Kala itu, Kaiser turun dari mobilnya dengan didampingi oleh asisten setianya Agni di belakangnya. Mereka berjalan menuju gerbang sekolah mereka.
Tampak raut khawatir di wajah Agni, kalau-kalau ada perlakuan tidak mengenakkan yang akan mereka terima dari warga sekolah perihal pemberitaan miring mengenai mereka berdua.
Ya, dua orang yang secara tidak sengaja terjebak dalam musibah penculikan Kaiser, selain Dios, dialah asisten Kaiser saat ini, Agni Permata.
Namun, sangat berbeda seperti apa yang dikhawatirkan oleh Agni, tidak ada satupun kata tidak mengenakkan yang terlontar keluar, baik yang frontal, maupun yang samar-samar di belakang.
Semua siswa hanya terdiam memandangi mereka dengan ekspresi simpatik di wajah mereka. Tak tampak satupun pandangan merendahkan apalagi benci di antara mereka.
Suasana pun pecah ketika salah seorang siswa berlari menghampiri Kaiser. Dia adalah Andika, teman sebangku Kaiser saat ini di SMA.
“Hei Kaiser, tadi subuh ada berita tentang kamu di TV. Apakah kamu baik-baik saja?”
Di luar dugaan Agni, daripada pertanyaan konfirmasi, yang keluar di mulut Andika, justru rasa simpatik yang ditujukannya dengan menanyakan kabarnya.
Seraya siswa-siswa di sekeliling mereka saat itu ikut berkerumun di sekeliling Kaiser dan menyemangati Kaiser.
“Dasar tuh wartawan, apa masuk akal jika seorang anak berusia 4 – 5 tahun bisa menggunakan pistol yang berat. Nggak punya otak.” Celoteh Ratih, satu dari kerumunan siswa yang mengelilingi Kaiser.
Kaiser hanya tersenyum menanggapinya. Raut matanya tampak dipenuhi dengan kesedihan yang menambah simpati para kerumunan padanya dan semakin kuat dalam berupaya menyemangati tuan muda itu.
Suasana sekolah benar-benar di luar dugaan Agni sampai-sampai Agni bertanya-tanya inikah karisma seorang pangeran. Sejak awal, apa yang dikhawatirkan Agni jika mereka mencoba mencari kebenaran pada Kaiser yang akan membuka luka lamanya adalah suatu kekhawatiran yang sia-sia.
Suasana mengharu-biru yang terjadi di gerbang sekolah di mana Kaiser menjadi pusatnya tampak layaknya seorang pangeran yang dikelilingi oleh pengikut-pengikut setianya yang fanatik, melebihi fanatiknya seorang fans pada idolanya.
Suasana harmonis tersebut berlanjut sampai salah seorang penjaga gerbang membubarkannya karena menghalangi jalan.
Jam-jam berikutnya pun selama di sekolah, dengan senjata senyum ala pangerannya, Kaiser mampu meluluhkan hati para siswa sehingga berita miring di media menjadi tidak punya arti di hati para siswa.
Sayangnya, hal ini tidak berlaku di luar sekolah.
Walaupun media televisi berhasil dibungkam karena hanya menyajikan berita berdasarkan spekulasi dan bukannya fakta, tidak demikian di internet. Berbagai forum dan situs internet merajalela seakan semuanya ingin melahap Kaiser.
Tetapi berkat perlindungan keluarga serta dukungan teman-teman sekolah Kaiser, tidak hanya yang saat ini di SMA, tetapi juga termasuk teman SMP dan SD yang masih kontak dengannya, opini publik tidak berkembang ke arah yang lebih buruk.
Namun, beberapa netizen tampak masih ada yang menjelek-jelekkan Kaiser.
***
Di suatu ruangan, duduk dua orang pemuda berdampingan di sofa. Seorang di antaranya berperawakan besar dan kekar dengan cincin-cincin nyentrik di jari-jemarinya. Yang satunya berperawakan lebih kecil dan kurus.
Pemuda yang berperawakan lebih kecil berkata, “Aleka, tidakkah ini kesempatan yang baik di saat perhatian Kaiser teralihkan, untuk memberi pesta sambutan kepada mainan kita setelah sekian lama?”
Sambil mengusap-usap cincin-cincin di jari-jemarinya, pemuda yang berperawakan lebih besar berkata,
“Idemu brilian juga, Riandra. Maka mari kita kirim beberapa orang-orangku untuk melaksanakan pesta penyambutan.”
Dialah Aleka Gebriansyah Putrawardhani, pewaris tunggal perusahaan sekuriti paling ternama di Jakarta, Sungsin Security Cabang Indonesia. Sebuah perusahaan yang kini telah menjalankan bisnisnya dengan aset terpisah, namun tetap berada di bawah kontrak kerjasama pelatihan dengan perusahaan bekas induknya di Korsel.
***
Pukul 9 malam, sesuai rutinitas Kaiser yang mengunjungi Dios tiap 3 kali sepekan, hari ini Kaiser mengunjugi Dios ke rumah sakit. Setelah mobil Kaiser diparkirkan di parkiran rumah sakit, Kaiser pun bersama asistennya, Agni, keluar dari mobilnya dan bergegas menuju ke lantai paling atas rumah sakit di mana Dios dirawat.
Namun, sebelum sampai di pintu rumah sakit, Kaiser dicegat oleh seorang wanita muda. Wanita itu tampak di usia di mana dia akan menjadi mahasiswa tahun ketiga di universitasnya jika dia kuliah.
“Dek Kaiser, bisa minta waktunya sebentar.”
Wanita itu mengenakan kemeja maroon dan celana jeans. Tampak alat perekam di tangan kanannya. Di saku kemeja bagian kiri atasnya tampak berjejer dengan rapi tiga buah pulpen. Wanita itu juga menyandang tas kecil yang berisikan jurnal ukuran mini. Sangat jelas dia seorang wartawan yang ingin mengorek informasi yang ramai dibicarakan di internet itu.
Dalam hati, Kaiser kesal sampai-sampai di mana dia mau mengumpat, tetapi itu ditahannya. Senyum ala pangerannya pun dilontarkan. Kaiser seraya berkata,
“Maaf Mbak, jika ingin wawancara, tampaknya saya tidak bisa memberikan keterangan apa-apa.”
Dalam waktu 10 detik wanita itu terpana oleh senyum Kaiser dan terdiam, namun segera kesadarannya terpulihkan dan dengan cepat menyusul Kaiser yang sudah jauh di depan dan membuka pintu lift.
“10 menit saja dek, tidak, 5 menit saja.” Ucap wanita itu seraya bergegas ikut memasuki lift sambil menatap Kaiser.
Pandangan sayu yang siapapun wanita melihatnya akan terpancarkan aura keibuannya dikeluarkan oleh Kaiser. Wanita itu pun merasa bersalah seraya meminta maaf. Kaiser pun tersenyum dan seketika kesedihan di hati wanita itu terobati.
Dengan lembut Kaiser pun berkata, “Seandainya saya bisa membantu, saya ingin membantu. Hanya saja, itu ingatan ketika saya berumur belum genap 5 tahun. Sebenarnya, selain rasa trauma yang berat karena diculik, saya hampir tidak ingat apa-apa.”
“Maaf Dek.”
“Tidak apa-apa kok Mbak, Mbak juga pasti melakukan ini demi karir pekerjaan Mbak. Hanya saja, mengingat kejadian itu saja, membuat saya bergetar, saya…”
Wanita itu terdiam dan bingung bagaimana menenangkan Kaiser yang tampak menderita. Dia kemudian menatap ke arah Agni. Agni memberikan isyarat semuanya baik-baik saja dan biar dia yang tangani. Wanita itupun mundur dan Agni mendekat kemudian mendekap bahu Kaiser.
Tanpa terasa, Kaiser dan Agni telah tiba di lantai delapan di mana Dios dirawat. Kaiser dan Agni keluar dari lift dan memberi salam kepada sang wartawan sebelum pergi meninggalkan tempat untuk ke ruangan di mana Dios dirawat. Sang wartawan menatap dengan tatapan penuh simpati ke arah mereka berdua sampai pintu lift tertutup dan wajah mereka tak lagi saling berhadapan.
***
Tengah malam sekitar pukul setengah satu. Suasana rumah sakit tampak sepi. Kaiser dan Agni telah lama meninggalkan rumah sakit. Hanya ada beberapa dokter jaga dan perawat jaga malam dan beberapa pasien rawat inap. Di salah satu ruang VIP rumah sakit, tampak seorang pemuda yang sangat kurus sampai menyayat hati melihatnya terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Terdapat 2 penjaga berjaga di depan pintu kamar di mana pemuda itu dirawat dan 2 penjaga berjaga di dalam.
“Duar… Duar… Bruuuk!”
Tiba-tiba segerombolan orang berpakaian serba hitam memasuki rumah sakit kemudian menghancurkan fasilitas rumah sakit mulai dari pintu masuk terus ke lantai atas. Sekuriti rumah sakit yang kebetulan shift malam saat itu tidak dapat membendung serangan rumah sakit yang terjadi begitu tiba-tiba.
“Flash.” Listrik pun dipadamkan.
“Aaaah!” Orang-orang pun mendadak histeris akibat kegelapan di dalam suasana mencekam yang ditimbulkan oleh penjahat-penjahat itu.
Untunglah ada sumber listrik darurat sehingga peralatan-peralatan vital rumah sakit terutama yang berfungsi untuk mendukung hidup pasien yang kritis masih berjalan.
“Jangan ada yang bergerak, atau kami tembak!” Salah seorang penjahat berkata seraya menembakkan pistolnya ke atas.
Semua orang pun menjadi ketakutan. Ada yang duduk membungkuk, ada yang tiarap, bahkan ada yang mencoba menyembunyikan kepala mereka di balik meja layaknya burung unta yang jelas takkan dapat menyembunyikan dirinya dari para penjahat. Namun, satu yang pasti. Mereka semua gemetaran. Takut bahwa ada peluru nyasar di kepala mereka.
Salah seorang petugas rumah sakit pun mencoba untuk menghubungi polisi. “Tiiit…tiiiit…tiiiit.”
Rupanya, penjahat juga telah memasang alat pengganggu sinyal di sana sehingga pihak rumah sakit pun tidak bisa meminta bantuan dari luar.
Apa yang membuat suasana lebih mencekam adalah ketika seorang office boy di rumah sakit itu hendak kabur dan meninggalkan rumah sakit malah ditembak sehingga mati di tempat.
Suasana yang mencekam di rumah sakit pun berlanjut. Sampai pada akhirnya, penjahat-penjahat itu sampai di ruangan yang paling atas, lantai delapan. Berbeda dengan lantai di bawahnya, lantai delapan hanya bisa diakses dengan kartu VIP sehingga mereka harus naik tangga secara langsung dari lantai tujuh. Namun, ada pintu pengaman dengan keamanan yang sangat kuat yang terletak di ujung tangga dari lantai tujuh ke lantai delapan. Memakan waktu yang cukup lama bagi para penjahat untuk membobol pintu itu.
Sembari menunggu rekannya membobol pintu keamanan, salah seorang dari mereka pun membuka percakapan.
“Menurutmu, berita apa yang akan muncul besok pagi?”
“Kerugian milyaran rupiah Dewantara Group, banyak pasien yang meninggal karena pemadaman listrik di RS Dewantara, manejemen Dewantara Group yang buruk.” Jawab penjahat lain terhadap pertanyaan rekan penjahatnya itu.
Kedua penjahat itu kemudian saling tatap lantas tertawa terbahak-bahak.
“Habis ini kita mau ke mana?” Tanya penjahat itu lagi kepada rekannya.
“Ya ke mana lagi, ke markaslah, ke Sungsin Security Center Building untuk berpesta dari uang bonus dari Bos. Hahahahaha!”
Kedua penjahat mengobrol begitu ceria diikuti di belakangnya ada sekitar enam orang rekannya sementara dua rekan lainnya masih sibuk membobol pintu keamanannya. Namun, tanpa diduga, sebelum para penjahat berhasil membobol pintu keamanan, telepon masuk dari bos mereka.
“Apa yang kalian lakukan, monyet-monyet busuk. Cepat mundur!”
Mendengar perubahan perintah mendadak itu, para penjahat pun kebingungan. Namun, begitu suara sirene polisi mulai samar-samar terdengar dari luar, itu sudah terlambat.
Mereka berupaya mati-matian untuk segera meninggalkan lokasi. Namun, sayangnya telah siaga kerumunan polisi di sekitar pintu keluar rumah sakit sehingga tidak terhindarkan bahwa sebagian dari penjahat tersebut tertangkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
tria sulistia
sadis... 😳
2022-06-13
1
gu hariʕ´•ᴥ•`ʔ
masak sih baru pertama belajar nulis?? tapi ide dan jalan ceritanya bagus lo😊😊😊😊
2022-06-03
1
Silver Tora
pas bca novel 13 Pembunuh, ada promosi novel ini, coba gua bca dlu.,
2022-02-20
2