NovelToon NovelToon

Deviasi

#part 1

"sudah berapa kali kamu terlambat minggu ini?"

"maaf... tadi motor saya macet Pak,"

"kamu ini alasan saja!"

Reina hanya menunduk, tidak berani menatap atasannya yang masih bersungut marah.

Hampir seminggu ini ia sudah terlambat 5 kali, yang artinya hampir setiap hari ia datang terlambat.

"sudah sana pergi, mau dipecat kamu?"

Reina terlonjak kaget, buru2 ia beranjak keluar dari ruangan atasannya itu.

Reina mengelus dadanya saat bersandar dipintu yang telah tertutup.

"kamu telat lagi ?"

Reina menatap Dena, teman sesama Housekeeping seperti dirinya.

"iya..aku bangun kesiangan lagi.." angguk Reina

"kamu ini.." geleng Dena

Mereka berdua berjalan beriringan untuk memulai pekerjaan mereka.

Reina bekerja dibagian housekeeping sebuah hotel mewah bintang 5 di pusat kota S.

Reina seorang gadis cantik bertubuh ramping, kulitnya putih,rambutnya hitam legam.

Penampilannya sangat tidak cocok dengan pekerjaannya.

"tahu tidak gosip yang beredar?"

Reina menggeleng menatap Dena yang tampak bersemangat pagi ini.

"hotel ini dibeli oleh orang jepang, dan katanya hari ini akan datang kesini.." cerita Dena

"lalu? apa yang membuatmu semangat?" tanya Reina polos.

"asal kamu tahu Rei, pemilik barunya masih muda, dan gosipnya masih bujang!"

"lalu kamu berharap beliau jatuh cinta padamu?"

Dena langsung tertawa

"jodoh siapa yang tahu kawan.." kekeh Dena

"mimpimu terlalu tinggi Dena,"

Reina tersenyum sambil menepuk punggung kawannya itu.

"kamu juga tidak menolak kan kalau tiba2 saja jadi nyonya pemilik hotel ini??"

"ya tentu tidaklah...aku bosan hidup miskin,"

Kedua gadis itu tertawa.

"Dena!Reina! mau dipotong gajinya?!"

Dua gadis itu terlonjak kaget dan buru2 pergi dengan berlari kecil mendorong kereta berisi peralatan kebersihan.

"kaburr ada mak lampir!" seru Dena membuat kedua gadis itu tertawa.

*****

Iring2an mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan lobi hotel.

Beberapa pria berjas hitam dan berkacamata hitam tampak menuruni mobil yang berada dibarisan paling depan.

Mereka berbaris rapi, dan menyambut seseorang yang turun dari mobil diurutan tengah.

Pria bertubuh gagah, dibalut setelan jas berwarna hitam dengan harga mahal,rambut hitamnya tersisir rapi dan klimis.

Wajahnya tampan, dengan kulit putih,sangat menarik dengan rambut hitam dan matanya yang berwarna biru.

Namanya Kenzo Fujisawa Iwasaki, pria yang terlahir dari seorang ayah warga negara Jepang dan ibu, seorang wanita cantik dari Inggris.

Kenzo mengambil apa yang terbaik dari kedua orangtuanya.

Fisik sempurna ayahnya dan mata biru ibunya.

"kita sudah sampai Tuan,"

Seorang pria, membungkukkan badannya hormat.

Pria bernama Akira itu adalah tangan kanan Kenzo.

Kenzo hanya mengangguk, lalu berjalan memasuki lobi hotel diikuti beberapa pria dibelakangnya.

Rombongan pria yang tampak begitu menakutkan, membuat beberapa pengunjung hotel menyingkir memberi jalan.

"Selamat datang Tuan,"

Tidak tanggung2, seluruh jajaran petinggi hotel menyambut kedatangan Kenzo, sebagai sang pemilik baru.

Kenzo yang sudah belajar bahasa Indonesia menganggukkan kepalanya.

Rombongan langsung bergegas memasuki lift yang khusus disediakan untuk para petinggi pemilik saham hotel menuju ruangan Presidential Suite.

"kereeeennnn..." pekik Dena saat melihat rombongan memasuki lift.

"apanya yang keren? rombongan setan begitu dibilang keren!" dumal Reina

"isshh kamu ini! gaya mereka saja seperti di film2!"

"sudah ayo kembali kerja, bisa dipecat nanti,"

Reina bergegas menyeret temannya itu pergi.

*****

"ayah,ibu, aku pulang..."

Reina menutup pintu rumahnya yang sederhana.

Harum masakan membuat cacing2 diperutnya berdemo.

"mandi dulu, kita makan bersama," ujar ibu Reina melihat putrinya itu mengintip dapur minimalis rumah mereka.

"aku lapar sekali Bu.." seru Reina mengusap perutnya yang keroncongan.

"mandi dulu," galak ibunya

"iya2 !" dumal Reina berjalan pergi menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, Reina berbaring diatas ranjangnya yang tidak terlalu besar.

Anak tunggal tak membuatnya dimanja, kehidupan sederhana membuatnya menjadi gadis yang mandiri.

Reina menatap bingkai foto diatas meja kecil samping tempat tidurnya.

Fotonya bersama Dimas, kekasihnya dan Sinta, sahabatnya.

Mereka bertiga bersahabat sejak bangku sekolah hingga saat ini.

TiitTiitTiit

Ponsel Reina berbunyi nyaring, tanda sebuah pesan masuk.

"nanti kita mampir ke cafe mu ya," pesan dari Sinta

Ya, Reina memang bekerja sambilan di sebuah cafe, untuk memenuhi kebutuhan rumah karena kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia.

Reina mengambil alih tugas Ayahnya menjadi tulang punggung keluarga.

"boleh, aku tunggu," balas Reina cepat.

Bergegas ia pun beranjak bangun dan mandi.

Tak berapa lama, Reina sudah rapi dengan baju pelayan cafe dan keluar kamar menuju ruang makan.

"maaf ya 'nak...kamu harus bekerja keras.."

Ayah Reina menatap sendu putri tunggalnya itu.

Reina tak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menepuk2 punggung tangan ayahnya.

"apa kamu tidak capek kerja lagi di cafe..ibu bisa berhemat.."

"tidak apa Bu...kerjaannya ringan tapi gajinya lumayan..uangnya bisa ditabung buat liburan keluar negeri besok,"

Sepasang suami istri itu tertawa mendengar celotehan anak semata wayang mereka.

Untuk bisa makan sehari - hari saja mereka bersyukur, apalagi bisa sampai keluar negeri, sesuatu yang amat sangat hebat.

"sudah2 ayo makan.." ajak Ayahnya

Mereka bertiga pun duduk di kursi makan dan memulai menyantap masakan sederhana.

*****

Cafe XYZ, tempat Reina bekerja lumayan ramai malam hari ini.

Akhir pekan yang cerah membuat banyak orang pergi keluar rumah meskipun hanya minum secangkir kopi.

Reina melihat Sinta yang datang bersama Dimas, mereka memasuki cafe dan menuju di meja yang berada di out door.

Reina pun bergegas mendekati mereka.

"mau pesan apa kakak ganteng dan cewek centil?"

Dimas dan Sinta tertawa melihat tingkah Reina.

"kamu ini," Sinta mencubit pinggul Reina.

"karena mencubit jadi bayarnya dobel," dumal Reina

Dimas tersenyum menatap dua gadis di hadapannya.

Reina melirik Dimas, entah kenapa tatapannya ke arah Sinta tampak berbeda.

"kalian baru pulang kantor?" tanya Reina

"iya..langsung mampir ke sini, " angguk Sinta

Dimas dan Sinta memang dari keluarga yang lebih mapan, sehingga mereka berdua bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang universitas, yang akhirnya bisa membuat mereka berdua diterima bekerja di perusahaan ekspor impor.

Kadang Reina merasa canggung saat berkumpul dengan mereka, apalagi saat Dimas menyatakan perasaannya, membuat Reina semakin canggung.

"coklat hangat dan kopi expresso segera siap,"

Reina sangat hapal minuman favorit kedua orang yang sangat berharga dihidupnya itu.

"nggak pake lama ya sis," kata Sinta centil

"okee,,tolong jagain mas gantengku ya cantikk.."

Sinta tertawa, dan Reina pun melenggang pergi meninggalkan mereka untuk menyiapkan minuman.

Reina tampak sibuk melayani beberapa pengunjung cafe yang terus berdatangan, membuatnya tak bisa menemani Sinta dan Dimas.

"maaf ya aku tidak bisa menemani," sesal Reina

"tak apa, kamu kan sedang kerja.." ucap Dimas

"lain kali kalau libur kita bisa bersama,"

"boleh,"

Dimas tersenyum, mengusap lembut rambut Reina.

Dimas dan Sinta berpamitan untuk pulang lebih dulu, karena Reina tidak mau membuat mereka menunggu lama sampai jam kerjanya selesai.

"beneran kita tinggal?" tanya Sinta

"iya..hati2 dijalan ya?" angguk Reina

"kamu juga ya?" Dimas tersenyum lagi.Tampan.

"iya.." angguk Mitha tersenyum

Dimas membuka pintu mobil untuk Sinta sebelum memasuki mobil dibangku kemudi.

Reina membalas lambaian tangan Sinta sebelum mobil berjalan pergi.

Hati Reina merasa tak tenang, entah mengapa, melihat Dimas yang membukakan pintu dan membantu Sinta memasuki mobil,sesuatu yang selama ini tak terjadi membuat Reina berpikir sejenak.

"mereka sahabatku, tidak mungkin kan mereka mengkhianati kepercayaanku?" batin Reina.

*****

#part 2

Cuaca siang hari ini terasa panas, sepanas ruang meeting hotel yang sedang melaksanakan rapat para petinggi dewan direksi hotel dengan pemilik yang baru.

Kenzo menggebrak meja dengan keras, membuat orang2 yang menghadiri rapat terlonjak kaget.

"saya ingin presentasi ulang besok siang! saya menghabiskan jutaan dollar untuk hotel ini, dan saya tidak mau rugi !"

Kenzo berbicara dengan bahasa inggris, karena ia masih belajar bahasa Indonesia dan belum terlalu fasih mengucapkannya.

Dengan dingin Kenzo beranjak dari kursi pimpinannya dan berjalan keluar meninggalkan suasana rapat yang hening, Akira pun membuntuti Tuannya keluar ruangan.

"benar2 menyusahkan!" gumam Kenzo

"saya akan menemui anggota direksi lagi nanti, Tuan.." kata Akira tergopoh2 mengikuti langkah Kenzo.

"awas saja jika presentasi mereka tidak lebih baik, aku tembak kepala mereka!"

Akira menunduk takut, dia tahu betul siapa Tuannya ini.

Kenzo adalah pewaris dari Tuan Iwasaki Senior, pengusaha terkaya dan paling berpengaruh di negeri matahari terbit.

Tuan Iwasaki Senior juga ketua klan mafia yang paling ditakuti, kelompok mafia yang dipimpinnya menguasai seluruh bisnis di negaranya maupun di luar negeri, yang jelas membuat keluarga mereka tak akan miskin tujuh turunan.

Tuan Iwasaki Senior adalah seorang pria jepang asli, memiliki istri seorang wanita cantik berkebangsaan Inggris.

Mereka memiliki seorang putra, Kenzo lah orangnya.

Kehidupan bebas dunia barat, terbentur dengan budaya dan adat timur yang begitu keras membuat ibu Kenzo tertekan dan sempat melarikan diri dari istana megah suaminya.

Dalam pelariannya, ia pun berkenalan dengan seorang pria yang juga berkebangsaan Inggris.

Dari hidup bersama dengan pria dingin berganti dengan pria sebangsa yang supel dan hangat membuat benih2 cinta tumbuh di antara mereka.

Namun sayang, kebersamaan mereka tak berlangsung lama, karena anak buah Tuan Iwasaki berhasil menemukan Nyonya mereka yang melarikan diri.

Penolakan mereka berakhir dengan pertumpahan darah.Si pria ambruk dengan dahi berlubang tertembus timah panas, membuat si wanita berteriak histeris sebelum pingsan.

Setelah tersadar, Ibu Kenzo pun semakin tertekan, menyadari dirinya sudah kembali menjadi burung dalam sangkar emas.

Pelariannya membuat suaminya semakin menjadi pria yang dingin, terlebih saat mengetahui jika dirinya telah berbadan dua.

Sembilan bulan berlalu, dan Kenzo pun memiliki adik beda Ayah.

Adiknya lelaki, rambutnya pirang, bermata biru sama seperti dirinya, hanya warna rambut mereka yang berbeda.

Kenzo kecil begitu menyayangi adiknya, tapi tidak dengan Ayahnya.

Ayahnya mengakui secara hukum anak hasil perselingkuhan istrinya itu sebagai anaknya, membuat istrinya semakin tertekan.

Bahkan memberi tatto pada punggung bayi itu sebagai tanda silsilah klan keluarga mafia mereka.

Ibu Kenzo semakin tertekan, dan akhirnya menyerah dengan mengakhiri hidupnya sendiri.

Kenzo kecil menyaksikan itu semua, yang perlahan membuatnya tumbuh menjadi sosok yang dingin, lebih dari Ayahnya.

"Apa pesawat Edward sudah mendarat?"

Kenzo terduduk di sofa saat mereka memasuki ruang Presidential Suite yang mereka tinggali selama beberapa hari ke depan untuk pengambilalihan hotel.

"sudah Tuan, sekitar 15 menit yang lalu, para pengawal sudah menjemput Tuan Edward sesuai perintah Tuan Besar.." jawab Akira

Edward adalah adik tiri Kenzo, sejak ibu mereka mengakhiri hidup, Edward kecil yang baru berusia 7 tahun dikirim Ayah Kenzo ke Amerika, setiap setahun sekali Edward akan pulang ke Jepang jika Kenzo sudah rindu dengan adiknya itu.

Dan kini Edward yang sudah menyelesaikan studinya kembali ke Jepang untuk membantu Kenzo mengurus perusahaan raksasa milik Tuan Iwasaki Senior.

"butuh berapa lama kita bisa membereskan masalah ini ?"

"paling cepat 2 pekan Tuan, karena laporan yang saya terima, manajemen hotel ini benar2 berantakan...Tuan Besar bisa marah jika mengetahui anda mengakuisisi hotel kolaps ini Tuan.."

Kenzo menarik napas berat, membenarkan laporan tangan kanannya itu.

"apa jadwalku hari ini ?" tanya Kenzo

" pukul 2 nanti, jadwal anda untuk berkunjung di perusahaan ekspor impor Tuan,"

"setelah itu?"

"saya bisa mengosongkan jadwal jika anda ingin beristirahat..."

"baiklah, aku ingin istirahat sebentar sebelum kunjungan.."

"baik Tuan,"

Kenzo pun beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Akira yang masih menunduk hormat.

*****

Reina turun dari bis yang berhenti di halte seberang gedung perkantoran Dimas dan Sinta berada.

Hari ini jatah liburnya, dan ia berencana untuk mengajak kekasih dan sahabatnya itu makan siang bersama sebagai ganti saat di cafe lalu Reina tak bisa menemani mereka.

Reina sengaja menunggu di halte dan mengejutkan mereka saat keluar dari gedung perkantoran.

Reina mendecak kagum menatap gedung perkantoran mewah dihadapannya itu.

"ckck, pasti orang kaya raya yang punya gedung semegah ini," gumam Reina takjub

Tampak di depan lobi gedung itu berbaris mobil2 mewah berwarna hitam mengkilat.

Reina mengerutkan dahinya, sepertinya tak asing dengan mobil2 itu.

"apa mungkin pemilik gedung ini juga pemilik hotel yang baru juga??" Reina membatin terperangah.

Seberapa kaya orang2 itu??

Reina yang melihat sosok Dimas keluar dari gedung tersenyum, bergegas ia berlari kecil untuk menghampiri dan segera menghentikan langkahnya melihat pemandangan dihadapannya.

Sinta muncul dari belakang dan memeluk pinggang Dimas, mereka tertawa bersama, dan kemudian berjalan bersisian bergandengan tangan.

Reina tertegun menatapnya.

Rasanya bahasa tubuh mereka bukan sebagai sahabat, tapi kekasih!

Hati Reina terasa di cubit.Sakit.

Reina melanjutkan langkah menghampiri Dimas dan Sinta yang masih asyik tertawa, tak menyadari keberadaan Reina.

"Haii,," seru Reina

Dimas dan Sinta terkejut melihat Reina berdiri tak jauh dihadapan mereka.

Sontak Dimas melepas genggaman tangannya pada Sinta.

"Reina??"

Benarkah wajah mereka tampak pucat melihatku? batin Reina menatap mereka nanar.

"aku mau mengajak kalian makan siang,"

Dimas dan Sinta berpandangan.

"kenapa tidak telpon dulu?" Dimas tampak salah tingkah dengan tatapan Reina.

Jika aku telepon, aku tidak akan menyaksikan kelakuan kalian! batin Reina gemas.

"kalau telpon nggak surprise, iya 'kan Sin_ta??"

Dan kini Sinta yang salah tingkah dan berwajah pucat mendengar cara Reina memanggil namanya.

Reina pura2 mengambil ponselnya yang sunyi.

"wah, maaf, tiba2 aku harus menggantikan temanku yang sakit, mungkin lain kali saja ya??"

Benarkah dua manusia pengkhianat itu menghembuskan napas lega?

"iya...lain kali telpon dulu ya?" angguk Dimas

"siap pacarku yang ganteng!"

Reina tersenyum sambil mengangkat tangannya memberi hormat.

"aku pergi dulu, jagain pacar gantengku ya Sin? awas kalau ada yang rebut dariku!"

Sinta tersenyum kecut mendengar ucapan Reina.

Reina membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan mereka.

Emosi membuncah di dada dan kepalanya.Ingin rasanya ia berteriak memaki kedua orang hina yang dianggapnya sebagai sahabat selama ini.

Reina berjalan menyusuri trotoar dengan penuh amarah.

Sementara itu, di depan lobi gedung perusahaan ekspor impor tempat Dimas dan Sinta bekerja, telah berbaris pria2 berjas rapi, membungkukkan badan saat Kenzo memasuki mobil.

"Apakah anda ingin berkeliling sebelum kembali ke hotel Tuan?" tanya Akira yang duduk di samping sopir hotel yang akan membawa pergi mereka selama berada di Indonesia ini.

"aku ingin minuman dingin, tempat ini rasanya panas sekali," Kenzo mengendurkan sedikit dasinya karena gerah.

"Baik Tuan,"

Akira yang sudah menguasai bahasa Indonesia dengan fasih memberi perintah kepada sopir untuk membawa mereka ke restoran.

Akira, sesuai arti namanya yang berarti cerdas, menguasai beberapa bahasa asing sekaligus.

Sebagai tangan kanan calon pewaris perusahaan raksasa yang menggurita, Akira pun dituntut untuk menguasai segalanya dalam waktu yang singkat.

Mobil mewah itu melesat menuju resto yang berada di dekat taman kota.

*****

#part 3

Reina duduk menikmati segelas besar es krim di kursi berpayung besar sebuah resto taman kota.

Taman yang penuh dengan pepohonan rindang membuat suasana siang terasa sejuk.

Rasa emosi membuat Reina ingin makan banyak eskrim berharap dinginnya es bisa ikut mendinginkan hati dan kepalanya yang terasa panas.

Pegawai resto tampak tergopoh2 saat melihat barisan mobil mewah berhenti di halaman resto.

Beberapa pengunjung resto pun tampak heboh, tapi tidak dengan Reina yang masih asyik dengan es krim jumbo nya.

"aku mau duduk sendiri, kalian jauhlah,"

"baik Tuan,"

Akira membiarkan Tuan Mudanya itu berjalan sendiri memasuki resto dan memilih untuk duduk di meja yang berada di outdoor.

Akira pun memesan minuman lemon dingin dan potongan buah segar sebagai cemilan untuk Kenzo yang sudah duduk disana.

Pria berjas mahal, dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya tak bisa menutupi wajah tampannya.

Reina yang duduk berhadapan dengan Kenzo tampak tak peduli, padahal wanita2 pengunjung resto tampak ribut ingin tahu setengah mati siapa pria tampan itu.

Kenzo menatap Reina yang menikmati es krim nya dengan rakus, noda eskrim disudut bibirnya membuat Kenzo tersenyum menyeringai.

Entah mengapa sosok gadis yang menikmati eskrim seperti anak kecil itu menarik perhatian Kenzo.

"hei, apa aku boleh tambah lagi?" seru Reina kepada pelayan resto yang mengantar pesanan Kenzo dihadapannya.

"tentu," angguk si pelayan resto

"terimakasih," Reina tersenyum manis

Kenzo menatap senyuman itu.Senyum yang sama dengan senyum ibunya yang telah tiada.

Tak butuh waktu lama, pelayan resto membawakan pesanan Reina, segelas jumbo eskrim aneka rasa berwarna pelangi.

Kenzo menatap tak percaya melihat gadis bertubuh kecil bisa menghabiskan 2 gelas jumbo eskrim.

"awas saja kalian berdua, kalian pasti akan menyesal tujuh turunan tujuh tanjakan dan turunan lagi sudah membuatku sakit hati!" dumal Reina

Gadis yang aneh, batin Kenzo.

Wajah Reina dengan berbagai ekspresi itu benar2 menarik perhatian Kenzo.

Akira yang mengawasi dari meja berjarak 2 meter itu mengangkat sebelah alisnya saat melihat beberapa kali Tuan Mudanya itu tersenyum menyeringai.

Pemandangan yang beberapa tahun terakhir ini tak dilihatnya.

Reina meraih ponselnya yang berbunyi segera membuka pesan singkat yang diterimanya.

Dena mengabarkan ia sedang diare dan tidak bisa berangkat kerja untuk shift malam ini.

Reina pun diminta untuk menggantikan shiftnya.

Tanpa ragu Reina pun langsung menyetujuinya.

Bergegas Reina pergi ke kasir setelah eskrimnya habis.Dia ingin segera pulang untuk beristirahat sebelum berangkat bekerja shift malam nanti.

"Tuan, apakah sudah selesai? Kita harus segera kembali ke hotel untuk siap2 acara makan malam nanti, " Akira mendekati Kenzo yang sudah menghabiskan lemon dinginnya.

Kenzo tak menjawab, hanya mengangguk, dan beranjak berdiri dari kursinya tanpa melepas pandangnya dari sosok gadis yang berdiri menyerahkan uang pada kasir resto.

*****

"tugasmu nanti membersihkan presidential suite,"

Reina terkejut mendengarnya.

"tapi saya belum pernah masuk ke sana Bu.."

"jadi kamu menolak tugas dariku?"

Wanita bertampang jutek itu pun melotot ke arah Reina.

"tidak Bu...mana saya berani.."

"Ya sudah, lakukan tugasmu sana!"

Aahh, pasti perawan tua itu mau mengerjaiku saja!

dumal Reina dalam hati.

Dengan lesu, Reina berjalan menuju lift yang akan mengantarnya ke ruang presidential suite yang berada di lantai teratas gedung hotel ini.

Padahal semula ia berharap bisa bekerja ringan di shift malam karena kebanyakan tamu hotel sudah masuk ke kamar masing2 untuk beristirahat.

Tringg

Lift berbunyi nyaring menyadarkan Reina dari lamunannya.Lift berhenti di lantai presidential suite berada.

Reina pun langsung takjub begitu pintu lift membuka, memanjakan matanya dengan pemandangan mewah dan elit dihadapannya.

Dua orang pria berjas hitam yang tampak duduk di kursi depan pintu menatap Reina tajam.

"maaf permisi, saya petugas untuk membersihkan ruangan, .." kata Reina meminta ijin

Dua orang itu hanya menatap Reina bingung.Ya, dua orang pria asli Jepang itu tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Reina dengan bahasa Indonesia.

Salahsatu dari mereka berdiri dan mengetuk pintu sebelum terdengar sahutan dari dalam.

Seorang pria tampan, berkulit putih dan bermata agak sipit membuka pintu, tampak berbicara sebentar dengan pria penjaga pintu, kemudian tersenyum.

"maaf nona, mereka tidak mengerti bahasa anda.."

Ingin rasanya Reina tertawa mendengar logat bicara si pria tampan.

"anda bisa membersihkan bagian ruang tamu dulu, karena bagian dalam masih dipakai Tuan saya.."

"baik Tuan," angguk Reina mencoba menahan tawanya.

Si pria tampan mempersilahkan Reina masuk ke dalam sambil membawa kereta berisi peralatan kebersihannya.

Seperti di luar, di dalam pun ada beberapa orang berjas yang tampak berjaga, mengawasi Reina yang mulai bekerja membersihkan ruangan.

"emang aku mau mencuri!" gerutu Reina merasa risih terus di awasi dengan tajam.

Si pria tampan tampak duduk di balik meja kerja yang disediakan dengan laptop nya.

Reina melirik sekilas, ternyata ada pria yang lebih tampan daripada Dimas.

Cinta butanya membuat Reina tak sadar bahwa selama ini ada banyak pria tampan di luar sana.

"Akira,"

Suara bariton terdengar dari dalam kamar.

Si pria tampan bergegas berdiri dan berjalan menuju ke dalam kamar setelah mengetuk pintunya beberapa kali.

Terdengar suara2 pembicaraan dalam bahasa asing.

Tak lama si pria tampan yang bernama Akira itu keluar disusul dengan pria yang lebih tampan lagi dibelakangnya.

Tubuhnya yang gagah dibalut setelan jas mahal berwarna hitam, sepatunya mengkilap, rambutnya yang hitam tersisir rapi, wajahnya putih bersih dengan rahangnya yang kokoh membuatnya terlihat tampan dan jantan.

Dan Reina terperangah menatap bola mata yang berwarna biru dibawah alis tebal berwarna hitam itu.

Mata biru yang kini menatapnya dingin.

"selamat malam,Tuan.." Reina menundukkan kepalanya, mencoba menghindar dari tatapan itu.

"apa yang dilakukannya disini?"

"dia petugas kebersihan Tuan,"

Reina mendengar kedua pria itu berbicara lagi dengan bahasa asing.

"awasi dia,"

"baik Tuan,"

Akira menundukkan kepalanya dengan hormat.

Kenzo melirik Reina.Ternyata gadis eskrim yang ditemuinya siang tadi adalah petugas kebersihan dihotel miliknya ini.

Akira yang mengira Tuannya ini keluar ternyata malah memilih duduk di sofa.

"Tuan..."

"aku ingin duduk sebentar, acaranya masih 15 menit lagi..." kata Kenzo melirik jam tangan mahalnya yang seharga 1 unit mobil.

"apa ada yang anda butuhkan lagi Tuan?"

"ambilkan air putih,"

"baik Tuan,"

Akira bergegas menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

Reina semakin salah tingkah sejak Kenzo duduk di sofa tak jauh dari tempatnya berada.

Reina yakin pria itu terus mengawasinya, seperti hewan buas yang mengawasi buruannya.

"silahkan Tuan,"

Akira meletakkan segelas air putih dingin di meja.

Reina menelan saliva nya takut saat tanpa sengaja bertatapan dengan mata biru dibalik gelas berisi air putih yang hampir separuh kosong itu.

"nona, anda bisa mulai membersihkan bagian dalam begitu kami keluar nanti,"

"ba-baik Tuan..." angguk Reina

"akan ada pengawal yang menemani anda,"

"i-iya.." lagi2 Reina mengangguk

"mari Tuan Muda, saatnya kita turun,"

Kenzo berdiri, merapikan jasnya dan berjalan melewati Reina.

Parfum mahalnya yang harum menyerbu hidung Reina, membuat jantungnya berdebar-debar.

Reina terduduk diatas karpet tebal dan lembut saat Kenzo keluar diikuti Akira dan beberapa pengawalnya.

Jantungnya berdegub kencang, pipinya terasa panas.

"kenapa aku jadi begini.." batin Reina yang merasa tubuhnya tiba2 melemas.

Bergegas ia pun bangkit saat pengawal yang menjaganya terus mengawasi dengan tajam.

"aku harus segera menyelesaikannya dan pergi dari sini," batin Reina lagi.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!