Deviasi
"sudah berapa kali kamu terlambat minggu ini?"
"maaf... tadi motor saya macet Pak,"
"kamu ini alasan saja!"
Reina hanya menunduk, tidak berani menatap atasannya yang masih bersungut marah.
Hampir seminggu ini ia sudah terlambat 5 kali, yang artinya hampir setiap hari ia datang terlambat.
"sudah sana pergi, mau dipecat kamu?"
Reina terlonjak kaget, buru2 ia beranjak keluar dari ruangan atasannya itu.
Reina mengelus dadanya saat bersandar dipintu yang telah tertutup.
"kamu telat lagi ?"
Reina menatap Dena, teman sesama Housekeeping seperti dirinya.
"iya..aku bangun kesiangan lagi.." angguk Reina
"kamu ini.." geleng Dena
Mereka berdua berjalan beriringan untuk memulai pekerjaan mereka.
Reina bekerja dibagian housekeeping sebuah hotel mewah bintang 5 di pusat kota S.
Reina seorang gadis cantik bertubuh ramping, kulitnya putih,rambutnya hitam legam.
Penampilannya sangat tidak cocok dengan pekerjaannya.
"tahu tidak gosip yang beredar?"
Reina menggeleng menatap Dena yang tampak bersemangat pagi ini.
"hotel ini dibeli oleh orang jepang, dan katanya hari ini akan datang kesini.." cerita Dena
"lalu? apa yang membuatmu semangat?" tanya Reina polos.
"asal kamu tahu Rei, pemilik barunya masih muda, dan gosipnya masih bujang!"
"lalu kamu berharap beliau jatuh cinta padamu?"
Dena langsung tertawa
"jodoh siapa yang tahu kawan.." kekeh Dena
"mimpimu terlalu tinggi Dena,"
Reina tersenyum sambil menepuk punggung kawannya itu.
"kamu juga tidak menolak kan kalau tiba2 saja jadi nyonya pemilik hotel ini??"
"ya tentu tidaklah...aku bosan hidup miskin,"
Kedua gadis itu tertawa.
"Dena!Reina! mau dipotong gajinya?!"
Dua gadis itu terlonjak kaget dan buru2 pergi dengan berlari kecil mendorong kereta berisi peralatan kebersihan.
"kaburr ada mak lampir!" seru Dena membuat kedua gadis itu tertawa.
*****
Iring2an mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan lobi hotel.
Beberapa pria berjas hitam dan berkacamata hitam tampak menuruni mobil yang berada dibarisan paling depan.
Mereka berbaris rapi, dan menyambut seseorang yang turun dari mobil diurutan tengah.
Pria bertubuh gagah, dibalut setelan jas berwarna hitam dengan harga mahal,rambut hitamnya tersisir rapi dan klimis.
Wajahnya tampan, dengan kulit putih,sangat menarik dengan rambut hitam dan matanya yang berwarna biru.
Namanya Kenzo Fujisawa Iwasaki, pria yang terlahir dari seorang ayah warga negara Jepang dan ibu, seorang wanita cantik dari Inggris.
Kenzo mengambil apa yang terbaik dari kedua orangtuanya.
Fisik sempurna ayahnya dan mata biru ibunya.
"kita sudah sampai Tuan,"
Seorang pria, membungkukkan badannya hormat.
Pria bernama Akira itu adalah tangan kanan Kenzo.
Kenzo hanya mengangguk, lalu berjalan memasuki lobi hotel diikuti beberapa pria dibelakangnya.
Rombongan pria yang tampak begitu menakutkan, membuat beberapa pengunjung hotel menyingkir memberi jalan.
"Selamat datang Tuan,"
Tidak tanggung2, seluruh jajaran petinggi hotel menyambut kedatangan Kenzo, sebagai sang pemilik baru.
Kenzo yang sudah belajar bahasa Indonesia menganggukkan kepalanya.
Rombongan langsung bergegas memasuki lift yang khusus disediakan untuk para petinggi pemilik saham hotel menuju ruangan Presidential Suite.
"kereeeennnn..." pekik Dena saat melihat rombongan memasuki lift.
"apanya yang keren? rombongan setan begitu dibilang keren!" dumal Reina
"isshh kamu ini! gaya mereka saja seperti di film2!"
"sudah ayo kembali kerja, bisa dipecat nanti,"
Reina bergegas menyeret temannya itu pergi.
*****
"ayah,ibu, aku pulang..."
Reina menutup pintu rumahnya yang sederhana.
Harum masakan membuat cacing2 diperutnya berdemo.
"mandi dulu, kita makan bersama," ujar ibu Reina melihat putrinya itu mengintip dapur minimalis rumah mereka.
"aku lapar sekali Bu.." seru Reina mengusap perutnya yang keroncongan.
"mandi dulu," galak ibunya
"iya2 !" dumal Reina berjalan pergi menuju kamarnya.
Sesampainya dikamar, Reina berbaring diatas ranjangnya yang tidak terlalu besar.
Anak tunggal tak membuatnya dimanja, kehidupan sederhana membuatnya menjadi gadis yang mandiri.
Reina menatap bingkai foto diatas meja kecil samping tempat tidurnya.
Fotonya bersama Dimas, kekasihnya dan Sinta, sahabatnya.
Mereka bertiga bersahabat sejak bangku sekolah hingga saat ini.
TiitTiitTiit
Ponsel Reina berbunyi nyaring, tanda sebuah pesan masuk.
"nanti kita mampir ke cafe mu ya," pesan dari Sinta
Ya, Reina memang bekerja sambilan di sebuah cafe, untuk memenuhi kebutuhan rumah karena kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia.
Reina mengambil alih tugas Ayahnya menjadi tulang punggung keluarga.
"boleh, aku tunggu," balas Reina cepat.
Bergegas ia pun beranjak bangun dan mandi.
Tak berapa lama, Reina sudah rapi dengan baju pelayan cafe dan keluar kamar menuju ruang makan.
"maaf ya 'nak...kamu harus bekerja keras.."
Ayah Reina menatap sendu putri tunggalnya itu.
Reina tak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menepuk2 punggung tangan ayahnya.
"apa kamu tidak capek kerja lagi di cafe..ibu bisa berhemat.."
"tidak apa Bu...kerjaannya ringan tapi gajinya lumayan..uangnya bisa ditabung buat liburan keluar negeri besok,"
Sepasang suami istri itu tertawa mendengar celotehan anak semata wayang mereka.
Untuk bisa makan sehari - hari saja mereka bersyukur, apalagi bisa sampai keluar negeri, sesuatu yang amat sangat hebat.
"sudah2 ayo makan.." ajak Ayahnya
Mereka bertiga pun duduk di kursi makan dan memulai menyantap masakan sederhana.
*****
Cafe XYZ, tempat Reina bekerja lumayan ramai malam hari ini.
Akhir pekan yang cerah membuat banyak orang pergi keluar rumah meskipun hanya minum secangkir kopi.
Reina melihat Sinta yang datang bersama Dimas, mereka memasuki cafe dan menuju di meja yang berada di out door.
Reina pun bergegas mendekati mereka.
"mau pesan apa kakak ganteng dan cewek centil?"
Dimas dan Sinta tertawa melihat tingkah Reina.
"kamu ini," Sinta mencubit pinggul Reina.
"karena mencubit jadi bayarnya dobel," dumal Reina
Dimas tersenyum menatap dua gadis di hadapannya.
Reina melirik Dimas, entah kenapa tatapannya ke arah Sinta tampak berbeda.
"kalian baru pulang kantor?" tanya Reina
"iya..langsung mampir ke sini, " angguk Sinta
Dimas dan Sinta memang dari keluarga yang lebih mapan, sehingga mereka berdua bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang universitas, yang akhirnya bisa membuat mereka berdua diterima bekerja di perusahaan ekspor impor.
Kadang Reina merasa canggung saat berkumpul dengan mereka, apalagi saat Dimas menyatakan perasaannya, membuat Reina semakin canggung.
"coklat hangat dan kopi expresso segera siap,"
Reina sangat hapal minuman favorit kedua orang yang sangat berharga dihidupnya itu.
"nggak pake lama ya sis," kata Sinta centil
"okee,,tolong jagain mas gantengku ya cantikk.."
Sinta tertawa, dan Reina pun melenggang pergi meninggalkan mereka untuk menyiapkan minuman.
Reina tampak sibuk melayani beberapa pengunjung cafe yang terus berdatangan, membuatnya tak bisa menemani Sinta dan Dimas.
"maaf ya aku tidak bisa menemani," sesal Reina
"tak apa, kamu kan sedang kerja.." ucap Dimas
"lain kali kalau libur kita bisa bersama,"
"boleh,"
Dimas tersenyum, mengusap lembut rambut Reina.
Dimas dan Sinta berpamitan untuk pulang lebih dulu, karena Reina tidak mau membuat mereka menunggu lama sampai jam kerjanya selesai.
"beneran kita tinggal?" tanya Sinta
"iya..hati2 dijalan ya?" angguk Reina
"kamu juga ya?" Dimas tersenyum lagi.Tampan.
"iya.." angguk Mitha tersenyum
Dimas membuka pintu mobil untuk Sinta sebelum memasuki mobil dibangku kemudi.
Reina membalas lambaian tangan Sinta sebelum mobil berjalan pergi.
Hati Reina merasa tak tenang, entah mengapa, melihat Dimas yang membukakan pintu dan membantu Sinta memasuki mobil,sesuatu yang selama ini tak terjadi membuat Reina berpikir sejenak.
"mereka sahabatku, tidak mungkin kan mereka mengkhianati kepercayaanku?" batin Reina.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments