14.

Suasana rumah sakit begitu tegang, bagaimana tidak. Seorang pria yang menjadi pujaan setiap wanita muda, tampan dan juga kaya raya sedang berada disana. Begitu pula dengan para bawahannya, selalu senantiasa berjaga dimana pun tuannya berada.

" Bagaimana bisa Ara bersamamu tuan?" Tanya Nany dengan sorot mata tajam.

" Nany, matamu itu membuatku pusing. Akan aku jelaskan!" Elvan tidak akan pernah bisa marah kepada wanita paruh baya itu.

" Ceritakan." Nany mengetuk tongkat yang selalu ia bawa kemana saja.

Menyandarkan punggung tubuhnya bersandar pada dinding rumah sakit, Elvan dengan begitu tenangnya menyampaikan apa yang telah terjadi.

Pukh!

Pukh!

Tongkat itu menghantam kedua tulang kering pada kaki Elvan dengan cukup keras, mendengarkan cerita kronologis kejadian itu membuat Nany menjadi murka.

" Anda benar-benar anak nakal, tuan! Sungguh keterlaluan, hal itu hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang telah sah dimata agama dan hukum negara! Kau harus mempertanggung jawabkannya, dasar anak nakal." Nany masih menyerang Elvan dengan menggunakan tongkatnya.

" Tanggunh jawab? Ah Nany bercanda, aku tidak akan melakukan hal gila itu."

" Ya, hal gila yang dilakukan oleh manusia super gila seperti dirimu kak!" Rara tiba-tiba muncul dari balik pintu putih bertuliskan IGD (instalasi gawat darurat).

" Kenapa kalian jadinya menghakimiku semua!" Elvan memprotes atas perlakuan yang ia dapatkan.

" Sudahlah Nany, sepertinya kita sedang bicara dengan bongkahan batu besar yang lumutan. Ayo masuk, tingalkan saja dia!" Rara membawa Nany berjalan, memasuki ruangan dimana Ara berada.

Betapa terkejutnya disaat sorot mata mereka melihat keadaan dari Ara, bahkan untuk berdiri saja tidak begitu kuat. Kini, Ara telah dipindahkan pada ruang perawatan yang terbaik.

" Kalian pulang saja, biar aku yang menjaganya." Elvan melihat kedua wanita itu masih setia menunggu didalam kamar.

" Memangnya kenapa? Jangan kau apa-apakan lagi dia, kak. " Rara menatap tajam kepada Elvan. Terjadi perdebatan diantara mereka, untuk mempersingkat waktu.

" Non Rara, sebaiknya kita pulang saja. Besok masih bisa kemari lagi, biarkan anak nakal itu menunjukkan tanggung jawabnya." Nany menarik Rara, agar bisa memberikan ruang untuk Elvan.

" Tapi Nany, ..." Sanggah Rara yang masih teramat kesal kepada Elvan.

" Sstth, ayo pulang. Dan kau! Jaga dia baik-baik, jangan sampai ada kabar buruk lagi." Nany berjalan meninggalkan ruangan dengan di iringi oleh Rara yang masih mengomel tiada henti.

Elvan berjalan mendekat dan duduk disamping tempat tidur putih itu, menatap dengan begitu lekatnya pada wanita yang berbaring disana. Detak jantungnya begitu cepat, membuat dirinya menjadi salah tingkah sendiri.

Wanita ini membuatku seperti tak bisa jauh darinya, baru kali ini aku merasakan hal seperti ini. Apa benar, aku menyukainya? Hanya dengannya, juniorku bereaksi dan menginginkan hal lebih padanya. Baiklah tikus kecil, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Tapi, apa benar aku yang telah melakukan kekerasan ini padanya? Elvan.

Waktu berlalu, hinga pagi menyapa. Perawat mengagetkan Elvan dari tidurnya, mereka memeriksa keadaan Ara dan memberikannya obat dan sarapan. Elvan yang tertidur disampingnya, berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Setelah segar, Elvan keluar dan menatapi kembali wajah Ara.

Tok tok tok...

" Tuan." Liam memasuki ruangan dengan paper bag di tangannya dan mendekati bosnya. Menyerahkan apa yang telah dipesan sebelumnya oleh Elvan, lalu ia segera beranjak keluar.

Selesai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, Elvan duduk dengan menikmati secangkir kopi hangat. Namun pandangannya tidak terlepas dari menatap wanita yang berada di atas tempat tidur, menyeruput kopi itu hingga habis tak tersisa.

" Egh, egh..."

Brukh!

" Sial! Akan ku hancurkak kursi sialan ini." Elvan terjatuh dari tempat duduknya, disaat mata dan telingga mendapatkan pergerakan dari Ara.

Berdiri dari jatuhnya dan segera menghampiri Ara, walaupun bokongnya terasa perih. Jika saja ada orang yang melihatnya, maka bersiaplah untuk kehilangan nafas saat itu juga. Lebih baik menahan sakit daripada menahan malu, bagi Elvan hal itu adalah masalah besar.

" Akh! Sa sa kit." Suara rintihan mulai terdengar lagi.

Dalam keadaan mata yang masih tertutup, Ara merintih dengan rasa sakit yang ada pada tubuhnya. Tiba-tiba saja, sudut mata Elvan mengeluarkan air mata. Hatinya begitu sakit, melihat keadaan wanita dihadapannya sudah begitu miris. Apalagi hal itu karena ulahnya, lalu dengan cepat Elvan mengusapnya hingga tak berbekas.

" Ja jangan tuan, to long jangan lakukan." Ara meracau lagi.

Menghembuskan nafasnya yang berat, perlahan ia menarik tangan mungil nan putih mulus itu kedalam genggaman tangannya. Seakan-akan berharap, bisa memberikan kekuatan agar wanita itu tidak lagi merintih kesakitan.

" Bangunlah." Begitu pelan dan terdengar sangat halus, itulah perkataan Elvan untuk pertama kalinya kepada seorang wanita.

Genggaman tangan itu terus ia usapkan pada wajahnya, bahkan sekali-kali ia menciumnya dengan begitu lembut. Perlahan-lahan, mata itu terbuka. Menatap langit-langit berwarna putih dengan sayu, bola mata bergerak melihat sekitarnya. Sorot mata itu berhenti, menangkap bayangan dari genggaman tangan. Disaat bola mata itu bergerak kembali, seketika ia melebar. Ingatan akan kejadian yang begitu menghancurkan hidupnya terekam begitu sangat jelas, menampakkan wajah dari seseorang yang melakukan hal tersebut kepadanya. Sama dengan wajah yang kini berada dihadapannya.

" Ja ja jangan, jangan la kukan. To long, tolong jangan lakukan itu padaku. Tolong, jangan. Aku mohon!" Dengan keadaan tubuh yang masih begitu lemah, Ara memberontak untuk menjauhkan dirinya dari Elvan.

Sebegitu takutnya dia kepadaku, apa aku sudah terlalu kejam padanya? Kenapa saat ini, hatiku terasa sakit dengan penolakannya itu. Elvan.

Masih dengan lirihnya, Ara terus meronta untuk menjauh dari Elvan. Beberapa alat medis yang terpasang dan Jarum infus terlepas serta mengeluar darah segar, Elvan semakin merasa bersalah dan tak tega mendengar tangisan yang begitu menyayat hati dan jiwanya.

" Tenanglah, jangan terus memberontak." Elvan membawa tubuh Ara ke dalam pekukannya, dengan lembut ia mengusal rambut kepala Ara.

Menahan dengan tubuh mungil itu agar tidak terlalu banyak bergerak, yang berakibatkan keadaannya semakin memburuk.

" Le paskan, tolong jangan lakukan padaku."

" Diam!" Bentak Elvan kepada Ara, dengan itu berhasil membuatnya berhenti menanggis dan juga memberontak.

" Bagus."

Setelah keadaan Ara sudah sangat tenang, Elvan menelfon Rara agar segara datang untuk memeriksa keadaannya. Kehadiran sang adik begitu membantunya, namun tidak ada respon apapun yang diberikan oleh Ara. Hanya tatapan mata yang kosong, tanpa suara dan sering menanggis histeris.

" Pergilah dari sini, kehadiranmu sungguh membuat kondisinya semakin memburuk. Efek yang kakak berikan akan berbekas seumur hidupnya, kejiwaannya terganggu. Semuanya itu karena ulahmu kak, otakmu itu sepertinya harus di cuci ulang. " Rara yang baru selesai memeriksa keadaan Ara, melampiaskan kekesalannya.

💐💐💐

Jangan lupa dukung karya ini ya, terima kasih.

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

visualnya Elvan babang bule Maco demenan gue mna visualnyaa Ara harus bule juga y thour gue ga suka yg asia2

2022-09-03

0

Ju Karnaen

Ju Karnaen

penyesalan sllu sja dtnang terlmbat

2022-08-26

0

Suzieqaisara Nazarudin

Suzieqaisara Nazarudin

Hah bagus thor..biarkan seorang Elvan merasakan hidupnya dengan penuh penyesalan..

2022-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!