5.

Mengendarai laju mobil dengan perlahan, menelusuri setiap tempat untuk melakukan kebiasaannya dalam menyalurkan bakat terpendam yang dimiliki. Kini, ia telah menemukan tempat tersebut. Menunggu mangsanya dengan berdiam diri didalam mobil, menghembuskan asap tebal yang berasal dari benda kecil dimulutnya.

Tak berselang lama, tiga orang pria dalam keadaan setengah sadar. Berjalan dengan sempoyongan melewati keberadaan dirinya, masih dalam masa pengamatan mata elang milik sang pemburu.

" Wah, botolku sudah habis. Padahal kerongkongan ini masih ingin dialiri minuman yang sangat enak ini, aku minta punyamu saja." Pria berjaket cokelat itu merampas botol minuman milik temannya dan meneguknya tanpa izin.

" Hei! Itu punyaku, kau ini selalu saja. Ayo kita cari mangsa saja, siapa tahu bisa dijadikan cuan." Pria berkumis tipis memberikan saran kepada kedua temannya, karena mereka sudah tidak mempunyai uang lagi untuk membeli minuman yang menurutnya sangat enak.

" Benar, ayo kita cari saja."

Ketiga pria tersebut berjalan mendekati mobil mewah yang terparkir begitu saja dijalanan yang begitu sepi, salah satu dari mereka mengintip dan mengetuk-ngetuk kaca mobil.

" Sepertinya, ini mobil mahal. Kita curi saja, lumayan uangnya."

" Benar juga, eh..."

Ketiga pria itu terkejut, saat pintu mobil dibagian kemudi terbuka. Memperlihatkan seorang pria yang baru saja keluar dari mobil tersebut, penuh senyuman mematikan telah diberikan.

" Hei, kau siapa? Kenapa tiba-tiba bisa keluar dari mobil ini, wah rupanya kau pesulap ya?" Pria berkumis tipis berceloteh tanpa sadar, jika dirinya dalam keadaan mabuk.

" Ah, biarkan pria ini pergi. Ayo cepat ambil mobilnya dan kita jual. Minggir!" Pria berjaket cokelat sedikit mendorong tubuh Elvan untuk menyingkir dari sisi mobil tersebut.

Belum saja pria tersebut memasuki mobil yang di inginkan, sebuah tangan menggunakan sarung hitam. Menarik bahu pria tersebut hingga membentur badan mobil.

" Mau apa kau, hah?!"

" Aku hanya ingin mencari teman untuk bermain saja, maukah kau menjadi teman bermainku?" Menggunakan senyuman termanis yang bisa memikat seseorang, Elvan merasa senang.

" Minggir kau, seperti anak kecil saja ingin bermain."

Melihat salah satu temannya belum masuk ke dalam mobil, kedua pria lainnya ikut menghampiri.

" Kalian sedang apa? Ayo masuk, nanti keburu pemilik mobilnya datang. Dan kau pergilah dari sini, menganggu saja."

" Kalian boleh memiliki mobil ini, tapi dengan satu syarat."

" Kami tidak butuh nasihatmu, menyingkirlah!"

Bruk!

Tubuh Elvan mendapatkan dorongan yang cukup kuat, membuat dirinya mundur beberapa langkah. Seringai penuh amarah, melekat pada wajahnya.

" Arrgh! Lepaskan tanganmu!" Teriak pria berkumis tipis, setelah kerah bajunya terkena tarikan.

" Mari kita bermain, tuan-tuan."

Ketiga pria tersebut menjadi tercengang, melihat salah satu dari mereka ditarik dan dijadikan sebagai bahan untuk bermain.

Sret!! Sret!!...

Sebuah mata pisau kecil yang menempel pada salah satu cincin yang digunakan oleh Elvan, menari dengan cukup sempurna pada kulit wajah pria tersebut.

" Argh, tidak! Kau gila!" Ucap pria tersebut memeganggi wajahnya yang sudah menjadi ukiran.

Kedua teman dari pria itu segera menghampiri, betapa terkejutnya mereka saat melihat apa yang sudah terjadi. Kondisi dari temannya, sungguh sangat tragis. Muka yang dipenuhi oleh cairan berwarna merah dan juga berbau amis, mengalir begitu banyaknya hingga mewarnai telapak tangan dan juga baju yang digunakan.

" Bagaimana, apakah kalian juga ingin ikut bermain? Jika kalian bersedia, kunci ini akan menjadi milik kalian." Jemari Elvan memainkan sebuah kunci mobil untuk berputar-putar pada jemarinya.

" Pria gila, kau sudah melukai teman kami. Seharusnya kau memberikan ganti rugi kepadanya, bukan malah mengajak kami bermain dengan permaianan gilamu ini."

" Lebih baik kita pergi saja, pria itu memang gila. Sepertinya dia sedang mabuk, ayo pergi."

" Tunggu! Kalian pikir, akan bisa pergi begitu saja. Setuju atau tidak, kalian akan tetap bermain bersamaku."

" Arrgh! Tidak!"

Belum sempat kedua pria tersebut melarikan diri, kecepatan tangan Elvan sudah menjangkau mereka dan menarikanya. Tanpa menunggu, benda yang sebelumnya ia gunakan itu kembali mengukir pada tubuh keduanya.

Sret! Sret! Sret!...

Suara teriakan dan jeritan yang begitu memilukan, terdengar begitu jelas. Dengan begitu lincah, jemari Elvan memberikan kesan yang begitu indah pada tubuh ketiga pria itu. Ketika mereka memberontak, itu merupakan bagian dari kesukaan dirinya. Dimana ia bisa memberikan gerakan-gerakan yang melumpuhkan lawannya, semakin mereka memberontak. Maka, semakin leluasa pula Elvan menyalurkan bakatnya.

" To long, ampuni kami."

" Lepaskan kami."

Tubuh ketiga pria tersebut sudah menjadi tidak beraturan, keadaan wajah yang sudah tidak utuh. Mata mereka sudah berpindah tempat ke aspal, kulit wajah mengelupas dan telingga yang tidak utuh. Dan kini, nyawa ketiganya sudah lenyap dari muka bumi ini. Salah satu diantara ketiga pria tersebut, tubuhnya sudah menjadi bahan percobaan yang baru saja ia lakukan.

" Ternyata, lebih mudah menyiapkan sashimi salmon dari pada sashimi pemabuk."

Setelah puas bermain-main, dengan tanpa beban. Elvan melempar kumpalan daging yang berada ditangannya begitu saja, bagi orang yang tidak terbiasa melihatnya. Serangan jantung sudah pasti menghinggapinya, namun tidak bagi dirinya.

" Kalian bereskan semuanya tanpa jejak."

Berbicara melalui earphone di telingganya, memberika perintah kepada anak buahnya untuk membereskan sisa-sisa dari permainan yang sudah ia lakukan. Berjalan dengan tegap, menghampiri sebuah mobil yang sudah menunggunya di ujung jalan.

" Berikan mobil itu untuk mereka, anggap saja sebagai hadiah bagi mereka." Ucapnya kepada pria yang menjadi orang kedua setelah Hugo.

" Baik tuan. " Sedikit menundukkan tubuhnya, menerima perintah langsung dari tuannya.

Liam, bertemu dengan sosok Elvan yang begitu kharismatik. Disaat dirinya menjadi sampah bagi masyarakat, dimana tidak ada satupun dari orang-orang yang merasa iba dengan keadaannya. Hampir mati kelaparan dan kehausan, bahkan keluarganya dengan sangat senang membuang dirinya dari rumahnya sendiri. Setelah kematian kedua orangtuanya dan saudaranya, dengan maksud untuk menguasai harta yang ada. Mereka sengaja membuangnya dan menganggap dirinya telah mati. Liam bingung harus pergi kemana, dimana usianya saat itu masih remaja. Hidup dijalanan, beradu nasib dan nyawa untuk bertahan hidup.

Ketika nyawanya sudah terasa akan lenyap, sebuah tangan menarik dan membawa dirinya. Saat membuka mata, wajah pria itulah yang pertama kali ia lihat. Sosok dewa penolong dirinya dari kematian, dengan setulus hati. Liam mengikrarkan dirinya untuk mengabdi kepada Elvan, hidup dan matinya akan selalu melindungi orang yang sudah menyelamatkan hidupnya.

Kini, mobil yang digunakan oleh tuannya telah hilang dari pandangannya. Menatap hasil karya didepan matanya, membuat dirinya menghembuskan nafas dengan kasar.

" Oh tuan, kau selalu saja membuatku berinteraksi dengan hasil karyamu ini. Bocar-bacir kayak gini, huh. Kapan hasil karyamu ini utuh, tuan. Coba saja kalau karyanya itu makanan yang sangat enak. Dengan sangat senang hati, aku akan mengurusnya, lah ini. Hidup segan mati tak mau, nasib-nasib."

Menggerutu dan menepuk keningnya, itulah yang selalu Liam berikan setiap kali harus membereskan hasil karya dari tuannya yang membuat sebagian orang bergidik merinding.

Terpopuler

Comments

Dewi Fajar

Dewi Fajar

benar benar psyco

2024-04-06

0

Lilian Sawori

Lilian Sawori

sadis!!!!

2022-10-22

0

Ju Karnaen

Ju Karnaen

wah in psychopath berdrah dingin,

2022-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!