8.

" Kau urus ini."

Elvan melemparkan ponselnya kepada sang tangan kanannya, dalam keadaan tidak siap. Hugo menerima pemberian dari bosnya itu dengan penuh penasaran, mata tersebut melihat apa yang menjadi penyeban bosnya secara tiba-tiba memberikannya tugas mendadak. Dan seketika wajah Hugo menyiratkan ekpresi tanda tanya dan pupil mata melebar, benar-benar diluar dugaannya.

Ara? Ada apa ini? Wah, nyalimu besar sekali nona. Entah apa yang akan tuan lakukan padamu, aish! Tugas ini serasa gado-gado, bermacam-macam sayuran yang diaduk menjadi satu (permasalahan yang harus ia selesaikan). Hugo.

" Apa yang harus saya lakukan, tuan?" Tidak ingin salah dalam mengambil keputusan, Hugo menanyakan tindakan yang akan ia lakukan.

" Sepertinya, dia cukup menarik perhatianku. Bawa aku ketempat yang ia tuju, sudah lama aku menantikan permainan bersamanya." Senyuman seringai terlihat begitu jelas pada wajah sang raja psychopat.

Wah, alarm tidak baik ini. Semoga saja kau bisa menghadapi permainan dari manusia batu ini, kau sendiri yang sudah menggali lubang jebakan itu nona. Hugo.

" Baik tuan, akan saya laksanakan." Hugo pamit undur diri dari hadapan bosnya dan mempersiapkan semuanya.

Setelah mendapatkan izin dari Nany, Ara segera bersiap dan pergi dari mansion mewah tersebut. Dengan bekal uang tabungannya, ia memesan jasa ojek online yang sudah menunggu dirinya didepan pintu gerbang.

" Dengan mbak Ara?" tanya sang pengemudi ojek online.

" Iya pak, universitas **** ya."

" Oke mbak, akan saya antarkan mbaknya dengam selamat sampai tujuan." Ujar pengemudi ejek tersebut dengan sedikit bergurau.

Ara hanya membalasnya dengan senyuman dan segera menaiki kendaraan tersebut, dengan kecepatan sedang dan membutuhkan waktu empat puluh lima menit. Mereka akhirnya sampai ditujuan, Ara langsung membayarnya menggunakan uang tunai. Langkah cepat dan sedikit berlarinkecil Ara lakukan, agar bisa segera tiba dikelasnya. Dosen mata kuliah pagi ini sangatlah disegani oleh para mahasiswa disana, begitupun Ara.

" Syukurlah, bapaknya belum masuk." Ara yang baru saja tiba didepan pintu kelasnya, dan melihat meja sang dosen masih kosong. Membuat dirinya bernafas lega, itu tandanya ia tidak terlambat.

" Ara!" Suara yang begitu keras memanggil.

Mata Ara mencari ke arah sumber suara, dan seperti biasanya. Sahabat Ara sudah menyapanya dengan suara yang begitu lantang, membuat teman-teman yang lainnya mengarahkan pandangannya kepada mereka berdua. Dia adalah Maia, anak dari seorang pengusaha yang cukup mempunyai nama dinegara mereka. Bisa dibilang, jika Ayahnya merupakan rekan bisnis dari Papinya Ara.

" Lain kali, volumenya dibesarin lagi ya. Yang tadi kurang gereget, telingaku akhir-akhir ini sedikit terganggu." Ara sengaja memberikan pujian yang penuh makna, disaat mendarat di kursinya.

" Kebiasaan lu ya, suara merdu kayak gini. Ntar dibawain linggis buat bersihin telinga sahabat gue yang super smart ini, oke." Maia mengedipkan matanya kepada Ara.

" Oh ya, terima kasih sahabatku yang comel dan cerewet. Stop ngomelnya, aku mau nyiapin mental sebelum belajar."

" Iish, memang kebiasan ni anak." Walaupun Maia sering ngedumel atas sikap Ara, namun mereka bagaikan jarum dan benang yang selalu saling membantu dan melengkapi.

Ruang kelas menjadi hening, setiap mahasiswa dan mahasiswinya sedang fokus menyiapkan mental dan juga bekal pengetahuan akan mata kuliah saat itu yang akan mereka hadapi sebentar lagi. Dosen ini sering memberikan hukuman yang cukup membuat mahasiswanya kalang kabut, maka dari iti mereka tidak ingin mencari masalah dengan sang dosen.

" Selamat pagi semua!" Suara berat terdengar begitu jelas.

Semua mata terpana akan pemilik suara tersebut, terlihat dua pria yang berdandan seperti orang besar. Namun salah satu dari mereka berdua, memiliki wajah yang cukup garang.

" Ra, ada dosen baru nuh. Sedikit serem si ngelihatnya, tapi ganteng Ra. Sumpeh deh, gue baru kali ini lihat cowok yang penuh kharisma." Hampir seluruh mahasiswi berbisik-bisik menceritakan dosen baru dihadapan mereka.

" Dosen baru apaan si, yang ada ntar lu bohong lagi. Kapok aku, selalu saja mendapat teguran dari pak Leon. Kapok aku Mai." Ara merasa sahabatnya itu hanya bergurau kepadanya, dimana Ara tidak melihat siapa yang dimaksud oleh Maia.

" Ya elu, dibilangin nggak percaya. Nyesel lu nanti, kalau gue si kayakanya demen deh kalah dosennya kayak yang onoh. Setiap hari gue bela-belain deh buat masuk, nggak bolos-bolosan." Mata Maia terus memandangi kedua pria tersebut.

Kedua pria yang menjadi pusat perhatian, mereka menjelaskan tentang kehadirannya didalam kelas itu. Lalu mulai memberikan materi dari pembelajaran, seluruh peserta didik memfokuskan pandangan mereka kepada kedua pria itu.

" Mohon perhatiannya sebentar, untuk selanjutnya pada mata kuliah yang sebelumnya pak Leon ajarkan. Akan dilanjutkan oleh dosen baru yang bernama Elvan Aristides, kami harap kalian dapat bekerjasama." Pria yang menyampaikan hak tersebut, tak lain adalah Hugo.

" Selamat pagi semuanya, saya harap kalian bisa dengan baik menyerap ilmu yang akan saya sampaikan." Sapa Elvan dengan tatapan mata yang begitu tajam.

Tepuk tangan gemuruh dari ruangan tersebut, tiba-tiba saja mereka menyambut hal tersebut dengan gembira. Namun tidak bagi Ara, mendengar nama sang dosen pengganti tersebut. Membuat tubuh Ara bergetar dan merinding, perlahan ia menaikkan wajahnya untuk melihat wajah dosen tersebut. Dengan suara yang sangat ia kenali, tapi diluar nalar jika orang yang ia maksudkan berada disana.

" Oh tidak!" Kalimat spontan yang terucap dari bibir mungil dan merekah itu, saat melihat kebenaran yang nyata.

" Tidak? Memangnya ada apa Ara? Apanya yang tidak, kau ini benar-benar aneh hari ini." Maia menaikan satu alis matanya.

Suasana ruang kelas menjadi hening, dosen pengganti mulai menyampaikan pelajarannya. Semua mahasiswa fokus dengan apa yang disampaikan, hanya Ara yang masih bingung, shock sekaligus ketakutan.

Bagaimana bisa, dia menjadi dosen pengganti disini? Oh tidak, tamat sudah hidupku. Pasti monster ini akan menghukumku, kenapa hidupku apes bener ya. Ara.

" Ra, lu ditanya tuh." Maia menyenggol lengan Ara yang larut dalam lamunannya.

" Aaaa a ada apa?" Dengan terbata-bata Ara tersadar dari lamunannya.

" Eh ngelamun dia, tuh ditanyain sama pak dosen."

" E ee i i iya pak."

" Sepertinya kamu tidak fokus dengan mata kuliah saya, apa kamu tidak suka?" Elvan dengan tatapan tajamnya, seakan-akan ingin menerkam Ara saat itu juga.

" E e ti tidak pak, maafkan saya."

" Baiklah, saya masih berbaik hati kali ini. Kamu menghadap saya setelah jam pelajaran selesai, dan yang lainnya. Kerjakan apa yang sudah saya tugaskan, dalam waktu lima belas menit. Semuanya sudah berada di atas meja, jika ada yang tidak mengerjakannya. Bersiaplah untuk menerima hukuman dari saya, kalian paham?!"

" Paham pak!" Jawab mahasiswa secara bersamaan.

" Mai, memangnya tugas apaan? Kasih tahu dong!" Ara memelas untuk meminta bantuan dari sahabatnya.

" Ya ampun Ara, kamu dari tadu melamunin apa sih? Jangan-jangan, kamu tertarik dengan wajah tampan pak dosen ya. Hayo ngaku." Maia dengan sengaja menggoda sahabatnya itu.

" Sembarangan saja kamu kalau bicara, nanti akan aku jelaskan. Cepatan bantuin."

" Iya-iya."

Mereka pun melanjutkan kegiatan jam perkuliahan dengan hening, dari sudut ruangan. Elvan dengan puas melihat tikus mungilnya, yang kaget dengan kehadiran dirinya.

Ternyata, dia cukup menarik. Kali ini, kau tidak akan bisa lari lagi tikus kecil. Elvan.

Terpopuler

Comments

Lilian Sawori

Lilian Sawori

dia ara bukan tikus

2022-10-22

0

Jco

Jco

bagus tata bahasanya.
readers berasa ada didalam percakapan

2022-08-26

0

Ju Karnaen

Ju Karnaen

GX cock visual ny

2022-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!