Tiba giliran Xuan Rong untuk meregister , setelah pemeriksaan berkas yang dilakukan petugas, ia melangkah dengan menjinjing bungkusan perlengkapan di bahunya ke dalam barak.
Tempat itu merupakan hamparan tanah kosong yang luas , dikelilingi oleh pagar tembok setinggi bangunan dua lantai sebagai pembatas, disetiap jarak sekian puluh kaki berdiri menara pengawas yang dijaga oleh seorang prajurit, pada bagian dalam berdiri berpuluh-puluh tenda besar yang berjejer tersusun rapi sebagai tempat beristirahat para prajurit.
Semua prajurit baru dibagi menjadi beberapa kompi dan dikepalai seorang kapten, begitupun pembagian tenda dalam satu kelompok terbagi lagi menjadi beberapa regu yang isinya kurang lebih 10 orang , dan orang-orang dalam regu inilah yang nantinya menghuni dalam satu tenda.
Fasilitas dalam sebuah tenda hanya terdapat 10 alas tidur dengan sebuah selimut tipis masing-masingnya yang disusun berjejer menjadi dua baris diatas dipan besar.
Selain sebagai tempat menghilangkan rasa lelah bisa dibilang tempat ini jauh dari rasa nyaman.
Disisi pojok terdapat bangunan tidak terlalu besar digunakan sebagai kamar mandi, disetiap sisinya menempel puluhan pancuran yang disekat oleh dinding papan setinggi dada tanpa pintu ataupun penutup.
Bisa dibayangkan bagaimana Xuan Rong harus melewati hari-harinya, dimana ia harus tidur berhimpitan dengan sembilan orang laki-laki dalam sebuah tenda, belum lagi harus berbagi kamar mandi dengan ratusan laki-laki tanpa busana yang membersihkan diri.
Xuan Rong tidak akan menyerah hanya karena alasan cengeng seperti ini , sebelum memutuskan untuk bergabung ia telah memikirkan segala sesuatunya untuk menutupi identitasnya bahwa ia bukanlah seorang wanita.
Setiap hari Xuan Rong harus bangun lebih awal untuk melakukan keperluan alaminya dan membersihkan diri setelah semua orang tertidur lelap. Dan untuk menutupi identitasnya, Xuan Rong pun rela membebat dua gundukannya dengan kain yang dililit dibagian dadanya dengan erat, demi mencegah orang-orang mencurigainya.
Sebagai prajurit baru juga Xuan Rong harus mengikuti serangkaian latihan fisik, keahlian dan strategi untuk menempa mereka menjadi prajurit yang perkasa.
Meskipun ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan fisik, namun beratnya latihan yang lebih banyak menggunakan kekuatan otot, membuat keterbatasan fisiknya sebagai seorang wanita yang memiliki stamina tidak sekuat kaum pria , dimana lebih mengandalkan kekuatan, sejujurnya saja ia agak kewalahan.
Seperti saat ini Xuan Rong melihat Xi Bao mengamati Sung Bu dan Wang Hu rekan seregunya berlatih bertarung menggunakan tombak, "Xiao Qi bagaimana jika kita berlatih bersama?"
"Hmm?" Xuan Rong sedikit terbelalak dengan mulut sedikit terbuka mendengar ucapan Xi Bao.
Xi Bao berjalan mendekati rak tempat tombak-tombak tertancap lurus menjulang, diambilnya dua buah tombak tersebut di tangan kiri dan kanannya. Lalu kembali melangkah ketempatnya semula disamping Xuan Rong.
"Aku lihat kau jarang sekali berlatih tombak," ungkap Xi Bao sembari menyerahkan sebuah tombak dari salah satu tangannya.
"Aku tidak terlalu bisa menggunakannya," ungkap Xuan Rong sembari memegang tombak yang diserahkan Xi Bao padanya.
"Benar Xi Bao, latihlah dia. Dia selalu menghilang ketika kita berlatih tombak," timpal Sung Bu dari sebelah.
"Ayo Xiao Qi tenanglah, aku akan mengajarimu," ujar Xi Bao seraya mundur beberapa langkah.
"Pastikan kau tidak menyerangku dengan keras," ucap Xuan Rong cemas.
......................
"Aku ingin beristirahat, lenganku sakit semua," ucap Xuan Rong sembari berjalan meletakkan kembali tombak ditangannya ke rak.
"Kita baru saja mulai, kau sudah berhenti," tukas Xi Bao tak puas.
"Kau bilang baru mulai, dari awal kau terus saja menyerangku meski aku sudah meminta," ungkap Xuan Rong dengan melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Xi Bao.
"Hei Xiao Qi, mau kemana kau?" teriak Xi Bao yang menatap Xuan Rong melambaikan salah satu lengannya keatas berjalan semakin menjauh.
Malam harinya selesai makan Komandan Wei membunyikan lonceng , mengumpulkan semua orang ke tengah lapangan. Semua berbisik-bisik menerka apa yang akan disampaikan oleh Komandan Wei.
Dengan wajah penasaran mereka yang tergambar jelas, Komandan Wei berdiri diatas panggung pengamatan mulai menyampaikan maksud mengumpulkan semua orang.
"Para prajurit sekalian, sudah beberapa bulan sejak kalian bergabung di barak Tang Shan dengan serangkai pelatihan. Menempa fisik serta strategi sebagai prajurit, setiap harinya beberapa diantara kalian mengalami kemajuan yang baik. Aku harap yang lain pun ikut terpacu untuk menjadi yang terbaik. Dan inti dari yang ingin aku sampaikan, besok Jendral Tertinggi kerajaan Wei akan tiba disini. Setiap tahunnya beliau akan merekrut sendiri prajurit inti kerajaan sesuai kriterianya." ucap Komandan Wei yang menyapukan pandangannya kearah semua prajurit yang saljng menatap satu sama lain.
Menjelang tengah malam Xuan Rong yang sengaja memperlambat pekerjaannya menunggu disaat orang-orang sudah mulai tertidur pulas barulah ia menuju kamar mandi seorang diri, sudah sejak tadi ia tidak sabar ingin membersihkan diri , segala peluh debu dan tanah liat semua bercampur menutupi kulitnya.
Xuan Rong mengendap melihat disekitar untuk memastikan tidak ada orang yang berjalan kearah kamar mandi, sembari ia menatap ke kiri ke kanan memastikan sudah aman , dengan secepat kilat ia melepaskan pakaian dan bebatnya.
Dibukanya penutup pancuran, seketika air dari pancuran mengguyur seluruh tubuhnya, dengan bulir-bulir air yang berjatuhan bersamaan dengan kotoran yang menempel dikulit halusnya. Dinginnya air memacu jantungnya bekerja memompa darah keseluruh tubuh, membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Dan rasa penat ditubuhnya berangsur menghilang. Setelah ia mengeringkan tubuhnya.
Xuan Rong melilitkan kembali bebat yang bersih didadanya dengan erat, mengganti pakaiannya dengan yang bersih lalu kemudian kembali kedalam tenda.
......................
Keesokkan paginya, semua orang sibuk membicarakan sebuah kabar akan adanya jendral besar yang turun langsung mengawasi pelatihan mereka.
"Konon katanya, jendral adalah seorang yang sangat disiplin."
"Aku juga mendengar bahwa pasukan elit kerajaan dipilih secara langsung oleh jendral."
"Aku mencium bau-bau penderitaan."
Tukas beberapa orang yang berkumpul terdengar.
Seluruh prajurit telah diperintahkan Komandan Wei mempersiapkan fasilitas yang akan dipergunakan untuk jendral , dan memastikan bahwa seluruh tempat sudah bersih.
Senjata-senjata yang sering dipergunakan latihan sudah tersusun pada tempatnya, selimut dan alas tidur yang berada didalam tenda tergulung dan terlipat rapi, bahkan rumput liar yang biasa tumbuh dipinggir-pinggir tenda seakan lenyap tak bersisa.
Hingga menjelang siang hari selesai makan, semua diminta berkumpul dilapangan. Para prajurit berbalut seragam berbaris berjejer dalam beberapa kompi, dengan mata memicing serta peluh mengalir di pelipis, mereka menanti kedatangan seseorang yang menjadi perbincangan semua orang sejak pagi.
Tiba-tiba sebuah kereta berhenti didepan semua orang, pintu kereta terbuka seiring seorang pria dengan wajah sempurna turun dari kereta, diikuti seorang pria bertubuh besar dan Komandan Wei berjalan dibelakangnya.
Pria tersebut dengan pandangan lurus melangkahkan kakinya berjalan melewati deretan prajurit yang berbaris dengan wajah tegang.
Dengan hanya diam saja terpancar dengan sendirinya kharisma yang begitu besar, meski ditengah keramaian seperti apapun ia seperti memiliki sisi magis yang mampu dengan sendirinya menarik orang-orang untuk menatapnya dengan penuh rasa kagum.
Ia yang mengenakan pakaian zirah melangkahkan kaki jenjangnya dengan gagah dan penuh percaya diri, berjalan perlahan dikawal oleh pengawal pribadinya dan Cao Si Ma* menaiki tangga menuju panggung pengamatan.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Neng Niehan
nah ketemu lagi kan
2022-06-27
0
Kang Dyo
mantap
2022-03-18
0
ArbaIy ArbaIy
suka suka
2021-09-30
1