"selamat pagi, saya datang untuk membersihkan kamar.." seru Dena setengah berteriak supaya Reina bisa mendengar suaranya.
Dan benar saja, Reina segera muncul dari kamar, memakai celana jeans dan kaos yang agak longgar.
Wajahnya tampak berseri, apalagi melihat Dena yang masuk membawa kereta besar berisi tumpukan sprei.
"apa mereka tidak curiga?" tanya Reina berbisik
"untuk sementara tidak, semoga saja begitu terus sampai kita bisa keluar dari sini.."
Reina dan Dena segera melancarkan aksinya.
Mereka tampak pura2 sibuk dengan diri mereka sendiri, untuk menghindari kecurigaan pengawal yang mengawasi gerak-gerik mereka.
"dimana bos dan asisten datarnya?"
"entahlah, mereka pergi sejak pagi2 sekali.."
"apa kamu tahu kapan mereka kembali?"
"semoga saja mereka tak kembali sampai kita bisa kabur.." bisik Reina
Dena mengangguk dan beralih ke kereta dorongnya.
"maaf Nona, bisakah mengantar saya untuk mengganti sprei di kamar..."
"Ooh...tentu, mari..."
Dua gadis itu berakting mengalahkan aktris Oscar.
Seorang pengawal mendekati Dena hendak melarangnya masuk ke dalam kamar sambil mendorong kereta berisi tumpukan sprei.
"aku akan membuka pintunya, jadi kalian bisa tetap mengawasi kami.."
Si pengawal hanya mengangguk menyetujui.
"aahh sial, jantungku berdegub kencang sekali.."
maki Dena menepuk2 dadanya
"ayo..kita harus segera pergi..."
Reina tampak sibuk membuka lemari yang berisi baju2nya.Ia sudah menyiapkan sebuah tas yang diisinya dengan banyak uang tunai yang ia curi dari brankas milik Kenzo saat pria itu tertidur pulas kelelahan karena bercinta dengannya.
"kamu mencuri?" pekik Dena tertahan
"iya, aku pasti membutuhkannya suatu saat nanti,"
"kamu bisa dipenjara!" jerit Dena pelan
"tidak akan, karena pasti aku sudah pergi jauh dari sini!"
Kedua gadis itu terus mencuri kesempatan dalam kesempitan.
Reina berakting kepanasan dan masuk ke kamar mandi, dinyalakannya shower seperti orang yang sedang mandi, sementara dia sendiri mengendap masuk ke dalam kereta besar dan Dena menumpuki tubuhnya dengan sprei2 kotor.
"Tuhan...lancarkanlah rencana kami," batin Dena, kembali mendorong kereta keluar kamar dengan gugup
"nona, saya sudah selesai mengganti sprei, saya pamit keluar..!" teriak Dena seolah2 berpamitan dengan Reina yang asyik mandi.
Seorang pengawal berjalan mendekat hendak memeriksa kereta.
"maaf Tuan, ini sprei kotor, saya sudah mengganti sprei sementara Nona masih mandi, anda bisa memeriksanya di kamar.." jelas Dena berusaha setenang mungkin padahal kakinya sudah gemetar tak karuan.
Pengawal menatap tajam Dena sesaat sebelum beranjak memasuki kamar dan mendengar gemericik air shower.
Bergegas Dena mendorong kereta keluar, tampak setenang mungkin berjalan menuju lift yang akan membawanya turun.
"permisi..." senyum Dena seolah tak terjadi apa2
saat melewati pengawal yang berjaga di pintu, mengawasinya dengan tatapan penuh selidik.
Dena pun mendorong kereta memasuki lift dengan tak sabar menekan tombol menuju lantai dasar.
Pintu menutup dan lift bergerak turun.
"kita berhasil Reina!!" pekik Dena gembira.
*****
"Nona Reina pergi dari hotel, Tuan.." lapor Akira
Kenzo hanya melirik sekilas, kemudian fokus kembali ke layar laptop nya.
"biarkan saja, dia pasti ke tempat temannya sebelum ke rumah orang tuanya.." kata Kenzo
"bagaimana kalau dia melarikan diri ? dia membawa uang satu tas penuh.."
"tak apa, aku tidak akan jadi miskin karena dia membawa kabur uang 1 tas penuh.."
Akira hanya menatap Tuannya yang tampak tenang itu.
"kita beresi dulu urusan dengan ayahku, kenapa beliau memanggilku pulang..." ucap Kenzo
Akira hanya diam tak membalas kata2 Tuannya.
"gadis liarku tak akan jauh, sekalipun ia pergi bersembunyi ke lubang semut aku pasti akan menemukannya..." senyum Kenzo menyeringai.
Akira membuang pandangnya keluar jendela pesawat.
Ya, Kenzo dan Akira kembali ke Jepang dengan pesawat jet pribadi mereka karena panggilan dari Tuan Iwasaki Senior yang meminta mereka segera pulang.
"Tuan, kita akan sampai tengah malam nanti, apakah Tuan akan langsung ke rumah besar?"
"Tidak, aku akan ke rumah ayah besok pagi saja, kita pulang ke mansionku.."
"baik, Tuan.."
******
"hei, Rei...apa kamu tak merasa aneh?"
"hmm...apanya?"
"pelarian kita...rasanya terlalu mudah..."
"Ya baguslah..."
"iissshhh kamu ini! lagipula kenapa para pengawal itu tak mengejar kita?"
"karena mereka sudah kita tipu kan?"
Dena dan Reina yang tidur satu ranjang di tempat kost Dena saling menatap.
"aku hanya merasa aneh saja..." kata Dena
Reina memejamkan matanya, kantuk yang luar biasa menyerangnya.
"tidurlah...yang penting kita sudah keluar dari hotel itu.." gumam Reina.
"semoga semua baik2 saja.." gumam Dena ikut memejamkan mata, dan kedua gadis itu pun tertidur.
*****
Kenzo menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di kamar pribadinya.
Hari ini tampak sempurna dengan setelan jas mahal keluaran rumah mode ternama di Jepang.
Rambut hitamnya yang tebal tersisir rapi, sangat tidak kontras dengan warna biru matanya.
Pergelangannya dihias jam tangan seharga 1 mobil.
"selamat pagi Tuan.." sapa Akira muncul di pintu kamarnya yang terbuka setelah diketuk beberapa kali.
"apa semua laporan yang kuminta sudah kau bawa?" tanya Kenzo sambil mengancing jas nya.
"sudah Tuan.. mari kita berangkat, karena Tuan Besar ingin anda ikut sarapan.."
Kenzo hanya mengangguk dan mengikuti Akira keluar.
Beberapa pelayan tampak membungkukkan badan saat berpapasan dengan Kenzo.
Bergegas Kenzo dan Akira masuk ke dalam mobil yang telah menunggu dan membawa mereka ke kediaman Tuan Iwasaki Senior.
Menempuh perjalanan 30 menit, mobil memasuki pelataran luas kediaman Tuan Iwasaki Senior.
Tampak beberapa pengawal berjas rapi berjaga disekitar pintu masuk.
Kenzo turun dari mobil, disambut dengan para pengawal yang membungkukkan badan hormat.
"selamat datang kembali Tuan Kenzo.."
Sakimoto tampak menyambut Tuan Mudanya dengan membungkukkan tubuhnya hormat.
"Lama tidak bertemu Pak Tua," sarkas Kenzo pada pria yang mengasuhnya sejak ibunya tiada.
Sakimoto tersenyum, sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Tuan Mudanya itu.
Sakimoto berjalan diikuti Kenzo dan Akira, masuk ke dalam rumah menuju ruang makan dimana Ayah dan adiknya telah menunggu.
"kakak?!" seru Edward melihat Kenzo masuk ke ruang makan.
"selamat pagi Ayah.." sapa Kenzo membungkukkan badannya hormat.
Tuan Iwasaki hanya memandang putranya dingin.
Edward maju mendekati kakaknya dan memeluknya.Sungguh, betapa ia rindu dengan kakaknya itu.
"lama tidak bertemu kak.."
"iya...bagaimana kabarmu?"
Wajah dingin Kenzo melembut memandang adiknya itu, dan akan seperti itu karena Edward adalah versi lelaki dari ibunya.Kemiripan mereka bagai pinang dibelah 2.
Ketiga lelaki penguasa klan Iwasaki beda generasi itu menikmati sarapan dengan tenang.
"apa ini?" Kenzo menatap amplop coklat yang diletakkan Sakimoto di hadapannya.
"anda akan mengetahuinya saat membukanya.."
Sakimoto tersenyum, dan kembali ke tempatnya berdiri, dibelakang kursi Tuan Besarnya.
Wajah Kenzo menegang, rahangnya mengetat marah.
"Nona Kanami, putri mantan perdana menteri Ryujin, dia lulusan universitas Tokyo dengan cumlaude, saat ini sedang melanjutkan pendidikan S2 di Harvard...dia adalah gadis yang cocok untuk anda,Tuan Muda...kita berencana mengundang mereka makan malam esok, karena Nona Kanami yang sedang libur akhir semester musim panas.."
"apa?" mata biru Kenzo berkilat marah
"Ayah ingin kamu segera menikah,"
"Ayah ingin menjodohkanku dengannya?"
"tentu, dia calon yang cocok untukmu..dia gadis yang sempurna, pintar,cantik dan status sosialnya yang tinggi bagus untuk kelangsungan bisnis kita.."
"aku menolaknya!" putus Kenzo mendesis
BRAK!
Edward terkejut saat Ayahnya menggebrak meja.
"kau berani melawanku!" teriak Tuan Iwasaki
"aku sudah dewasa dan bisa memutuskan pilihan hidupku sendiri!" tukas Kenzo tak takut sedikit pun
"lalu apa pilihanmu? gadis yang tak jelas asal usulnya?"
Kenzo memandang Ayahnya kaget.Ayahnya sudah tahu tentang gadis liarnya!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments