“Bisa minta Anda jelaskan motif di balik serangan Rumah Sakit Dewantara Group?”
“Benarkah pelaku penyerangan berasal dari karyawan Perusahaan Sungsin Group?”
“Apa yang menyebabkan putra Anda memiliki dendam pada remaja yatim piatu berinisal D.?”
“Benarkah bahwa selama masa tahanan rumah, Putra Anda, Aleka Gebriansyah Putrawardhani masih bebas berkeliaran keluar rumah?”
“Apa pendapat Anda tentang Putra Anda yang menjalani masa tahanan rumah?”
Pertanyaan yang bertubi-tubi tidak henti-hentinya dilontarkan oleh para wartawan kepada Widarno Putrawardhani, Direktur Pelaksana Perusahaan Sungsin Security Cabang Indonesia.
“Pelaku penyerangan memang benar dilakukan oleh mantan anggota Perusahaan Sungsin Security Cabang Indonesia, tetapi penyerangan itu sendiri tidak ada kaitannya dengan perusahaan. Tampaknya beberapa mantan anggota kami melakukan bisnis liar sendiri.” Kata Pak Widarno membuka pernyataan pada konferensi persnya.
Para wartawan tampak dengan khidmat mencatat setiap pernyataan yang dilontarkan oleh Pak Widarno.
“Lantas, apa tindakan perusahaan atas tindakan kejahatan yang dilakukan oleh beberapa karyawan perusahaan Anda? Anda mengatakan mantan, apakah mereka dipecat?” Ujar salah satu wartawan di antara mereka.
”Ya, itu benar adanya. Akan tetapi, mesti digarisbawahi bahwa mereka telah dipecat dan diserahkan kepada pihak yang berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka setelah pihak manajemen mengetahui tindakan kejahatan itu. Perusahaan juga telah memberikan kompensasi yang sesuai kepada pihak rumah sakit dan para korban pada kasus penyerangan ini…”
Konferensi pers berlangsung sekitar 1 jam. Setelah selesai mengklarifikasi puluhan pertanyaan wartawan, Pak Widarno turun dari podium sambil menyeka dahinya dengan sapu tangannya.
“Jadi, ke mana perginya anak itu?” Tanya Pak Widarno pada asisten yang mengikuti di belakangnya.
“Tuan Aleka sedang berada di Bar Galaxy bersama teman-temannya.” Jawab asisten itu.
“Cih, anak kurang ajar itu.” Pada Widarno menjentikkan lidahnya dan perlahan menghilang dari balik pintu mobil. Asistennya menundukkan kepala seraya bergerak ke kursi depan di samping pengemudi. Mobil pun melaju meninggalkan lokasi.
***
Di ruangan yang dingin itu, seorang kakek tua sedang sibuk menggoyang-goyangkan gelas untuk menyeduh minuman. Mukanya tersenyum, namun jika diamati dengan seksama, sebenarnya tak ada ekspresi apapun di balik wajah lembutnya. Di depannya, nampak seorang pria berotot yang hanya mengenakan boxer sangat pendek mulai menyajikan minuman beralkohol dan makanan ringan. Di meja itu, berkumpul 5 pemuda dan 2 pemudi.
Suasana di meja itu tampak mencekam. Tiba-tiba sebuah garpu melayang yang dilemparkan oleh seorang pemuda kepada pemuda lainnya.
“Apa kamu tidak punya otak? Kamu tahu situasi kita kan? Kita baru saja dibebaskan dari tahanan rumah.” Bentak Araka kepada Aleka.
“Jangan marah-marah gitu sayang, kamu kan baru pulang.” Bujuk Rihana kepada Araka.
“Aku…Aku…” Aleka yang terbata-bata mengusap dahinya yang berdarah karena goresan garpu.
“Yah, berkat itu usaha kita untuk mencoreng nama baik Si Tuan Muda jadi berantakan semuanya. Seketika berita tentang Sungsin Grup memenuhi segala jenis media berita, entah itu di TV, surat kabar, internet dan akhirnya segala berita miring tentang Tuan Muda langsung tenggelam.” Ujar Rihana dengan kecewa sambil menopangkan dagu di tangan kanan yang ditekuknya.
“Lantas apa yang akan dilakukan N News and Entertainment terhadap masalah ini?” Tanya Riandra kepada Rihana.
“Yah kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk meredam amarah massa dengan bahan konferensi pers dari Direktur Kepala Pelaksana Sungsin Group dan mencoba mengalihkan perhatian massa. Tetapi yah, kami agak sulit mengalihkan perhatian massa perihal tidak ada berita lain yang cukup kontroversial saat ini. Memangnya ada kejadian yang akan lebih menarik perhatian massa saat ini dibandingkan kasus ini?” Kata Rihana seraya melirik Riandra sambil memonyongkan bibirnya.
“Itu kan tugas kalian…” Riandra berusaha membalas ucapan Rihana itu dengan sedikit terbata-bata.
Namun, belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Aleka segera memotongnya dengan nada marah. “Bukankah ini salah kamu Riandra. Kamu yang membujuk aku untuk melakukannya dan jika bukan karena kesalahan pada alatmu, semua ini tidak akan terjadi.”
Kali ini, sendok yang dilayangkan oleh Araka kepada Aleka.
“Aduh.”
“Diam. Jangan terlalu berisik.”
“Maafkan aku.”
Aleka yang sempat berdiri dengan marah, duduk kembali dengan tenang seketika ditenangkan oleh Araka.
“Tapi, Aleka ada benarnya juga lho Araka. Lagipula jika alat milik Raksa Corporate tidak rusak, hal itu tidak akan terjadi. Justru, Dewantara Group-lah yang akan menelan kepahitan. “Ucap Rihana kepada Araka seraya melirik dengan senyum sinis kepada Riandra.”
“Siapa bilang alatnya rusak, lagipula jika tidak ada noise cancel yang dinyalakan OB sialan itu, semua ini tidak akan terjadi. Ini jelas-jelas salah karyawan Aleka yang telat menembak mati sialan itu sebelum menyalakan alatnya.” Sanggah Riandra pada spekulasi Aleka dan Rihana.
“Tapi yah, yang terpenting sekarang bagaimana cara kita menghadapi situasi sulit saat ini. Bertindaklah seperti yang tadi kita rencanakan dan jangan lupa, jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang memancing perhatian awak media. Untuk masalah berita kontroversialnya, serahkan saja padaku. Seperti biasa, kita akan membayar artis untuk melakukannya setelah beberapa saat ketika situasi tidak terlalu panas. Paham?!” Keenam orang itu lantas menganggukkan kepala pertanda setuju pada rencana Rihana.
Datang kepada mereka seorang pelayan wanita yang hanya mengenakan BH dan underwear berwarna putih. Tampak kedua buah kecil milik wanita itu agak menonjol di kain BHnya. Wanita itu lantas menuangkan minuman ke gelas yang tampak telah kosong dan mengganti cemilan yang hampir habis di meja.
Araka seketika melirik wanita itu dan mulai meraba-raba bagian perut wanita itu. Tangannya semakin lama semakin menjalar ke atas. Dan ketika tangannya hendak sampai pada buah kecil milik si pelayan wanita, si pelayan pria yang mengenakan boxer super pendek tiba-tiba datang mengantarai mereka.
“Tuan dan Nona sekalian, ini Tiramisu Cake-nya. Servis.” Kata pemuda berotot dengan boxer pendek itu seraya tersenyum ramah.
***
Setelah kejadian mencekam tadi malam, barulah pemakaman korban serangan penjahat, Syarif Saleh, digelar sore itu. Tiada satupun keluarga yang mengantar kepergiannya karena kedua orang tuanya sudah duluan meninggalkannya sementara adik satu-satunya masih belum sadarkan diri pasca-operasi. Pemakaman berjalan penuh khidmat sesuai tradisi setempat. Usai pemakaman, Kaiser bersama Agni, ayahnya, dan beberapa pengawal meninggalkan lokasi.
“Dek Kaiser.” Terdengar suara sapaan seorang wanita dari belakang.
“Kak Wartawan?” Dia adalah Aliska yang bersama dengan seniornya Panji.
“Aku pasti…Aku pasti akan mengungkap keadilan untuk Kak Syarif. Akan kuungkap kebusukan mereka sampai tak ada satupun yang tersisa. Makanya Adek juga harus tetap semangat.”
“Ya Kak, Semangat!” Ujar Kaiser seraya tersenyum sendu. Terpancar aura sayu di balik senyum Kaiser seakan terdapat bulu-bulu hitam bertaburan di belakangnya.
Aliska menatap secara langsung pada kedua mata Kaiser yang sebiru kilau berlian. Dia kemudian menaikkan tangan kanan seraya mengepalnya pertanda tekatnya yang bulat. Kaiser menatap baik-baik tekad itu dan juga ikut membulatkan tekadnya.
[Kalian akan membayar harga untuk semua ini.]
***
“Sayang, bagaimana perkembangan media sekarang.” Tanya seorang istri kepada suaminya.
“Syukurlah perhatian media tidak lagi tertuju pada putra kita dan beralih ke Sungsin Group. Namun, pasangan ayah-anak licik itu berhasil meloloskan diri dan melimpahkan semua kesalahan pada anak buahnya. Segala upaya telah kita lakukan untuk mendesak mereka, tapi tampaknya tidak semulus yang direncanakan.”
Di balik pintu tampak Kaiser yang sedang menguping pembicaraan kedua orang tuanya. Mendengar obrolan kedua orang tuanya itu, dia pun menundukkan kepalanya. Dia kesal karena ketidakberdayaannya.
***
Keesokan harinya, media tiba-tiba dihebohkan oleh berita yang sangat tidak penting namun entah mengapa menarik begitu banyak perhatian massa yang berpusat pada N News dan Entertainment sebagai dalangnya.
“Dua tokoh utama wanita Juvia Sandez dan Dewi Pernik dalam Film Horor ‘Tolong Lahirkan Anakku’ yang akan segera tayang di bioskop Indonesia bertengkar dengan saling menjambak rambut di salah satu pusat perbelanjaan umum di Jakarta persis seperti salah satu adegan di cuplikan film di mana Markonah (diperankan oleh Juvia Sandez) mendapati tokoh utama pria Sebastian berselingkuh dengan Marsedes (diperankan oleh Dewi Pernik). Motif diduga juga sama dengan film di mana Andri Maulana (pemeran Sebastian) yang saat ini menjalin hubungan dengan Juvia Sandez …”
Berita tak penting itu pun berhasil mengalihkan perhatian publik dari skandal Sungsin Group.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
gu hariʕ´•ᴥ•`ʔ
Astaga Thor kenapa kau jadi terinspirasi tingkah2 artis di masa lalu. udah jengkel numpuk2 eh,,, malah ngakak, namanya absurd lagi,, 😂😂😂😂😂😂😂
2022-06-03
3
Phoenix
entah kenapa gue ngakak dngn adanya...Juvia sandez & Dewi pernik....awokawokwok....!
2022-03-16
2
Silver Tora
critanya kyak mstri pmbunuhan brantai, triler gitu yah.,
2022-02-20
4