Biasakan Like bab-nya😉...
Masukin list Fav juga ya🥰
Komentar positifnya biar Author
makin semangat Up, apalagi dapet hadiah🥰
So... I Hope Enjoy The Story
...****************...
"Sebenarnya kau terobsesi pada balas dendammu atau ada alasan lain?!"
Pertanyaan Seok Hyun berhasil membuat yang lain menatapnya seakan bingung atas pertanyaannya yang terdengar ambigu.
"Ya, bisa saja kan Jae Hwan diam-diam menyukainya" jelasnya tanpa berpikir apapun.
"Iya, kan?!" tambahnya lagi, saat para pria itu memutar malas bola matanya.
"Hyung sebaiknya kita pergi, sudah saatnya minum obat." kata Tae il sambil menarik pelan lengan Seok Hyun.
"Yak! kau pikir aku sakit sampai harus minum Obat, pria setampan diriku ini tidak mungkin sakit. bakteri saja meleyot duluan sebelum menyerangku" ucapnya dengan rasa penuh percaya diri.
"Hmmm, hyung memang paling tampan, bahkan ketampanan hyung sampai ke pluto" sahut Tae il yang tahu betul jika pria yang lebih tua darinya itu memang terlalu percaya diri, walau sebenarnya Seok Hyun memang tampan hanya saja mereka sering julid karena dia terlalu percaya diri.
"Eyy~ kau adik yang paling the best, menurutmu kalau aku di undang ke pluto bagusnya pakai baju apa" pikirnya dengan senyum yang terus mengambang di bibirnya.
Tae il lantas mengacungkan lemah jempolnya, menyetujui apapun ucapan Seok Hyun.
Itulah kenapa, kadang Tae il, Ye Jun, Si Hwan atau Jin Sung suka sekali menggoda Seok hyun, karena sifatnya yang memang suka membuat yang lain tertawa, bahkan hanya untuk hal kecil, berbeda dengan Yoon Wo yang notabennya lebih muda dari Seok Hyun. ia jauh lebih serius dan lebih dewasa dari sang kakak.
Tapi bukan berarti Yoon Wo bisa seenak jidat padanya, pria itu tetap sopan dan menghargai Seok Hyun sebagai kakak tertua dari mereka semua.
Tersisa Yoon Wo dan Jae Hwan yang masih berdiri di posisinya tanpa bicara satu sama lain.
Hampir 3 menit mereka masih pada posisinya, hingga Yoon Wo berucap.
"Dengarkan aku sekali saja, biarkan dia hidup seperti sebelumnya. wanita itu sudah banyak menderita" tutur Yoon Wo yang memang telah menyelidiki latar belakang kehidupan Hana setelah ia menyeretnya masuk kerumah Si Hwan waktu itu.
"Tap-
"Tidak ada tapi-tapian. dengarkan ucapanku! berdamai dengannya dan-
Pria itu lantas mendekatkan wajahnya pada telinga sang adik dan membisikkan sesuatu menyambung ucapannya yang belum selesai.
Setelah membisikkan itu, Yoon Wo beranjak pergi dari sana meninggalkan Jae Hwan yang masih terdiam sambil memikirkan ucapan sang kakak.
...****************...
Hana bersandar pada jendela kaca bus, sambil merasakan hembusan angin yang menyapa wajahnya.
Terbesit dalam pikiran-nya untuk berpikir kembali kerumah bibinya, wanita itu benar-benar muak dengan segala keterlibatan-nya dengan Jae Hwan sekaligus teman-temannya.
"Nona! apa kau tidak akan turun?!"
Sontak Hana sadar dari lamunannya dan bergegas untuk turun dari bus.
Baru saja ia turun dari bus, seorang pria dengan setelan jas rapi, berdiri di samping halte bus dengan kedua tangan yang di masukkan kedalam saku celananya.
Hana menghela pelan napas-nya dan memilih untuk tidak menghiraukannya dan melangkah pergi begitu saja.
" bisa kita bicara sebentar?!"
Hana menepis pelan, kala ekor matanya menangkap sosok pria yang ia kenal.
"Berhenti mengganguku" sahut Hana lalu ia melangkah untuk segera pergi dari sana.
"Apa kau tidak ingin membaca surat dari Ayahmu?"
Seketika langakahnya terhenti mana kala pria itu menyebut Ayahnya.
Hana perlahan berbalik untuk untuk menghadap Yoon Wo yang kala itu berdiri di belakangnya.
"Aku akan memberikan suratnya, jika kau mau bicara denganku." ucap nya.
"Baiklah"
Yoon Wo mengangguk pelan, lalu mengajak Hana untuk pergi ke sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka sebelumnya.
...****************...
"Apa kau ingat jika kita pernah bertemu sebelumnya.. ditempat ini?!"
Wanita itu mengerutkan dahinya saat Yoon melontarkan kalimat itu.
"Ah. kau pasti sudah lupa" ucapnya lagi sembari menyeruput kopi yang sebelumnya mereka pesan.
"Apa yang ingin kau bicarakan, katakan saja dan cepat berikan surat Ayahku" kata Hana yang langsung ke point utama pembahasan.
Yoon Wo menghela pelan napasnya, lalu mengeluarkan sebuah catatan kecil dari dalam saku jas-nya.
Saat Hana akan menyambut catatan itu, Yoon Wo lebih dulu meninggikan bukunya hingga susah untuk di gapai Hana.
"Sebelum kau mendapatkan ini, aku ingin bertanya padamu."
"Apa?"
"Sejak kapan kau mendapatkan transferan uang??"
Pertanyaan Yoon Wo benar-benar membuat Hana seketika diam, walau dalam benaknya ia sadar jika informasi seperti itu pasti mudah di dapatkan oleh pria sepertinya.
Tapi yang membuat Hana bingung, kenapa Yoon Wo malah menanyakan hal itu padanya.
"Cepat jawab pertanyaanku."
"Setelah Ayahku menjadi tersangka." sahutnya sambil membuang pandangannya ke arah lain.
"Tolong jangan berpikir itu adalah sponsor! aku tahu kau pasti berpikir aku mendapatkan itu sebagai bayaran karena Ayahku di tuduh membunuh orang tua pria itu. tapi aku sama sekali tidak pernah menyentuh uang itu..." tambah Hana.
"Apa ini pembelaan?"
"Aku hanya mengatakan faktanya saja.." balas Hana.
"Tenanglah, aku tidak menyalahkannmu. aku tahu jika Ayahmu mungkin bukan pelakunya." jawab Yoon Wo.
"Aku tidak tahu jika ternyata masih ada orang yang berpikir dengan logika sepertiku" ucapnya "tidak seperti iblis itu" sambungnya dengan gumaman kecil yang mungkin hampir terdengar oleh Yoon Wo.
"Maksudmu Jae Hwan?!"
"Menurutmu ?!"
"Ah~ aku paham, kau pasti sangat membencinya" ucap Yoon Wo.
"Aku tidak peduli, walaupun kau kakaknya tapi perlu ku katakan. bahwa adikmu memang pantas di benci." jawab Hana.
Yoon Wo mengangguk pelan, lalu kembali buka bicara perihal yang lain.
"Datanglah besok ke perusahaan, kau diterima." sekali lagi ucapan Yoon Wo berhasil membuat Hana menatap-nya bingung.
"Itu perusahaanku" tambahnya sebelum wanita itu melontarkan pertanyaan padanya.
Hana diam sambil berpikir, disatu sisi ia tidak ingin terlibat lagi dengan mereka tapi di sisi lain ia juga terdesak masalah keuangan, karena bibinya baru saja di diagnosa terkena kanker otak stadium 3 yang tentunya harus mengeluarkan banyak uang untuk berobat.
Mau tidak mau Hana harus memilih, apakah ia harus terlibat kembali dengan para pria itu, atau menggunakan uang yang di transfer padanya untuk membiayai penyakit bibinya, yang telah menjadi tanggung jawabnya sebagai rasa balas budi karena telah membesarkannya.
"Pikirkan baik-baik, aku hanya memberi satu kesempatan jika besok kau tidak datang maka kesempatan akan hangus." kata Yoon Wo seraya bangkit dari duduknya.
"Aku pergi" pamitnya, melangkah pergi dari sana meninggalkan Hana setelah meletakkan buku catatan tersebut di atas meja.
Hana menatap punggung Yoon Wo yang perlahan menghilang dari pandangan-nya, lalu beralih pada buku catatan milik mendiang Ayahnya.
Ia menyibak perlahan kertasnya satu-persatu hingga berhenti di sebuah halaman yang terdapat tulisan tangan sang Ayah.
Suasana di meja itu sempat hening, sebelum akhirnya air mata perlahan menetes dari pelupuk matanya kala selesai membaca surat dari sang Ayah, yang membuatnya kembali merindukan pria yang merupakan cinta pertama bagi anak perempuan sepertinya.
"Aku merindukanmu Ayah" gumamnya pelan seraya memeluk catatan kecil tersebut tanpa menghiraukan sebagian pengunjung yang memang terlihat memperhatikan-nya.
...****************...
.
.
.
Jangan Lupa like, tinggalin jejak di koment, vote, dan share, biar author semangat up ep-nya.🥰
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments