Mayumi terbangun sambil memegangi lehernya yang terasa pegal, tidak saja leher, tapi punggungnya juga terasa sakit. Matanya melihat ke sana kemari, dia ingat betul setelah meneguk segelas air tiba-tiba dia merasa mengantuk. Dia pikir akan berbaring sebentar tapi lihatlah, dia tidur sampai sore karena saat itu sudah sore.
Dia tidak tahu jika dia disembunyikan ke dalam lemari oleh anak buah Jager karena setelah Damian pergi tidak lama, Jager memerintahkan anak buahnya untuk mengeluarkan Mayumi. Jangan sampai gadis Jepang itu mati kekurangan oksigen di dalam lemari.
Mayumi keluar dari kamar dengan terburu-buru, celaka, bukankah Damian mengajaknya pergi piknik? Apa mereka meninggalkannya?
"Damian?" Mayumi memanggil tapi tidak ada jawaban.
"Kau sudah bangun?" tanya Jager basa basi ketika Mayumi mencari Damian.
"Uncle, apa kau tidak jadi pergi piknik?" tanya Mayumi.
"Tidak!" jawab Jager singkat.
"Lalu mana Damian?"
"Pergi piknik dengan Ainsley."
"Kenapa tidak membangunkan aku, Uncle? Padahal aku sangat ingin pergi piknik!" tanya Mayumi.
"Aku sudah mencoba tapi kau tidur dengan pulas, aku saja tidak pergi jadi jangan sedih!"
Jager memandangi Mayumi dari balik majalahnya, untung saja dia menyembunyikan gadis itu di dalam lemari karena dia tahu, saat Damian melihatnya dan mencoba membangunkannya, maka dia akan mengkhawatirkan gadis itu karena Mayumi tidak mau terbangun. Jika sampai hal itu terjadi, piknik itu akan batal hanya gara-gara si gadis Jepang.
"Sudah, lain kali kita pergi piknik bersama," ucapnya.
Mayumi mengangguk, dan melangkah pergi. padahal dia sangat senang mau diajak piknik tapi dia malah ketiduran. Lain kali dia tidak akan ketiduran lagi agar dia bisa pergi.
Jager meletakkan majalahnya dan berjalan menuju jendela, sudah sore apa Damian dan Ainsley belum kembali? Dia sangat penasaran dengan mereka berdua, seharusnya dia mengikuti mereka secara diam-diam tadi dan mengintai mereka dari kejauhan. Sungguh dia sangat ingin tahu, apa hubungan mereka ada kemajuan?
Saat itu, Ainsley dan Damian sudah akan pulang. Mereka berjalan menuju mobil yang di parkir cukup jauh sambil berpegangan tangan. Tanpa mereka sadari, mereka berada di sana sampai sore. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan mereka berdua, tidak saja menikmati alam, tapi mereka juga menikmati matahari terbenam.
Tidak ada yang mengganggu mereka karena mereka meninggalkan ponsel mereka di mobil, itu mereka lakukan karena mereka benar-benar ingin menikmati waktu mereka di sana.
Setelah memasukkan semua barang mereka ke dalam mobil, Damian membukakan pintu untuk Ainsley. Gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Walau dia belum tahu apa hubungan mereka tapi dia menikmati kebersamaan mereka berdua. Sesungguhnya dia sangat ingin bertanya, apa Damian menganggapnya sebagai teman? Keluarga? Atau lebih dari itu?
"Dam-Dam, kapan kita akan piknik lagi?" tanya Ainsley ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kau ingin piknik denganku lagi?" tanya Damian pula.
"Yes."
"Baiklah," Damian mendekati Ainsley dan memakaikan sabuk pengaman untuknya.
"Aku akan mengajakmu lagi lain kali."
"Thanks," Ainsley tersenyum, sedangkan Damian melihat ke arah bibir manisnya. Tidak, tidak boleh. Bagaimana jika Ainsley menolak? Dia akan menghancurkan hubungan mereka nanti.
Mobil dibawa, mereka membicarakan pekerjaan saat di perjalanan pulang. Damian mengantar Ainsley terlebih dahulu dan setelah itu dia pulang. Dia harap ketika dia kembali, keadaan ayahnya sudah baik-baik saja jika tidak, dia akan membawa ayahnya ke rumah sakit.
Jager tersenyum ketika mendengar suara mobil, dia bahkan terlihat tidak sabar. Damian mengambil barang-barangnya sebelum dia masuk ke dalam rumah, tidak saja Jager yang tidak sabar karena ingin tahu bagaimana piknik putranya dan Ainsley, Mayumi juga penasaran karena dia ingin tahu kenapa dia tidak dibangunkan dan ditinggalkan.
Dia tidak percaya bahwa dia tidak bisa dibangunkan, entah kenapa dia merasa curiga dengan ayah Damian. Damian masuk ke dalam dan pada saat itu, Mayumi berlari ke arahnya dan memeluknya.
"Damian, kenapa kau tidak membangunkan aku dan meninggalkan aku?" tanya Mayumi.
"Membangunkanmu?" Damian mengernyitkan dahi, bukankah Mayumi sedang membeli barang tadi?
"Benar, dasar kau tega! Padahal aku sangat ingin pergi piknik bersama kalian tapi teganya kau meninggalkan aku!" Ucap Mayumi dengan ekspresi wajah cemberut.
"Sorry, nanti kita akan pergi bersama," ucap Damian.
"Janji?" tanya Mayumi memastikan.
"Mayumi, bukankah sudah aku katakan kita bisa pergi piknik lain kali?" Jager menghampiri mereka dan terlihat sebal karena Mayumi memeluk putranya.
"Dad, bagaimana dengan keadaanmu?" Damian melepaskan tangan Mayumi dan berjalan menghampiri ayahnya.
"Daddy tidak apa-apa, tidak perlu khawatir."
"Jika Daddy masih sakit kepala sebaiknya kita ke dokter."
"Tidak perlu, aku sudah pergi!" ucap ayahnya.
"Benarkah?" Damian benar-benar curiga. Mayumi bilang dia tidur tapi dia tidak mendapati Mayumi di kamar lalu ayahnya berkata Mayumi sedang membeli barang, pasti ini semua karena ulah ayahnya dan dia juga curiga ayahnya tidak benar-benar sakit kepala.
"Sudah, jangan bahas sakitku, kemari, ikuti aku" Jager menarik tangan putranya dan membawanya ke kamarnya.
"Dad, jangan menarikku!"
Jager tidak peduli, dia membawa putranya ke dalam kamar dan menutup pintu dengan cepat.
"Ayo katakan padaku, apa kau menciumnya?" tanya Jager dengan rasa penasaran yang begitu besar di hati.
"Maksud Daddy?" Damian mengernyitkan dahi.
"Astaga, cium bibir, bibir!" Jager menunjuk bibirnya agar putranya paham tapi Damiam diam saja sehingga membuatnya curiga jika Damian tidak melakukan hal itu.
"Jangan katakan kau tidak menciumnya!" ucapnya.
"Menurut Daddy?" Damian balik bertanya.
"Oh, astaga! Apa kau anak kecil? Kau benar-benar menyia-nyiakan kesempatan yang ada! Atau kau tidak tahu bagaimana caranya mencium bibir? Jangan katakan jika kau tidak tahu sehingga aku harus mengajarimu juga! Apa perlu aku perlihatkan tutorialnya!" Jager benar-benar kesal. Kenapa putranya begitu tidak peka?
Jangan katakan mereka hanya duduk di bawah pohon, makan, mengobrol dan saling padang lalu pulang. Seharusnya dia mengikuti mereka secara diam-diam tadi untuk melihat apa yang mereka lakukan.
Damian terkekeh, entah kenapa dia ingin menggoda ayahnya. Damian merangkul bahu ayahnya lalu dia berkata, "Apa Daddy ingin tahu?" Damian tersenyum usil saat mengatakan hal itu.
"Tentu saja, ayo katakan padaku, apa kau menciumnya dan apa yang kalian lakukan di sana?" Jager semakin penasaran.
"Rahasia," jawab Damian.
"Apa? Hei! Jangan membuat orangtua ini mati penasaran!"
Damian tertawa, sangat menyenangkan bisa mengerjai ayahnya lagi. Dia tahu semua rencana ayahnya agar dia bisa piknik berdua dengan Ainsley, walau dia menikmati pikniknya, tapi dia benar-benar curiga jika ayahnya yang telah membuat Mayumi tidur dan menyembunyikannya. Jangan-jangan sakit kepala yang ayahnya derita juga bohong belaka.
"Ayo katakan pada Daddy, apa yang kalian lakukan. Kau pasti menciumnya, bukan?"
"Dad," Damian memandangi ayahnya sambil tersenyum.
"Ya... Ya, ayo katakan?" Jager semakin antusias ingin tahu.
"Rahasia!" jawab Damian.
Biarkan saja ayahnya penasaran, lagi pula dia juga tidak mencium bibir Ainsley. Bukannya tidak mau tapi dia takut Ainsley menolak.
"Hei, lagi-lagi jawabanmu rahasia!" protes Jager.
"Aku mau mandi, Dad," Damian melepaskan bahu ayahnya dan melangkah ke arah pintu.
"Damian, jawab dulu pertanyaan Daddy!" pinta Jager tapi Damian sudah keluar dengan terburu-buru.
"Damian, awas kau ya!"
Damian tertawa saat menuju kamarnya, sedangkan Jager menggerutu. Seharusnya dia mengikuti mereka, sungguh dia sangat penasaran.
"Oh, aku menyesal tidak mengintip apa yang mereka lakukan!" ucap Jager.
Jager berjalan mondar mandir, penasaran. Dia tidak tahu apa yang mereka lakukan jadi dia tidak bisa memberi laporan pada putrinya. Sepertinya dia harus meminta sebuah kamera pengintai pada menantunya, lain kali akan dia lakukan.
Jager hendak menghampiri ranjang tapi pada saat itu, terdengar suara ketukan di pintu. Jager mendekati pintu dan membukanya. Dia kira itu Damian tapi ternyata seorang anak buahnya berdiri di depan pintu.
"Ada apa?"
"Bos, ada yang ingin aku bicarakan," jawab sang anak buah.
"Masuk!" pintu dibuka dengan lebar dan anak buahnya masuk ke dalam.
"Katakan, ada apa?" tanya Jager.
"Aku mendapat kabar dari temanku yang ada di pasar gelap jika ada yang mencarimu."
"Apa?" Jager menatap anak buahnya dengan serius, siapa yang mencarinya?
"Tidak saja mencarimu Bos, tapi dia juga mencari Marck Wriston."
Jager terlihat berpikir, dia sudah pensiun lama dan tidak pernah pergi ke pasar gelap lagi semenjak pengkhianatan yang Marck lakukan. Lalu siapa yang mencari mereka?
"Apa tujuan orang itu?"
"Entahlah, sahabatku hanya berkata jika ada yang mencarimu dan Marck."
"Baiklah, selidiki siapa orang itu dan cari tahu apa tujuannya!" perintahnya.
"Baik, Bos!" jawab sang anak buah.
Jager meminta anak buahnya pergi, dia berjalan ke arah ranjang dan duduk di sisinya. Jager tampak berpikir, siapa yang mencarinya dengan Marck?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
DG s
/Facepalm//Facepalm/
2023-12-07
0
MakBarudakh
Seriuuuusss Dady bar bar tauuu jd Pakcomblangnya 😂😂
2023-11-24
0
Stephanie Kilanmasse
ya ampun.... perutku sakit🤣🤣🤣🤣🤣🤣Daddy Jager ada2 saja🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-03
0