Ainsley sudah terihat kesal sedari tadi dan semua itu karena Mayumi, bagaimana tidak, gadis itu seperti sedang memprovokasi dirinya. Saat itu mereka berada di meja makan untuk menikmati makanan yang Mayumi buat. Setelah kejadian itu, Damian melarangnya masuk ke dapur, tentu itu kesempatan emas bagi Mayumi untuk menunjukkan kemampuan memasaknya.
Wajah Ainsley terlihat cemberut saat Mayumi mengambilkan beberapa potong makanan untuk Damian. Sial, dia kalah telak karena tidak bisa memasak.
"Dam-Dam, coba ini. Kau pasti suka," ucap Mayumi seraya mengambilkan sepotong makanan lagi untuk Damian.
Ainsley menggenggam sumpitnya dengan erat dan terlihat kesal. tidak saja kalah dalam hal memasak, tapi jujur dia juga tidak bisa memakai sumpit. Dia lahir dan besar di Amerika jadi sumpit adalah hal tabu untuknya.
"Kenapa kau tidak makan, Ainsley?" tanya Damian.
"Benar, apa kau tidak suka masakanku?" tanya Mayumi pula.
"Bu-Bukan begitu," jawab Ainsley. Dia berusaha tersenyum dan mengumpat dalam hati. Damian benar-benar tidak peka, apa dia tidak tahu jika dia tidak bisa menggunakan sumpit?
Jager memperhatikan ekspresi Ainsley sambil tersenyum, oke, saatnya menuang minyak semakin banyak.
"Ainsley, apa kau punya pacar?" ketika Jager bertanya demikian, Damian melotot ke arah ayahnya.
"Tidak, Uncle," jawab Ainsley.
"Wah, aku tidak percaya tidak ada yang menyukai gadis secantik dirimu."
"Yang menyukaiku tentu saja ada, Uncle."
"Wow, siapa?" Jager terlihat penasaran dan ingin tahu tapi ternyata tidak dia saja yang penasaran, diam-diam ada yang tak kalah penasaran dibanding dirinya.
"Tidak enak membahas hal ini saat makan," ucap Ainsley.
"Ayolah, Uncle ingin mendengar," pinta Jager.
"Baiklah, memang ada beberapa yang menyukaiku dan beberapa dari mereka teman sekantor."
"Wow, aku semakin penasaran!" ucap Jager seraya melirik ke arah putranya.
"Tidak ada yang spesial Uncle, tapi seorang pria yang bernama Herry selalu mengejarku dan membuatku kesal!" ucap Ainsley tanpa tahu jika wajah Damian terlihat tidak senang ketika mendengar nama Harry.
"Wah... Wah... akhirnya saingan berat muncul.," Jager semakin sengaja.
Damian hanya berdehem, pasti ayahnya sedang memanasi mereka berdua. Itu bisa dia lihat dari gelagat ayahnya yang semakin sengaja.
"Apa dia terus mengganggumu?" tanya Jager lagi.
"Ya, setiap siang dia datang ke kantor dan mengajakku makan siang. Padahal aku sudah menolak tapi dia tidak juga menyerah."
"Hm, aku mencium persaingan berat di sini."
Ainsley tersenyum, dia mengatakan hal itu tanpa maksud apa-apa. Lagi pula memang itu yang terjadi, Harry mengganggunya tanpa henti.
"Kenapa kau menolaknya, Ainsley?" Jager Maxton semakin penasaran.
Ainsley menggeleng tanpa mau menjawab dan hal itu membuat Jager penasaran, eh Damian maksudnya.
"Hm, jika aku masih muda, aku pasti akan mengejarmu juga. Tidak seperti seseorang yang tidak peka, jangan sampai menyesal apalagi saingan sudah di depan mata!"
Ainsley tersipu sambil menunduk, sedangkan Damian berdehem. Dia harap ayahnya berhenti memanasinya.
"Tapi ngomong-ngomong, kenapa kau tidak mencoba menerima ajakannya pergi makan satu kali saja?"
"Apakah aku harus melakukan hal itu, Uncle?" tanya Ainsley.
"Aku rasa, lagi pula kau tidak punya pacar, bukan? Kenapa kau tidak?"
"Dad!" Damian menyela ucapan ayahnya dengan cepat.
"Ada apa?" Jager pura-pura memasang wajah tidak senang.
"Makanannya sudah dingin, tidak baik berbicara saat makan."
"Oh kau benar," jawab Jager seraya mengambil sepotong makanan yang ada di dalam piringnya.
"Wah, makanan ini enak," pujinya saat dia memakan makanan yang dibuat oleh Mayumi. Sekarang saatnya memanasi yang satunya.
"Benarkah Uncle?" Mayumi terlihat senang.
"kau hebat, kau adalah menantu idaman," jawab Jager sambil menikmati makanannya.
"Terima kasih Uncle, aku akan masak untuk kalian setiap hari," ucap Mayumi sambil tersenyum.
Ainsley kembali kesal dan matanya menatap Mayumi dengan tajam, hanya karena bisa masak saja jangan senang dulu. Dia juga bisa jadi dia akan belajar memasak setelah pulang nanti. Dia tidak mungkin kalah dengan gadis Jepang itu.
Mayumi sangat senang, dia bahkan mengambilkan beberapa potong makanan untuk Jager dan tentunya untuk Damian. Selama makan tak henti-hentinya Jager memuji masakan Mayumi dan selalu berkata jika Mayumi adalah menantu idaman.
Ainsley semakin kesal dibuatnya, dia bahkan tidak menyentuh makanannya. Hal itu membuat Damian heran, apalagi Ainsley tidak menyentuh makanannya sama sekali sampai mereka selesai.
"Ainsley, kenapa kau tidak makan?"
Ainsley melihat ke arah Mayumi yang sedang membereskan piring kotor dan setelah itu dia melihat si tua Jager yang sedang menikmati teh hijau.
"A-Aku?" Ainsley benar-benar malu. Jangan sampai Mayumi tahu jika tidak gadis Jepang itu akan menertawakannya.
"Hm, Mayumi, ayo temani aku main catur!" ajak Jager seraya beranjak dari tempat duduknya.
"Tapi aku belum selesai, Uncle."
"Sudah, ayo!" Jager menarik tangan Mayumi dengan paksa keluar dari tempat itu tapi apa dia benar-benar bermain catur? Ya jelas tidak karena saat itu lagi-lagi dia sedang mengintip setelah meminta Mayumi melakukan sesuatu.
"Mereka sudah pergi jadi katakan padaku kenapa kau tidak makan?" tanya Damian.
"Dam-Dam dasar kau tidak peka! Aku tidak bisa menggunakan sumpit!" ucap Ainsley kesal seraya meletakkan sumpit yang dia pegang sedari tadi ke atas meja dengan kasar.
"Kenapa kau tidak bilang?"
"Aku malu! Memangnya kau mau menyuapi aku jika aku bilang aku tidak bisa menggunakan sumpit!" ucap Ainsley asal.
Damian tersenyum dan mengambil mangkuk makanan milik Ainsley, dia juga mengambil sumpit baru dan menjepit makanan yang ada di dalam mangkuk.
"Buka mulutmu," pintanya sambil memberikan makanan yang ada di sumpit.
"What?" Ainsley terkejut. Dia hanya asal bicara saja tapi kenapa Damian terlihat serius?
"Kau ingin disuapi, bukan?"
"A-Aku hanya bercanda, Dam-Dam."
"Tidak apa-apa, seseorang selalu mengatakan jika aku akan menyesal jika tidak bergerak cepat." ucap Damian.
Jager bersorak dalam hati, "Good Boy!" dan dia masih mengintip dari balik persembunyiaannya.
Jager terlihat senang, sekarang waktunya memberi kabar pada putrinya. Sepertinya usaha mereka tidak akan sia-sia dan dia menjadi semakin bersemangat. Jager berjalan pergi tapi sayangnya ketika dia telah pergi, Mayumi kembali ke dalam ruang makan untuk Mencari Jager karena dia sudah selesai melakukan apa yang Jager perintahkan.
"Dam-Dam, mana ayahmu?" tanya Mayumi tapi langkahnya terhenti ketika melihat Damian sedang menyuapi makanan ke dalam mulut Ainsley.
Ainsley terkejut, wajahnya memerah karena malu, sedangkan Damian terlihat canggung dan meletakkan mangkuk juga sumpit ke atas meja.
"So-Sorry," ucap Mayumi.
"Dam-Dam, aku mau pulang," Ainsley meneguk air yang sudah tersedia dan beranjak pergi karena dia benar-benar malu.
"Ainsley, aku akan mengantarmu!" Damian mengikuti langkahnya.
Mayumi diam saja, melihat mereka berdua. Ainsley berjalan dengan terburu-buru, sedangkan Damian mengejarnya dan hal itu membuat Jager sangat heran, apa yang telah terjadi?
"Ada apa?" tanya Jager ingin tahu saat Ainlsey menghampirinya.
"Sorry Uncle, aku mau pulang. Lain kali aku akan datang lagi menemani Uncle main catur," Ainsley mengambil tasnya dan memeluk Jager sejenak.
"Hei, apa yang kau lakukan padanya?" Jager bertanya pada putranya saat Ainsley berjalan menuju pintu keluar.
"Tidak ada, Dad. Aku mau mengantarnya pulang!" jawab Damian dan dia kembali mengejar Ainsley.
"Ck, baru saja aku tinggal!" gerutu Jager tapi ketika dia melihat Mayumi keluar dari ruang makan, dia jadi tahu apa yang telah terjadi.
"Mayumi, kau!"
"Sorry, Uncle," ucap Mayumi sambil menunduk.
Jager berdecak kesal, dia melangkah keluar dengan terburu-buru karena dia ingin melihat Damian dan Ainsley tapi sayangnya mobil yang dibawa Damian sudah bergerak pergi. Jager kembali menggerutu, padahal momen sudah bagus tapi jadi kacau.
Selama di perjalanan, Ainsley dan Damian diam saja. Damian melirik ke arah Ainsley sesekali, sungguh dia tidak mengerti kenapa Ainsley jadi seperti itu. Apa dia marah? Suasana sunyi di antara mereka sampai mereka tiba.
"Thanks sudah mengantar aku," ucap Ainsley ketika mobil sudah berhenti.
"Ainsley," Damian memegangi tangan Ainsley sehingga Ainsley menghentikan niatnya untuk membuka pintu.
"A-Ada apa?" Ainsley jadi gugup karena Damian menatapnya dengan serius.
"Apa kau marah?" tanya Damian.
"Tidak," jawab Ainsley sambil menggeleng.
"Lalu, kenapa kau begitu terburu-buru?"
"Aku malu, oh my God! Benar yang ayahmu katakan, kau tidak peka!"
Setelah Ainsley mengatakan hal itu, Damian menarik tangan Ainsley hingga mereka berdua begitu dekat. Wajah Ainsley memerah kerena Damian mendekatkan wajah mereka berdua.
"Baiklah, mulai sekarang aku mau jadi Harry kedua. Kau tidak keberatan, bukan?" bisiknya.
"Mak-Maksudmu?" tanya Ainsley gugup.
"Lihatlah, tidak hanya aku tapi ternyata kau juga tidak peka!"
"Jangan menggodaku!" Ainsley mendorong tubuh Damian sedikit menjauh.
"Masuklah, terima kasih sudah menemani ayahku hari ini," ucap Damian.
"It's oke, maaf aku membuat kekacauan."
"Tidak apa-apa."
Ainsley mengambil tasnya dan membuka pintu, tapi sebelum dia turun entah kenapa dia jadi ingin melakukan sesuatu sehingga niatnya kembali terhenti.
"Dam-Dam."
"Ya?" Damian terkejut saat Ainsley mendekatinya dan mencium pipinya.
"Thanks," ucap Ainsley dan setelah itu dia turun dari mobil dengan cepat dan mengambil langkah seribu.
Damian memandangi kepergian Ainsley sambil memegangi pipinya. Wow, hari ini mereka berdua benar-benar aneh. Ini pasti gara-gara ayah dan adiknya tapi tidak buruk.
Di dalam rumah, Ainsley mencari ibunya dengan terburu-buru sambil menenangkan jantungnya. Hng, dia benar-benar sudah gila mencium Damian. Setelah ini bagaimana dia bertemu dengan pria itu nanti?
"Mom, besok aku mau belajar memasak!" teriak Ainsley seraya masuk ke dalam dapur di mana ibu dan kakak iparnya sedang berbincang.
"Wah, tumben?" Kate memandangi putrinya dengan heran.
"Aku juga mau belajar memegang sumpit!" ucap Ainsley.
"Hm, sepertinya ada yang mau belajar menjadi istri idaman," goda Vivian.
"Kakak ipar berisik!"
"Oh ya? Wah, sepertinya ada yang merasa tersaingi dengan gadis Jepang itu," Vivian semakin sengaja.
"Sembarangan!" sangkal Ainsley.
"Ck... ck..., ada yang cemburu!"
"Kakak ipar!" Aisley memandangi kakak iparnya dengan tajam, mereka menjadi aneh pasti gara-gara perkataan kakak iparnya.
"Ada apa?" tanya Vivian pura-pura.
"Semua gara-gara Kakak ipar! Awas ya!" teriak Ainsley dan setelah itu dia mengejar Kakak iparnya yang sudah mengambil langkah seribu.
Rumah terdengar ramai karena mereka apalagi Vivian tidak berhenti menggodanya. Ainsley masih mengejar tapi sejujurnya dia senang dan tentu saja bukan dia saja yang senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
fulana anonymous
wkwkwkwk 2 orang ga peka.alias telmi saling suka
bikin pembacanya gregetttaaann
2024-01-17
0
fulana anonymous
wkwkw dasar kompor .... othor nya bisa aja Yaa bikin cerita Klan smith sebanyak ini , tp bener2 beda²
2024-01-17
0
Mila Milasari
kok aku yg jdi senyum2 sndri😂😂😂
2023-08-22
0