4.

" Tuan, mereka sudah tiba." Hugo memberitahukan kedatangan orang yang sudah mereka tunggu.

" Hem." Elvan berdehem, lalu ia membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

Diruangan lainnya, Bagas yang tak henti-hentinya menatap seisi rumah nan megah dihadapannya. Ia sangat merasa takjub dengan kekayaan yang dimiliki oleh Elvan.

" Kau beruntung sekali Ara, lihatlah. Rumahnya seperti istana, nanti Papi akan ajarkan bagaimana harus ..."

" Harus apa? " Suara berat itu menyadarkan Bagas dari sikap tamaknya.

" Oh tuan Elvan, saya tidak mengatakan apa-apa. Hanya saja saya memperingatkan anak ini, untuk bersikap baik dan menuruti perintah anda, tuan" Bagas segera mengelakan dirinya dari perkataan yang dia ucapkan.

Berjalan menuruni setiap anak tangga, Elvan terlihat begitu arogan dan dingin. Ara yang hanya bisa menundukkan kepalanya dan belum menatap wajah dari sang pemilik rumah tersebut, mendengar suaranya saja sudah membuatnya merinding.

" Langsung saja pada intinya!" Dengan tegasnya Elvan berbicara.

" Ba baik tuan. Ini anak saya, Arabella. Dia yang akan menjadi jaminan atas perjanjian kita sebelumnya." Bagas menarik lengan Ara untuk mendekat.

Betapa terkejutnya Ara, saat mendengar perkataan Papinya. Bahwa dirinya menjadi jaminan atas apa yang telah mereka lakukan, sungguh ini membuat hatinya hancur.

" Tidak, aku tidak mau menjadi jaminan atas perbuatan Papi ini! Kalian orangtua biadab, bagaimana bisa kalian menjadikan anak sendiri sebagai jaminan atas hutang yang tidak pernah anak kalian rasakan. " Ara memberontak setelah mengetahui kenyataannya.

Plak!

" Diam kamu! Jangan coba-coba melarikan diri. Anggap saja ini sebagai balas budi kamu kepada kami."

Mendapati kesepatan dan uang yang ia inginkan telah masuk kedalam rekeningnya, Bagas segera pergi dari rumah tersebut. Ia tidak memperdulikan lagi bagaimana perasaan Ara saat itu, dalam pikirannya hanyalah hidup yang tidak melarat. Kini bagi Ara, percuma saja untuk menanggis. Semuanya itu tidak akan berubah kehidupannya, tangan itu menepuk-nepuk dadanya yang terasa begitu sesak dan menghapus air mata yang keluar dari kedua matanya.

" Hugo, kau atur anak itu. Jangan sampai membuatku sakit kepala dengan sikapnya, samakan saja dia dengan yang lainnya." Elvan berlalu meninggalkan Ara yang masih asik dengan perasaannya sendiri.

" Baik tuan."

Hilangnya Elvan dari pandangan, Hugo menghantarkan Ara menuju tempat dimana ia akan beristirahat. Namun sebelumnya, ia memperkenalkannya Ara kepada beberapa asisten rumah tangga yang lainnya. Setiap pekerja pada mansion tersebut, mempunyai kamarnya tersendiri.

" Terima kasih tuan." Ara mengucapkan perkataan tersebut kepada Hugo.

" Hem, silahkan beristirahat dan selamat bergabung." Lalu Hugo berlalu dari hadapan Ara.

Melangkahkan kaki yang yang terasa sangat berat, ingin rasanya meratapi nasib yang ia terima. Namun Ara bukanlah tipe wanita yang menyukai kesedihan, bahkan untuk meneteskan airmata pun rasanya teramat berat dalam hidupnya. Jika hal tersebut sudah tidak bisa lagi ia hadapi, menanggis adalah hal yang melegakan.

" Jangan mengeluh Ra, kamu pasti bisa. Jalani saja, mungkin ini adalah yang terbaik untukmu."

Mulai menyusun barang-barang pribadinya pada lemari yang terlihat mulai usang, Ara selalu berusaha untuk berdamai dengan nasib yang ia jalani. Setelah selesai dengan barang pribadinya, lalu ia bergegas membersihkan diri dan beristirahat. Mempersiapkan tenaga untuk pekerjaan yang akan ia terima nantinya, dengan keadaan tubuh yang masih teramat sakit. Ara memejamkam matanya dan berdoa, semoga kelak nasib hidupnya akan berubah lebih baik.

Dalam lelapnya tidur, Ara merasakan tenggorokannya sedikit kering. Perlahan membuka mata dan berjalan menuju dapur, dengan tujuan melegakan tenggorokannya. Tanpa menghidupkan lampu disana, Ara mempercepat gerakannya untuk mengambil air minum dan kembali kekamarnya. Namun disaat kakinya melangkah meninggalkan dapur, terlihat bayangan hitam yang sedang berjalan mendekati dirinya. Jantung Ara berdetak dengan sangat cepat, mulutnya berkomat kamit membaca doa apa saja yang ia ingat.

Bugh!

" Aaaaa... Hantu!!" Dengan mata tertutup, Ara memukulkan sutil penggorengan kepada hantu yang ia maksudkan.

Bugh, bugh, bugh.

" Pergi kau hantu, pergi. Jangan ganggu, saya jelek dan nggak punya apa-apa. Ganggu yang lain saja, pergi." Ara masih memukulkan sutil tersebut ke semua arah.

" Hei, diam! Berisik sekali." Suara itu terdengar sangat berat.

" Saya tidak mau diam, saya takut hantu. Cepat pergi, pergi."

" Aku bukan hantu, Tapi setan. Anak ini merepotkan saja, berhenti memukuliku. Hei!!"

Hantu yang dimaskud oleh Ara, tak lain adalah Elvan. Saat itu, ia juga bermaksud untuk mengambil air minum. Tapi sialnya, dia malah mendapatkan serangan tak terduga.

Tek!

Cahaya lampu menerangi gelapnya ruangan dapur, merasakan keanehan. Ara membuka matanya dengan perlahan, betapa terkejutnya melihat pria yang begitu menyeramkan itu berdiri dihadapannya.

" Tu tuan, maafkan saya. Saya tidak tahu jika tuan ..."

" Argh!"

Belum selesai Ara berkata, dengan mudahnya Elvan menarik rambut Ara sehingga membuat dirinya meringgis menahan rasa sakit.

" Tu tuan, sakit."

" Baru beberapa jam saja, kau sudah membuat keributan. Pantas saja jika mereka tidak pernah mengganggap kau ada, dasar sampah!" Elvan menghempaskan tubuh kecil itu dengam sangat mudah, lalu ia mengambil sebotol air mineral dari lemari pendingin dan berlalu begitu saja.

" Keluar dari kandang singa, lalu masuk rumah beruang kutub. Ah, sakitnya bertambah." Mencoba menahan tubuhnya agar tidak ambruk lagi, Ara pun kembali kekamarnya.

Elvan meneguk air dari botolnya secara langsung, ia menghela nafasnya dan melihat langit dari balkon kamar miliknya. Kehidupan yang ia alami hingga saat ini, sungguh tidak pernah ia duga. Merasa telah cukup untuk beristirahat dari kegiatannya, Elvan kembali memasuki kamarnya dan segera menukar pakaiannya dengan pakaian yang biasa ia gunakan untuk bermain. Disaat akan menggenakan jaket kesayangannya, tidak sengaja mata elangnnya menangkap sesuatu di lengannya.

" Heh, ternyata tikus kecil itu kuat juga." terdapat luka sepanjang tiga sentimeter pada lengannya, luka itu diakibatkan dari pukulan sutil penggorengan yang Ara berikan untuk melindungi diri dari hantu, hantu berwujud manusia yang kejam.

" Sepertinya, dia cukup pantas untuk menjadi hewan percobaanku." Dengan seringainya, Elvan keluar dari kamarnya dan meninggalkan mansion seperti biasanya untuk mencari teman dalam permainannya.

Terpopuler

Comments

Ju Karnaen

Ju Karnaen

eeh si kulkas mrh2,ntar bucin loh

2022-08-26

0

Suzieqaisara Nazarudin

Suzieqaisara Nazarudin

pantasan umur sudah tua gak nikah nikah,tau nya bermain wanita terus...

2022-08-20

0

Winsulistyowati

Winsulistyowati

Jo galak" Bos..ntik Suka Sama Ara..

2022-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!