Kenzo sudah duduk di kursi utama meja makan.
Beberapa hidangan sudah tersaji untuk santap malam sang Tuan Muda.
Akira duduk di samping kanan Tuannya, mereka sibuk dengan tab masing2 seraya menunggu seorang yang masih asyik memilih baju dikamar.
Reina masih sibuk mencari pakaian di lemari, karena malam ini ia berencana membuat marah si Tuan Muda yang membohonginya untuk mempertemukan dengan kedua orangtuanya.
Reina berkacak pinggang melihat penampilannya.Ia memakai hotpants dan kaos hitam milik Kenzo.Rambutnya digelung sembarangan ke atas, memamerkan lehernya yang membekas kepemilikan Kenzo.
"hai Akira..." sapa Reina saat keluar kamar.
"selamat malam Nona.." Akira langsung berdiri dari duduknya, membungkukkan badannya hormat.
Kenzo mengalihkan perhatian dari tab nya, mata birunya nyalang oleh amarah melihat Reina yang berpakaian seperti bocah nakal dijalanan.
Reina menikmati saat Kenzo menahan amarahnya.
"Akira..."
"iya Nona?" Akira mengangkat wajahnya terkejut
"aku ingin...aahh sudah lupakan,"
Reina tersenyum sambil mengibaskan tangannya, membuat Akira bingung dan berganti menatap Tuan Mudanya yang jangan ditanya lagi betapa mendung wajahnya.
"jangan membuat saya dalam masalah Nona..saya benar2 takut Tuan Kenzo memenggalku," batin Akira menelan saliva nya takut.
Reina menikmati makan malamnya dengan senang karena rencananya berhasil untuk membuat marah Kenzo.
"apa kamu lihat2? dasar lelaki gunung es!" kata Reina membuat Kenzo mengernyit tak mengerti.
"kare ga nani o itta no (dia bilang apa) ?"
Kali ini Reina yang mengernyit tak mengerti Kenzo berbicara bahasa asing dengan Akira.
Akira yang sedang menahan tawa karena mengerti ucapan Reina langsung terlonjak kaget.
"sumimasen wakai masutā (maaf Tuan Muda).."
"Reina-san wa anata ga hyōzan no yōda to iimashita (Nona Reina berkata Anda seperti gunung es)..." Akira menundukkan wajahnya takut.
Reina dan Akira terlonjak kaget saat Kenzo menggebrak meja.
"Yasei no on'nanoko (dasar gadis liar)!!" teriak Kenzo.
Kenzo bergegas berdiri dan menarik Reina dengan kasar, berdiri di hadapannya.
"aku akan menghukummu shin'aina (sayang)!"
"namaku Reina bukan shina!!" omel Reina
Akira berusaha keras untuk tidak tertawa mendengar omelan Reina yang langsung berubah teriakan saat Kenzo mengangkat dan membopong tubuhnya seperti karung beras.
"lepaskan aku! dasar bren*sek!!"
Reina terus berteriak dan memukuli punggung Kenzo sebelum mereka menghilang di balik pintu kamar yang tertutup.
"konbanwa Kenzō-san to Reina-san (selamat malam Tuan Kenzo dan Nona Reina)..."
*****
Tokyo
Beberapa mobil berhenti, berbaris rapi di lobi gedung mewah bertingkat tinggi.
Tuan Iwasaki Senior turun dari mobil, disambut dengan para pengawal berjas rapi yang membungkuk hormat.
"selamat datang Tuan Iwasaki," sambut mereka serempak
Edward Iwasaki pun menuruni mobil dan berjalan mengikuti sang Ayah.
"selamat datang Tuan Edward,"
Beberapa pegawai membungkukkan badan menyambut rombongan Tuan Iwasaki memasuki gedung dan menuju lift khusus untuk petinggi perusahaan.
Mereka menuju lantai teratas gedung, dimana kantor CEO berada.
Tuan Iwasaki memasuki ruangan kantor diikuti Edward dan Sakimoto.
Sakimoto menekan salah satu tombol remot yang tersedia diatas meja sebelah sofa.
Sebuah layar turun dari atas langit2, menghadap langsung ke arah meja kerja dimana Tuan Iwasaki duduk disana.
Laporan2 perkembangan bisnis klan Iwasaki pun muncul di layar.
Tuan Iwasaki mengangguk2 mendengar penjelasan Sakimoto tentang gurita bisnis mereka.
"Kenzo membeli saham hotel dan Club?"
"benar Tuan Besar, Tuan Kenzo sekarang menjadi pemilik hotel dan Club di sana.." angguk Sakimoto
"Eddy, besok pergilah ke Osaka,"
"baik Ayah,"
"kamu harus menangkan tender disana, karena nilainya jutaan dollar.."
"saya tidak akan mengecewakan Ayah,"
Edward membungkukkan badannya hormat, Sakimoto tersenyum melihatnya.
"Anda dan Tuan Kenzo adalah kebanggaan klan Iwasaki.." ucap Sakimoto.
"suatu kehormatan bagiku, Saki..." senyum Edward
Tuan Iwasaki menatap putra tirinya itu dengan tajam.Wajahnya yang tampan dan khas orang barat mengingatkannya kepada sang istri yang telah berkhianat.
Tuan Iwasaki duduk bersandar dikursi kebesarannya, menatap 2 figura berisi foto sang istri dan kedua putranya.
Dua putra bermata biru yang serupa tapi tak sama.
*****
"selamat pagi,Tuan.." sapa Akira menunduk hormat kepada Kenzo yang keluar dari kamar
"ada berita apa hari ini ?" tanya Kenzo menuju sofa dan duduk di sana
"Tuan Besar memerintahkan Tuan Edward untuk ke Osaka,"
"Osaka?"
"iya,Tuan...ini tugas pertama Tuan Edward setelah kepulangannya.."
Kenzo menatap Akira sambil mengernyit.
"Tuan Besar ingin Tuan Edward memenangkan tender senilai jutaan dollar,"
"apa Ayah yakin Eddy bisa melakukannya?"
"mungkin Tuan Besar sudah menimbang berbagai hal sebelum memutuskannya.."
"disana klan Yamaguchi paling berpengaruh besar,"
"benar, Tuan.. karena kelicikan mereka untuk berkuasa..." angguk Akira
Kenzo menunduk, menatap tab di tangannya.
"apa aku harus ke Osaka?"
"pasti Tuan Besar akan marah jika anda membantu Tuan Edward,"
"Eddy masih mentah untuk negosiasi,"
"lagipula Tuan memiliki tanggungjawab besar disini... "
"Hotel dan Club bisa ku handle dari sana.."
"bagaimana dengan nona Reina?"
"haahh aku lupa dengan gadis liar itu," umpat Kenzo menghembuskan napas beratnya.
"gadis liar yang memporakporandakan hidup anda,Tuan.." gumam Akira
"apa?"
"tidak ada Tuan.." geleng Akira cepat
Sementara itu, didalam kamar, Reina masih meringkuk bergelung selimut.
Matanya masih terasa berat untuk membuka, tubuhnya lemas akibat percintaannya semalam.
Kenzo benar2 melampiaskan amarahnya pada Reina hingga tak berdaya.
Dan kini Reina meraba sampingnya yang kosong.
Reina membuka sedikit matanya dan melihat jam di atas nakas menunjuk pukul 8 lebih sedikit.
"mungkin pria gila itu sedang sarapan dengan asistennya si muka datar," batin Reina.
Reina menelentangkan tubuhnya, memandang langit kamar yang berhias lampu mewah.
Ternyata, kehidupan mewah yang diimpikannya tak menjamin kebahagiaannya.
Reina hidup disangkar emas, memiliki segalanya tapi merenggut kebebasannya.
"apa yang kamu pikirkan?"
Reina tersentak kaget, karena terlalu asyik dengan pikirannya, sampai membuatnya tak sadar Kenzo sudah memasuki kamar.
"tak perlu pura2 tidur.." hardik Kenzo melihat Reina menutup lagi matanya.
Kenzo berdiri di sisi ranjang, menarik Reina supaya bangun.
"aoooww.." pekik Reina
"bersiaplah.." ucap Kenzo menatap tubuh polos Reina saat berdiri di hadapannya.
"kemana...bukankah aku tak boleh keluar?"
"aku bilang bersiaplah!" desis Kenzo
Reina menatap mata biru Kenzo yang berkilat marah.
Mau tak mau Reina pun menurut dan berjalan ke kamar mandi setelah membelit tubuhnya dengan selimut kusut.
Reina mandi dengan cepat, dan terperangah mendapati beberapa kotak dan paper bag besar diatas ranjang.
Sambil berselubung handuk, Reina membuka paper bag itu, dia sudah tak kaget lagi jika isinya sebuah gaun, tas, sepatu, tak lupa 1 set perhiasan.
Padahal di lemari yang ada di walk in closet belum semuanya terpakai.
Reina memakai gaun berwarna navy, tanpa lengan,dengan model menggembung dibawah, panjangnya diatas lutut memamerkan betis Reina yang putih.
Sepatu wedges berwarna coklat susu serasi dengan tas jinjing bermerk yang Reina pernah lihat diinternet dengan harga selangit.
Reina berputar2 didepan cermin dan hampir terjatuh saat pintu kamar terbuka dan Kenzo memandangnya.
Reina menyelipkan rambutnya yang tergerai ke belakang telinga, memamerkan anting berlian yang berkelip mahal.
"sudah siap?" tanya Kenzo menyipit saat melihat leher Reina yang polos.
Reina mengangguk sambil melihat Kenzo yang berjalan ke arah ranjang, meraih kotak perhiasan, dan berjalan menuju belakang Reina untuk memakaikan kalung.
"milikku yang sempurna..." bisik Kenzo memeluk Reina dari belakang dan menyandarkan dagunya dibahu Reina.
Jantung Reina berdegub kencang tak beraturan.
"ayo berangkat.." ajak Kenzo meraih tangan Reina
Akira pun tampak bersiap melihat Tuan Muda dan wanitanya keluar dari kamar.
"watashi o tamotsu (jaga milikku), " titah Kenzo menatap tajam Akira
"kashikomarimashita (baik Tuan)," angguk Akira dengan hormat.
Reina hanya menatap bingung dua orang yang berbicara dengan bahasa asing itu.
Reina berjalan mengekor dibelakang Kenzo, sementara Akira berjalan di sisi Kenzo.
Akhirnya setelah hampir 2 minggu terkurung, Reina bisa menghirup udara luar.
Reina berjalan diapit para pengawal di samping kanan-kiri dan juga belakang.
Pintu lift terbuka, dan rombongan pun masuk ke dalamnya.
Reina hanya terdiam karena tak mengerti pembicaraan Kenzo dan Akira selama dalam lift yang bergerak menuju lantai dasar.
Pintu lift terbuka saat sampai di lobi utama, beberapa pasang mata langsung menatap ke arah lift dimana rombongan Kenzo beranjak keluar.
Beberapa orang tampak terpesona dengan Kenzo yang tampan dalam balutan setelan jas mahal, ditambah dengan Akira yang tampak gagah berjalan disisinya.
Beberapa pria berjas hitam rapi yang mengawal semakin membuat takjub orang yang memandang.
Reina menundukkan kepalanya tak berani memandang ke depan, ia sangat malu jika beberapa orang hotel mengenalinya.
"itu Reina!" bisik2 si resepsionis
"kenapa bisa bersama Tuan Kenzo?"
"lihat semua yang dipakainya!!"
Reina semakin menunduk saat melewati meja resepsionis, ia tahu, para pegawai hotel menatapnya penuh selidik.
Bahkan security yang berjaga di depan pintu utama pun terkejut melihat Reina yang berdiri di antara para pengawal pemilik hotel.
"aahh sialan..." umpat Reina berbisik
Akira menghentikan bicaranya sambil melirik Reina.
"ada apa Nona..?" tanya Akira
"tidak ada.." geleng Reina tersenyum
3 mobil berhenti di depan mereka, Kenzo masuk ke mobil diikuti Reina, dan Akira pun duduk di depan samping sopir, para pengawal masuk ke dalam mobil di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Reina.
Reina memandang keluar melalui jendela mobil, tidak tahu kemana mereka akan pergi.
"apa aku akan di bawa menemui orangtuaku?" tanya Reina memandang Kenzo yang sibuk menatap tab nya
"tidak," jawab Kenzo singkat
"lalu kita mau kemana?" tanya Reina mencoba sabar sambil meremas pegangan tasnya.
Kenzo tak menjawab, membuat Reina semakin jengkel.
"dasar manusia batu!" gerutu Reina membuang pandang keluar dan duduk bersandar.
Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit, Reina tersadar kemana tujuan Kenzo membawanya.
"bukankah ini gedung tempat bekerja Dimas dan Sinta?" batin Reina
"aku tidak mau turun!" kata Reina saat mobil berhenti di depan lobi gedung yang lumayan mewah.
"jangan membuatku marah Nona muda," ucap Kenzo melihat Reina yang merajuk
Kenzo memang sengaja mengajak Reina supaya bertemu dengan kekasih dan sahabatnya yang berkhianat setelah membaca informasi dari Akira.
Kenzo adalah CEO utama perusahaan ekspor impor dimana Dimas dan Sinta bekerja.
"aku tak peduli," Reina duduk bersandar sambil bersedekap.
"apa ada sesuatu di tempat ini?" tanya Kenzo
"tidak ada!" jawab Reina pendek
"apa kamu tidak ingin bertemu pengkhianat?"
Reina membulatkan matanya mendengar ucapan Kenzo.
"apa?" Reina menatap Kenzo tajam
"ternyata nyalimu tak sebesar saat diranjangku!"
Reina membuka mulutnya kaget, Kenzo menyeringai sambil turun dari mobil saat pengawal membukakan pintu.
"kurang ajar!!" maki Reina dan meraih tasnya jengkel, mengikuti Kenzo keluar dari mobil.
Tampak pria setengah baya berdiri menyambut dengan beberapa staff, dan ternyata orang yang ingin dihindari Reina ikut berdiri disana.
"selamat pagi, Tuan Kenzo," sapa si pria setengah baya itu menunduk hormat.
Kenzo hanya diam, menanti Reina yang masih merapikan gaunnya.
Reina menatap bingung saat Kenzo mengulurkan tangan untuk menggandengnya.
Beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, dengan beribu pertanyaan, terlebih Dimas yang begitu terkejut melihat Reina berdiri disamping pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Reina yang cantik dengan semua barang mewah melekat ditubuhnya membuat Dimas semakin terperangah.
Dimas menelan saliva nya saat bertemu pandang dengan Reina yang menerima uluran tangan sang CEO.
"apa kamu terkejut hah?" batin Reina sambil tersenyum menggandeng tangan Kenzo.
Kenzo berjalan bersisian dengan Reina, diikuti Akira dan para pengawal.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments