Kembali ke 3 jam sebelum kejadian penyerangan Rumah Sakit Dewantara Group. Aliska, wartawan yang hendak memperoleh berita dari Kaiser akhirnya berniat pulang setelah gagal memperoleh berita apapun dari Kaiser.
Pintu lift terbuka. Dengan mata hampa, Aliska meninggalkan pintu lift. Aliska terus berjalan ke depan tanpa memperhatikan ada seorang office boy yang berada di depannya. Mereka pun saling bertabrakan.
Berkat air galon yang berat yang menimpa kaki Aliska, Aliska akhirnya terluka sehingga kesakitan untuk berjalan. Office boy merasa bersalah akan kejadian tersebut. Dia pun membawa Aliska ke ruangan Office Boy untuk memberikan pertolongan pertama pada kaki Aliska yang terkilir karena tertimpa air galon tadi.
“Aduh!"
"Wah, maaf Mbak karena sudah ceroboh menabrak Mbak sehingga terluka.” Ucap Office Boy dengan panik.
“Tidak apa-apa, saya juga salah karena tidak memperhatikan jalan dengan baik.” Aliska hanya menjawab lemah sambil tersenyum kepada Office Boy itu.
Melihat senyumnya, Office Boy merasa sedikit lega.
Aliska yang kakinya terkilir menunggu untuk baikan dengan beristirahat di ruang Office Boy sambil bercengkerama dengan Office Boy tersebut. Karena kelelahan, tanpa sadar Aliska akhirnya memejamkan matanya dan tertidur.
Namun, di tengah sunyi senyap malam, tiba-tiba suara gaduh berupa barang pecah disertai letusan pistol terdengar dari luar. Mendengar keributan itu, Aliska terbangun.
Di dalam ruangan itu , Office Boy yang masih setia menemani Aliska yang tertidur sambil duduk menyantap kopi susu juga ikut kaget. Aliska pun segera memperbaiki dirinya yang masih agak mengantuk dan segera menyesuaikan diri dengan suasana tegang di luar.
Aliska segera menyelinap berdiri dari tempat tidur ke dekat pintu. Office boy mengikutinya di belakang.
“Jangan ada yang bergerak, atau kami tembak.” Kata seorang penjahat yang mengenakan pakaian hitam dengan topeng hitam yang menutupi seluruh muka kecuali bagian matanya di antara mereka.
Aliska membuka sedikit celah pintu untuk mengintip keluar. Alangkah kagetnya ketika dia melihat bahwa rumah sakit telah diserang oleh segerombolan penjahat.
“Ada apa Mbak?” Tanya Office Boy khawatir.
“Ssst. Jangan berisik, nanti kita ketahuan ada di dalam.” Jawab Aliska tegas seraya menempelkan jari telunjuknya secara vertikal ke bibirnya tepat di bagian tengah.
Office Boy yang kemudian ikut mengintip keluar seketika panik. Dia pun menutup mulutnya dengan salah satu tangannya untuk mencegah suara keluar dari tenggorokannya.
Tak lama kemudian, lampu rumah sakit ikut padam. Tiga puluh menit pun berlalu dan entah bagaimana Aliska dan Office Boy berhasil bersembunyi di dalam ruangan tanpa ketahuan oleh para penjahat.
Untunglah ruangan Office Boy terletak jauh tersembunyi di sudut belakang dari aula lantai pertama dekat pintu rumah sakit yang membuat penjahat-penjahat tersebut lengah untuk memeriksa ke dalam ruangan tersebut.
“Aduh, bagaimana ini Mbak? Kalau begini terus, banyak pasien yang hidupnya akan terancam. Dan adikku juga, mungkin akan meninggal. Selama ini dia bisa bertahan hidup berkat bantuan alat dari rumah sakit berkat Tuan Muda. Tapi jika listrik mati dan listrik cadangannya habis, maka alat bantuan pernapasan adikku akan… Adikku akan… Hiks… Hiks…” Ujar Office Boy sambil terduduk kaku. Lututnya didekap erat-erat. Air matanya mengalir membasahi lutut tersebut.
“Di saat seperti ini justru kita harus tenang. Pasti ada jalan keluar.” Ucap Aliska menyemangati Office Boy.
Namun, walaupun Aliska berkata demikian, dalam hatinya sendiri pun sebenarnya juga sangat panik. Bagaimana tidak, sedari tadi dia mencoba untuk menelepon, tetapi tidak bisa karena tidak ada sinyal. Internet pun tidak bisa tersambung karena tidak ada jaringan.
[Tampaknya seluruh gedung rumah sakit telah dipasangi alat pengganggu sinyal. Bagaimana ini? Listrik padam tetapi tampaknya sinyal keadaan darurat tidak terkirim karena alat pengganggu sinyal. Kalau begini terus, butuh waktu lama bagi para petugas pemantau dari luar rumah sakit untuk menyadari keadaan di dalam rumah sakit. Apa yang bisa kulakukan?] Pikir Aliska dalam hati.
Aliska pun mengingat pembicaraan dengan seniornya tadi siang sebelum berangkat ke rumah sakit.
***
“Wah, kenapa tiba-tiba tidak ada sinyal.” Aliska spontan berdiri dan mengangkat tinggi-tinggi hpnya ntuk mencari sinyal.
“Hi..hi..hi..hi..” Aliska pun menoleh kepada seorang seniornya yang tertawa cengingisan dengan gelagat yang aneh.
Dilihatnya seperangkat peralatan aneh sedang dipegang oleh seniornya itu. “Itu kan? Pantas tiba-tiba tidak ada sinyal. Ini perbuatan senior rupanya ya."
“Maaf. Maaf Aliska." Jawab seniornya seraya berusaha untuk menghentikan cengingisannya.
"Tapi bukan untuk menguji alat pengganggu sinyal itu tujuanku yang sebenarnya.” Kata seniornya dengan senyum nakal.
“Sebenarnya waktu meliput berita tentang acara lelang ilegal tertutup di Jerman, saya diam-diam mengikuti acara lelangnya. Dan lihat apa yang saya dapatkan. Perangkat pembatal penganggu sinyal ukuran mini dengan bentuk mirip radio ini yang hanya berdimensi 1 x 2 x 4 cm ini. Begini penggunaannya. Transmitternya akan mampu meredam noise yang ditimbulkan oleh alat penganggu sinyal dengan sonic boom. Bla…bla… Lihat ini, ketika tombolnya ditekan, tada! Sinyal di handphone pun muncul kembali walaupun alat pengganggu sinyal tetap nyala.” Ucap Senior dengan bangga kepada Aliska sambil memperlihatkan handphonenya yang kembali memiliki sinyal.
“Tapi kelemahannya ya, alat ini tidak dapat bertahan lama. Lihat ini, baru 10 detik, sinyalnya hilang lagi." Ucap senior itu lagi seraya kecewa.
"Setelah itu, alat pengganggu sinyal akan stabil lagi dan mampu menghasilkan noise yang akan akan mengganggu sinyal lagi…bla…bla… Juga pada alat penganggu sinyal yang terlalu kuat, alat ini tidak bekerja." Senior itu tsmpak semakin kecewa dalam ekspresinya menjelaskan.
"Tetapi itu khusus di dalam ruangan lho di mana kerapatan massa dinding di ruang tertutup mampu mengamukumulasi sinyal. Bla.., Bla… Tetapi di luar ruangan, sekuat apapun alat pengganggu sinyalnya, itu tidak akan berpengaruh.” Lanjut Sang Senior yang kali ini dengan bangga.
“Senior, saya tidak tertarik.” Aliska dengam cepat memotong penjelasan panjang lebar seniornya sambil menunjukkan ekspresi yang sangat tidak tertarik.
“Jangan gitulah, ini alatnya ada 2. Satunya akan kuberikan kepadamu sebagai hadiah. Ini!” Senior itu kemudian memasukkan peralatan mini aneh itu ke dalam tas Aliska.
“Bukannya ini mahal Senior? Sebaiknya tidak usah.” Ujar Aliska berusaha menolak.
“Kamu anggap apa seniormu ini? Terima saja! Tidak baik lho menolak pemberian orang yang tulus memberikan kita hadiah." Sang Senior dengan tegas menolak tolakan Aliska dengan wajah cemberut.
"Sebenarnya, alat ini berpasangan dan memiliki fungsi khusus lain yakni kita bisa mengirimkan satu sama lain pesan suara singkat antara kedua alat beberapa saat ketika transmitternya mengeluarkan sonic boom. Lumayan membantu kan ketika kamu disekap oleh orang-orang aneh sewaktu meliput berita untuk memberikan SOS kepada seniormu yang dapat diandalkan ini.” Tambah seniornya seraya menunjukkan senyum ramah dan tatapan mata yang lembut.
“Ya..ya..ya.. Seniorku memang hebat.”
[Dasar Senior Panji, kebanyakan nonton anime Detective Con*n] Gerutu Aliska dalam hati sambil menatap dengan pandangan kasihan tetapi diselimuti pandangan rendah kepada seniornya.
***
Aliska yang sementara panik berusaha menenangkan pikirannya. Dia pun merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil mirip radio. Dia tidak pernah menyangka bahwa alat aneh yang dihadiahkan oleh seniornya akan menjadi penyelamat dalam situasi genting di hidupnya.
[Detective Con*n, banzai!] Gumam Aliska. Dia segera merekam suaranya untuk minta tolong kemudian menekan tombol pada alat.
Seketika, muka Aliska berubah kecewa. Rupanya gangguan sinyal terlalu kuat sehingga sonic boom tak mampu menghempaskan sinyal sementara.
“Bagaimana ini?”
Mendengar Aliska bergumam, Office Boy seraya menatap Aliska penasaran. “Ada apa Mbak?”
“Semuanya sudah berakhir. Semula saya pikir alat ini dapat membantu. Untuk mencari pertolongan dari luar, tapi tampaknya gangguan sinyal yang disebabkan oleh penjahat-penjahat itu terlalu kuat. Andai saya bisa keluar rumah sakit sebentar saja, atau paling tidak cukup membuka pintu rumah sakit lalu menekan alat ini. Mengapa semua jendela rumah sakit mesti ditamengi logam baja di malam hari? Kalau terjadi penyerangan seperti ini kan, kita tidak bisa melarikan diri karena hanya ada satu pintu keluar. Hei Kak, apa tidak ada pintu keluar darurat?”
Office boy yang sedari tadi mendengarkan gerutu Aliska termenung penuh arti sebelum lamunannya disadarkan kembali oleh Aliska.
“Seharusnya ada Mbak, tapi itu bisa beroperasi secara otomatis ketika alarm kebakaran menyala.” Jawab Office Boy sambil menatap serius secara bolak-balik ke arah Aliska dan alat yang dipegangnya.
Mendengar jawaban Office Boy, Aliska merasa sangat kecewa. Dia hampir menitikkan air mata karena saking takutnya dia sekarang, namun ditahannya karena dia tahu itu akan percuma. Justru di saat ini, dia harus tetap tenang memikirkan solusi yang paling tepat karena seperti itulah seorang wartawan sejati, bertindak bukan berdasarkan spekulasi, tetapi berdasarkan fakta dan arah terbaik. Seorang wartawan sejati memiliki tanggung jawab mengarahkan publik untuk senantiasa mengambil pilihan yang tepat ke kehidupan yang lebih baik.
[Pintu darurat bekerja secara otomatis yang baru bisa terbuka ketika alarm kebakaran menyala. Listrik cadangan masih berfungsi. Masih ada peluang bahwa pintu darurat otomatis masih berfungsi. Yang harus dilakukannya sekarang adalah memicu pengaktifan alarm kebakaran.] Pikir Aliska dalam hati mencoba untuk membaca situasi.
“Bantu aku.” Pinta Aliska kepada Office Boy.
Office Boy mengambil meja kemudian menumpuk sebuah kursi di atasnya. Aliska memanjat kursi setelah memperoleh korek api yang terletak di sekitar bagian dapur ruang office boy. Aliska segera menyalakan korek api dan mengarahkan api ke detektor kebakaran yang terletak di atap ruangan office boy tersebut.
Namun, belum sempat melaksanakan niatnya, di luar dugaan mereka, seorang penjahat membuka pintu dan memergoki mereka.
“Hai mau apa kalian?” Ujar penjahat itu kepada Aliska dan Office Boy seraya menendang kursi yang dipijak Aliska yang sedang berdiri dengan satu kaki yakni satu kakinya yang tidak terluka.
Aliska terjatuh. Namun, berkat itu, perhatian penjahat itu berhasil teralihkan. Office Boy segera mengambil kesempatan itu untuk mengambil kursi lain dan memukul kepala penjahat itu.
Office Boy segera berlari keluar. Penjahat itu berusaha mengejarnya dengan mengabaikan Aliska yang masih tergeletak di dalam ruangan.
Sebuah tembakan pun dilontarkan oleh penjahat itu, namun Office Boy berhasil melolosinya. Office Boy pun sampai di depan pintu keluar rumah sakit dan berhasil membuka pintu tersebut.
Namun naas, tembakan yang dikeluarkan oleh rekan penjahat lainnya berhasil mengenai organ vital Office Boy. Office Boy pun meregang nyawa. Mayatnya tergeletak pas di luar pintu rumah sakit. Di tangan kanannya, terlihat dia memegang alat aneh yang berhasil ditekannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
gu hariʕ´•ᴥ•`ʔ
kasihan,, OB nya, gara2 dia semua orang selamat. 😟😟😟😟
eh,, Authornya penggemar Detective Conan ternyata😉😉😉😉
2022-06-03
1
Bpearlpul
detective conanku😍😍😍
2022-05-19
1
anggita
mampir sja,,
2022-02-19
1