"maaf ya kemarin kamu menggantikanku.."
"sudah tak apa, sudah seharusnya kita saling bantu..apa sudah sembuh?"
Reina dan Dena sedang menyiapkan peralatan kebersihan mereka sebelum memulai pekerjaan siang ini.
"sudah...nanti malam aku traktir mi goreng disimpang jalan deh..." kata Dena meringis
"siaap.." angguk Reina tersenyum senang
Lumayan, uang jajannya utuh hari ini.Haha.
Mereka berdua berjalan beriringan dan berpisah karena Dena akan membersihkan presidential suite dan Reina beberapa kamar di lantai yang berbeda.
Dena yang sampai di lantai presidential suite langsung mendapat tatapan tajam dari para pengawal Kenzo.
"maaf Tuan, saya mau membersihkan ruangan.."
Dena bergidik ngeri saat tak lepas dari tatapan tajam mereka.
Mereka pun mempersilahkan Dena masuk ke dalam untuk segera membersihkan ruangan.
Akira yang muncul dari dalam kamarnya menatap Dena.Dia bukan gadis yang tadi malam.
"kenapa berganti orang?" Akira bertanya dengan logatnya yang lucu
"maaf Tuan, teman saya sedang membersihkan kamar lain.." jawab Dena menunduk
Malu sekali ditatap pria tampan dihadapannya ini.
Dan Dena semakin malu saat Kenzo keluar dari ruangannya.Tampan sekali dengan kemeja hitam dipadu celana jeans.Rambut hitamnya selalu tersisir rapi.
Kenapa ruangan ini isinya pria2 tampan! keluh Dena dalam hati, terus menunduk tidak berani menatap kedua lelaki tampan yang tengah sibuk berbicara dengan bahasa asing itu.
"apakah ingin makan siang disini atau di resto hotel Tuan?" tanya Akira melihat Tuan Mudanya itu hanya meminum air putih dari teko yang tersedia.
"mungkin di resto saja, " jawab Kenzo singkat
"baik Tuan, saya akan menelpon manager hotel untuk menyiapkan ruang private,"
"tak perlu, aku ingin seperti tamu yang lain, melihat pelayanan disini.." tolak Kenzo dan berjalan keluar ruangan
Akira buru2 mengikuti Tuan mudanya.Kenzo menolak saat beberapa pengawal hendak mengikutinya.
Kenzo malas menjadi pusat perhatian setiap berada di hotel ini, ia ingin menjadi tamu biasa seperti yang lain tanpa mengundang perhatian.
Akira pun meminta para pengawal untuk menjaga dengan radius beberapa meter, menuruti permintaan Tuan Mudanya itu.
Tanpa pengawal pun, sosok Kenzo tetaplah mengundang perhatian.
Apalagi di negara yang sangat besar rasa ingin tahunya ini.
Akira menemani Kenzo makan siang, dan masih menjadi pusat perhatian.
Kenzo membuang pandang ke arah taman melalui jendela besar di restoran.
Di sana tampak gadis berlari kecil sambil membawa tumpukan kain, yang sepertinya sprei kotor, dengan salah satu kain yang menjuntai menyebabkan gadis itu terjerembab jatuh.
"bodoh," gumam Kenzo, bibirnya menyeringai
Akira yang melihat Kenzo tersenyum mengikuti arah pandang tuannya itu.
Seorang gadis terlihat di luar sibuk berdiri dari jatuhnya sambil memungut tumpukan kain sprei.
Ada apa denganmu,Tuan? batin Akira
*****
"Dimas?"
Reina terkejut saat melihat sosok pria yang menjadi kekasihnya selama 2 tahun ini tampak berdiri di depan hotel tempatnya bekerja.
"Reina ?" Dimas melambaikan tangannya
"ada apa? tidak biasanya kamu menjemputku.."
"ingin mengajakmu makan es krim..."
Bibir Dimas tersenyum, tapi ekspresi wajahnya seperti orang bingung.
Apa yang kamu sembunyikan? batin Reina
"ayo," ajak Dimas mengajak Reina menuju mobilnya
Dalam perjalanan tidak ada yang bicara sepatah pun, suasana terasa canggung sampai mereka tiba di resto eskrim langganan Reina.
"aku mau yang jumbo," ucap Reina meringis, memamerkan giginya yang putih dan rapi
"pesan eskrim jumbo dan lemon dingin,"
Pelayan mengangguk dan bergegas menyiapkan pesanan mereka.
"apa pekerjaanmu sedikit sampai bisa menjemputku?" tanya Reina menatap Dimas
"iya...sudah lama aku tak menjemputmu.."
Dimas merasa tak nyaman dengan posisi duduknya, terlebih Reina yang menatapnya intens.
"apa ada yang ingin kamu bicarakan?"
"Reina..."
Dimas bingung harus memulai darimana.
"maafkan aku..." serak Dimas
"maaf untuk apa?" tanya Reina bingung
"maaf untuk hubungan kita...aku,..kita..tidak bisa meneruskan hubungan ini..."
Reina menatap Dimas yang menunduk.
"ta-tapi mengapa?" tuntut Reina
"karena aku tak bisa Reina...maaf..."
Pelayan pun datang dan meletakkan pesanan dimeja.
"silahkan.." sila pelayan dengan ramah kepada Reina dan Dimas yang sama2 berkecamuk dengan pikiran masing2.
"tolong...jelaskan padaku alasan sebenarnya.."
Reina menatap Dimas yang lambat laun mengangkat wajahnya, membalas tatapan Reina dengan perasaan bersalah.
"apa karena aku hanya pekerja kasar di hotel bukan kantoran sepertimu..?"
"Reina..."
"apa karena aku orang miskin, bukan dari kalangan orang berada sepertimu ?"
"Reina...bukan itu..."
"lalu apa ? katakan padaku!" teriak Reina
"Sinta hamil anakku!"
Reina terdiam.
"apa?"
"maafkan aku Reina...aku harus menikahi Sinta demi janin yang dikandungnya..."
Reina menatap Dimas dengan penuh amarah, ingin rasanya ia berteriak dan mencakar wajah pria dihadapannya ini.
"Ooh...selamat.."
Dimas terkejut mendengarnya.
"Reina...?"
"selamat untuk kalian berdua..." lirih Reina
Bibirnya yang gemetar mencoba untuk tersenyum.
"Reina...aku..."
"pergilah...aku tunggu undangan kalian berdua..."
Dimas menghembuskan napasnya berat.Ia sudah tak tahu harus berbicara atau pun bersikap apalagi.
Gadis yang duduk dihadapannya ini berwajah datar, sibuk memainkan sendok di gelas jumbo es krim nya.
"maafkan aku Reina.." lirih Dimas dan beranjak dari kursinya tanpa menyentuh minumannya.
*****
Tiiiinnnnn
Dua orang gadis terjatuh di trotoar, dengan diiringi umpatan seseorang dibalik kemudi.
Hampir saja Reina tertabrak mobil jika Dena tak segera menariknya.
"kamu kenapa siihh???" teriak Dena jengkel
Reina hanya terdiam.
"Reina!!" teriak Dena lagi
"Dimas memutuskanku..." lirih Reina
"apa?" Dena melotot tak percaya
"Dimas memutuskan hubungan kami, dan apa kamu tahu alasannya?"
Dena menatap Reina yang tampak tersenyum getir
"Sinta sedang hamil anaknya..."
"Reina..."
Dena langsung memeluk Reina erat.
"apa salahku..."
Reina tak mampu lagi menahan sakit hatinya.
Dalam dekapan Dena ia menangis keras2, tak peduli orang2 yang memandangi mereka.
"kenapa mereka mengkhianatiku..." isak Reina
"sst..tenanglah Rei...kamu masih punya aku..."
Dena menepuk2 punggung Reina lembut, mencoba menghiburnya.
"kamu adalah bunga, dan lalat tidak hinggap dibunga, tapi di sampah...lupakan orang2 sampah seperti mereka..." ucap Dena
Reina menangis terisak, benar2 hatinya terluka oleh pengkhianatan Dimas dan Sinta.
"ayo...ikut pulanglah bersamaku..."
"tapi..."
"apa kamu ingin melihat ayah dan ibu mu khawatir dengan keadaanmu ini ??"
Reina menggeleng sambil mengusap airmatanya.
"tidak pantas kamu menangisi pengkhianat Rei.."
Dena menatap wajah Reina yang sembab, hidungnya memerah, airmata masih saja mengalir di matanya yang mulai bengkak oleh tangis.
Dena berdiri dan ikut menarik Reina bersamanya.
"tenangkan dirimu...jangan menjadi lemah hanya karena kelakuan mereka menusuk dibelakangmu!"
"hatiku sakit rasanya Dena..." lirih Reina berusaha untuk tidak menangis, tapi entah kenapa airmatanya terus saja mengalir tak mau juga berhenti.
"kamu pasti bisa Rei...kamu kuat, jangan biarkan mereka bahagia di atas penderitaanmu.."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments