depan Zhu Wen.
"Bagaimana...?"
"Jendral, berdasarkan informasi yang diberikan mata-mata kita, stempel tersebut tidak berada di kota ini. Tapi aku mendapat informasi baru, putri Bing Bu yang dicari-cari banyak pemburu berada disini. Hanya saja, tak ada yang pernah melihat seperti apa rupanya saat ini ", ungkap Hu Fei menjelaskan.
"Keberadaan benda tersebut sampai sekarang masih simpang siur, jika diteliti kebelakang, informasi-informasi yang pernah dilaporkan tidak seorang pun tahu persis dimana benda tersebut berada", ucap Zhu Wen menanggapi.
"Baru saja hamba mendapat informasi juga, Perdana Mentri Zheng telah mengutus orang mencari putri Bing Bu tersebut. Aku rasa gadis itu pasti mengetahui dimana benda tersebut, jika kita terlambat selangkah saja, usaha kita selama ini akan sia-sia, jendral", ucap Hu Fei memperingati atasannya.
"Kurasa kali ini kita sudah tertinggal, Perdana Mentri pasti sudah mengerahkan prajuritnya mencari", ucap Zhu Wen seraya menghembuskan nafas beratnya.
......................
Didepan sebuah bangunan kuil yang berdiri kokoh, dengan dominasi warna merah dan sebuah pagoda berlantai tujuh yang tampak menjulang dengan gagah, meski suasana sudah hampir gelap.
Jika pada saat festival suasana kuil akan terlihat ramai, dengan wajah pengunjung yang terlihat bahagia menikmati kemeriahan.
Tapi hal itu tidak berlaku untuk saat ini , Xuan Rong yang baru saja kembali dengan perasaan kesal menatapi pemandangan dimana semua orang panik berlari menuju keluar kuil.
'Ada apa dengan mereka, sepertinya tadi wajah semua orang tidak seperti ini?' guman Xuan Rong.
Lalu Xuan Rong berjalan mendekat kearah kerumunan orang-orang yang berdesak-desakkan, ditariknya lengan salah seorang pria.
"Tuan, apa yang terjadi?" ucapnya bertanya pada seorang yang ikut berlari seperti lainnya.
"Nona, segeralah pergi dari sini. Diatas banyak pemburu bersenjata menyerang", ucap pria yang ditarik Xuan Rong tadi menjelaskan.
'Lalu dimana bibi?' gumam Xuan Rong, sembari berlari menolehkan kepalanya kearah kiri dan kanan mencari Bibi Mei Gui.
Didalam kuil puluhan laki-laki berpakaian hitam dengan pedang terselip dipinggang , menyebar memasuki setiap sisi kuil, sambil meneliti wajah para pengunjung satu persatu.
Xuan Rong yang masih kebingungan berusaha mencari-cari Bibi Mei Gui , ia berjalan mencari di luar kuil mengikuti orang-orang.
Setelah sekian lama mencari , tidak terlihat Bibi Mei Gui disekitar, Xuan Rong terus berjalan bolak-balik berulang kali, namun tetap tidak menemukan Bibi Mei Gui.
'Jangan-jangan bibi masih didalam,' gumamnya dalam hati.
Xuan Rong melangkah masuk kedalam kuil, menerobos kerumunan arus orang-orang yang mencoba berlari keluar kuil .
Dengan tubuhnya yang mungil, ia nampak kesulitan untuk menerobos masuk kerumunan, tubuhnya terus terdesak keluar oleh orang-orang yang tengah panik.
Sekian lama dengan usahanya , pada akhirnya ia berhasil memasuki gerbang kuil dan mencari sekeliling pekarangan , namun Bibi Mei Gui tetap tidak terlihat.
"Bibi dimana kau?" ucap Xuan Rong berteriak memanggil.
Hanya tinggal altar diatas yang belum diperiksanya, lalu ia berlari menaiki anak tangga menuju altar kuil yang terletak dibangunan paling atas.
Mungkin saja bibi masih diatas, pikirnya.
Sesampainya diatas, terlihat lagi beberapa laki-laki berpakaian hitam tadi memasuki altar didalam kuil, tiba-tiba...
Xuan Rong dikejutkan oleh suara perempuan menyayat hati berasal dari dalam kuil.
'Suara itu... suara itu...! Bibi.... tidak mungkin itu bibi! Tidak..!' gumamnya dalam hati.
Tidak lama orang-orang berpakaian hitam tersebut keluar dari ruang altar kuil dan salah seorang dari mereka terlihat seperti pemimpinnya memerintahkan mereka untuk menyebar.
Xuan Rong langsung mendesakkan tubuhnya mundur ke semak-semak, ketika beberapa orang berpakaian hitam tersebut berjalan menuju kearahnya.
Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan diruangan itu? Xuan Rong terus bertanya pada dirinya sendiri.
Segera setelah orang-orang tersebut menghilang, Xuan Rong langsung berlari menuju kedalam ruang altar, sesampainya dipintu ia berhenti berhati-hati untuk mengamati apakah tersisa orang-orang yang berpakaian hitam tadi.
Terdengar suara seorang laki-laki memaksa lawan bicaranya untuk memberikan informasi keberadaan seseorang.
"Katakan dimana dia? Tidak ada gunanya kau bungkam? Tak lama lagi aku akan menemukannya, ia tidak akan mampu keluar dari kota ini. Lebih baik bekerjasama dengan kami, aku akan mengampunimu dan membuatnya menjadi lebih mudah", suara bentakkan itu membahana memenuhi ruang altar.
Tidak ada jawaban yang terdengar dari dalam kuil . Xuan Rong tampak penasaran, berusaha untuk mengintip dari samping pintu.
Dilihatnya dua orang pria berpakaian hitam tersebut membelakanginya sedang berjongkok menunggu jawaban lawan bicaranya yang tergeletak dilantai.
Seketika mata Xuan Rong langsung menuju orang yang tergeletak tersebut , 'Dia.... bibi...!' Teriaknya dalam hati seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat depan matanya.
Bibi Mei Gui orang yang mereka cari, lalu siapa seorang lagi?
Tiba-tiba mata Bibi Mei Gui bertemu dengan Xuan Rong yang masih mematung disamping pintu.
Bibi Mei Gui memberi isyarat, dan Xuan Rong menanggapi bahwa Bibi Mei Gui bermaksud menyuruhnya segera pergi.
Tapi... bagaimana dengan bibi, apa yang akan mereka lakukan kepada bibi? kenapa mereka menyiksanya,
Apa salah bibi kenapa mereka begitu tega.
Xuan Rong berusaha untuk tidak berteriak, dia menutup mulut dengan kedua tangannya, airmata deras terus membasahi pipinya. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya meskipun kakinya sangat ingin berlari menerobos masuk , namun tertahan karena bibi kembali menggelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
angling dharma
sudxuan rong bodoh kenapa gak jadi wani jalang saja dasar anak anjing kalau gak suka di tendang saja bodoh goblok pasti ibu xuan rong jadi jalang dan di perkosa siluma anjing makanya anknta jadi wanita jalang sok jual mahal padah ibunya slalu diperkosa anjing
2022-12-29
0
Aliya Aja
ya elah...aku ikutqn tegang baca
2022-12-18
0
Priska Anita
Terus dukung author! Semangat 💪💜
2020-08-14
3