Cuaca siang hari ini terasa panas, sepanas ruang meeting hotel yang sedang melaksanakan rapat para petinggi dewan direksi hotel dengan pemilik yang baru.
Kenzo menggebrak meja dengan keras, membuat orang2 yang menghadiri rapat terlonjak kaget.
"saya ingin presentasi ulang besok siang! saya menghabiskan jutaan dollar untuk hotel ini, dan saya tidak mau rugi !"
Kenzo berbicara dengan bahasa inggris, karena ia masih belajar bahasa Indonesia dan belum terlalu fasih mengucapkannya.
Dengan dingin Kenzo beranjak dari kursi pimpinannya dan berjalan keluar meninggalkan suasana rapat yang hening, Akira pun membuntuti Tuannya keluar ruangan.
"benar2 menyusahkan!" gumam Kenzo
"saya akan menemui anggota direksi lagi nanti, Tuan.." kata Akira tergopoh2 mengikuti langkah Kenzo.
"awas saja jika presentasi mereka tidak lebih baik, aku tembak kepala mereka!"
Akira menunduk takut, dia tahu betul siapa Tuannya ini.
Kenzo adalah pewaris dari Tuan Iwasaki Senior, pengusaha terkaya dan paling berpengaruh di negeri matahari terbit.
Tuan Iwasaki Senior juga ketua klan mafia yang paling ditakuti, kelompok mafia yang dipimpinnya menguasai seluruh bisnis di negaranya maupun di luar negeri, yang jelas membuat keluarga mereka tak akan miskin tujuh turunan.
Tuan Iwasaki Senior adalah seorang pria jepang asli, memiliki istri seorang wanita cantik berkebangsaan Inggris.
Mereka memiliki seorang putra, Kenzo lah orangnya.
Kehidupan bebas dunia barat, terbentur dengan budaya dan adat timur yang begitu keras membuat ibu Kenzo tertekan dan sempat melarikan diri dari istana megah suaminya.
Dalam pelariannya, ia pun berkenalan dengan seorang pria yang juga berkebangsaan Inggris.
Dari hidup bersama dengan pria dingin berganti dengan pria sebangsa yang supel dan hangat membuat benih2 cinta tumbuh di antara mereka.
Namun sayang, kebersamaan mereka tak berlangsung lama, karena anak buah Tuan Iwasaki berhasil menemukan Nyonya mereka yang melarikan diri.
Penolakan mereka berakhir dengan pertumpahan darah.Si pria ambruk dengan dahi berlubang tertembus timah panas, membuat si wanita berteriak histeris sebelum pingsan.
Setelah tersadar, Ibu Kenzo pun semakin tertekan, menyadari dirinya sudah kembali menjadi burung dalam sangkar emas.
Pelariannya membuat suaminya semakin menjadi pria yang dingin, terlebih saat mengetahui jika dirinya telah berbadan dua.
Sembilan bulan berlalu, dan Kenzo pun memiliki adik beda Ayah.
Adiknya lelaki, rambutnya pirang, bermata biru sama seperti dirinya, hanya warna rambut mereka yang berbeda.
Kenzo kecil begitu menyayangi adiknya, tapi tidak dengan Ayahnya.
Ayahnya mengakui secara hukum anak hasil perselingkuhan istrinya itu sebagai anaknya, membuat istrinya semakin tertekan.
Bahkan memberi tatto pada punggung bayi itu sebagai tanda silsilah klan keluarga mafia mereka.
Ibu Kenzo semakin tertekan, dan akhirnya menyerah dengan mengakhiri hidupnya sendiri.
Kenzo kecil menyaksikan itu semua, yang perlahan membuatnya tumbuh menjadi sosok yang dingin, lebih dari Ayahnya.
"Apa pesawat Edward sudah mendarat?"
Kenzo terduduk di sofa saat mereka memasuki ruang Presidential Suite yang mereka tinggali selama beberapa hari ke depan untuk pengambilalihan hotel.
"sudah Tuan, sekitar 15 menit yang lalu, para pengawal sudah menjemput Tuan Edward sesuai perintah Tuan Besar.." jawab Akira
Edward adalah adik tiri Kenzo, sejak ibu mereka mengakhiri hidup, Edward kecil yang baru berusia 7 tahun dikirim Ayah Kenzo ke Amerika, setiap setahun sekali Edward akan pulang ke Jepang jika Kenzo sudah rindu dengan adiknya itu.
Dan kini Edward yang sudah menyelesaikan studinya kembali ke Jepang untuk membantu Kenzo mengurus perusahaan raksasa milik Tuan Iwasaki Senior.
"butuh berapa lama kita bisa membereskan masalah ini ?"
"paling cepat 2 pekan Tuan, karena laporan yang saya terima, manajemen hotel ini benar2 berantakan...Tuan Besar bisa marah jika mengetahui anda mengakuisisi hotel kolaps ini Tuan.."
Kenzo menarik napas berat, membenarkan laporan tangan kanannya itu.
"apa jadwalku hari ini ?" tanya Kenzo
" pukul 2 nanti, jadwal anda untuk berkunjung di perusahaan ekspor impor Tuan,"
"setelah itu?"
"saya bisa mengosongkan jadwal jika anda ingin beristirahat..."
"baiklah, aku ingin istirahat sebentar sebelum kunjungan.."
"baik Tuan,"
Kenzo pun beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Akira yang masih menunduk hormat.
*****
Reina turun dari bis yang berhenti di halte seberang gedung perkantoran Dimas dan Sinta berada.
Hari ini jatah liburnya, dan ia berencana untuk mengajak kekasih dan sahabatnya itu makan siang bersama sebagai ganti saat di cafe lalu Reina tak bisa menemani mereka.
Reina sengaja menunggu di halte dan mengejutkan mereka saat keluar dari gedung perkantoran.
Reina mendecak kagum menatap gedung perkantoran mewah dihadapannya itu.
"ckck, pasti orang kaya raya yang punya gedung semegah ini," gumam Reina takjub
Tampak di depan lobi gedung itu berbaris mobil2 mewah berwarna hitam mengkilat.
Reina mengerutkan dahinya, sepertinya tak asing dengan mobil2 itu.
"apa mungkin pemilik gedung ini juga pemilik hotel yang baru juga??" Reina membatin terperangah.
Seberapa kaya orang2 itu??
Reina yang melihat sosok Dimas keluar dari gedung tersenyum, bergegas ia berlari kecil untuk menghampiri dan segera menghentikan langkahnya melihat pemandangan dihadapannya.
Sinta muncul dari belakang dan memeluk pinggang Dimas, mereka tertawa bersama, dan kemudian berjalan bersisian bergandengan tangan.
Reina tertegun menatapnya.
Rasanya bahasa tubuh mereka bukan sebagai sahabat, tapi kekasih!
Hati Reina terasa di cubit.Sakit.
Reina melanjutkan langkah menghampiri Dimas dan Sinta yang masih asyik tertawa, tak menyadari keberadaan Reina.
"Haii,," seru Reina
Dimas dan Sinta terkejut melihat Reina berdiri tak jauh dihadapan mereka.
Sontak Dimas melepas genggaman tangannya pada Sinta.
"Reina??"
Benarkah wajah mereka tampak pucat melihatku? batin Reina menatap mereka nanar.
"aku mau mengajak kalian makan siang,"
Dimas dan Sinta berpandangan.
"kenapa tidak telpon dulu?" Dimas tampak salah tingkah dengan tatapan Reina.
Jika aku telepon, aku tidak akan menyaksikan kelakuan kalian! batin Reina gemas.
"kalau telpon nggak surprise, iya 'kan Sin_ta??"
Dan kini Sinta yang salah tingkah dan berwajah pucat mendengar cara Reina memanggil namanya.
Reina pura2 mengambil ponselnya yang sunyi.
"wah, maaf, tiba2 aku harus menggantikan temanku yang sakit, mungkin lain kali saja ya??"
Benarkah dua manusia pengkhianat itu menghembuskan napas lega?
"iya...lain kali telpon dulu ya?" angguk Dimas
"siap pacarku yang ganteng!"
Reina tersenyum sambil mengangkat tangannya memberi hormat.
"aku pergi dulu, jagain pacar gantengku ya Sin? awas kalau ada yang rebut dariku!"
Sinta tersenyum kecut mendengar ucapan Reina.
Reina membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan mereka.
Emosi membuncah di dada dan kepalanya.Ingin rasanya ia berteriak memaki kedua orang hina yang dianggapnya sebagai sahabat selama ini.
Reina berjalan menyusuri trotoar dengan penuh amarah.
Sementara itu, di depan lobi gedung perusahaan ekspor impor tempat Dimas dan Sinta bekerja, telah berbaris pria2 berjas rapi, membungkukkan badan saat Kenzo memasuki mobil.
"Apakah anda ingin berkeliling sebelum kembali ke hotel Tuan?" tanya Akira yang duduk di samping sopir hotel yang akan membawa pergi mereka selama berada di Indonesia ini.
"aku ingin minuman dingin, tempat ini rasanya panas sekali," Kenzo mengendurkan sedikit dasinya karena gerah.
"Baik Tuan,"
Akira yang sudah menguasai bahasa Indonesia dengan fasih memberi perintah kepada sopir untuk membawa mereka ke restoran.
Akira, sesuai arti namanya yang berarti cerdas, menguasai beberapa bahasa asing sekaligus.
Sebagai tangan kanan calon pewaris perusahaan raksasa yang menggurita, Akira pun dituntut untuk menguasai segalanya dalam waktu yang singkat.
Mobil mewah itu melesat menuju resto yang berada di dekat taman kota.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments