Sean duduk didepan Bahar lalu mengulurkan tangan nya mulai menjabat tangan Bahar. disamping mereka sudah banyak orang yang datang menjadi saksi ijab dan kabul pernikahan Zara dan Sean hari ini.
Dengan bantuan WO, ruang tamu di rumah sederhana Zara disulap menjadi tempat akad nikah yang terlihat mewah.
Zara kini masih berada didalam kamar, sudah cantik mengenakan gaun berwarna pastel juga wajahnya yang semakin mangklingi karena polesan make up pihak WO pilihan mertuanya.
Tangan dingin Zara digenggam erat oleh Asih yang berada disampingnya. dan disampingnya lagi ada Imah yang juga ikut mengenggam tangan Zara satunya. Ada juga Ranti dan Sena adik Sean yang ikut berada di dalam kamar Zara, menunggu Sean selesai mengucap ijab dan kabul.
"Saya terima nikah dan kawin nya, Annasya Azzara binti Bahar Sutanto dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Bagaimana saksi?
Sah ...
Sah...
Sah...
Alhamdulilah...
Semua orang mengucap syukur karena acara ijab kabul berjalan lancar tak terkecuali Sean yang tadi merasakan ketegangan yang luar biasa kini dirinya bisa bernafas lega.
Zara keluar dari kamarnya dengan didampingi Asih juga Ranti, mereka lalu mendudukan Zara disamping Sean.
Sean menatap ke arah Zara yang terlihat sangat berbeda, jika biasanya Zara terlihat cantik natural kini cantik Zara bertambah karena polesan make up, membuat Sean tak berkedip melihat ke arah Zara.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri." kata penghulu yang ada didepan mereka mengejutkan Sean yang masih menganggumi kecantikan paras istrinya itu.
"Karena sudah memakai cincin, sekarang Nak Zara mencium tangan suaminya dulu." pinta penghulu itu.
Dengan tangan dingin dan gemetar, Zara menuruti apa yang dikatakan penghulu itu.
"Dan sekarang giliran Nak Sean mencium kening istrinya."
Tentu ini membuat Sean senang, tak ragu dan tanpa malu Sean langsung menempelkan bibirnya di dahi Zara.
"Ekhemm... Nggak pake lama kali." Sindir Anggara yang ada disamping Sean membuat semua orang yang ada disana tertawa.
Seharian ini Zara dan Sean menyambut tamu yang hadir dipernikahan mereka. Meskipun belum resepsi dan hanya syukuran kecil kecilan, namun keluarga besar Zara juga para tetangga berdatangan untuk sekedar mengucapkan selamat pada penganti baru itu.
Dan malam hari tiba, sudah tidak ada tamu yang datang lagi. Zara lebih dulu memasuki kamar karena Sean masih mengobrol dengan pakde juga kerabat Zara. Sementara Sean yang sebenarnya sudah merasa sangat lelah, terlihat kesal karena semua saudara Zara masih betah mengajaknya mengobrol padahal dirinya ingin segera mandi dan istirahat. Seharian mengenakan baju yang sama membuat Sean tidak nyaman bahkan tubuhnya terasa lengket karena tak sempat mandi sore.
Sean baru bisa bernafas lega setelah semua kerabat Zara pulang. Sean mengunci pintu rumah Zara karena Ayah dan Ibu Zara mungkin sudah istirahat mengingat Bahar Ayah Zara belum sepenuhnya sembuh dan butuh banyak istirahat.
Dengan langkah percaya diri Sean membuka pintu kamar Zara, dimana didalam Zara nampak terkejut dengan kedatangan nya. Sean melihat lihat isi kamar Zara. Memang kamar Zara tidak terlalu luas namun didalam nya sangat rapi dan bersih. Sean memasuki kamar Zara tak lupa menutup pintunya. Sean lihat wajah Zara sedikit gugup dan ketakutan membuat Sean ingin tertawa geli.
"Ehm, mas... Ng-nggak mandi?" tanya Zara yang kini sudah berganti pakaian piyama namun masih tetap mengenakan hijab. Jika biasanya hijab yang dikenakan Zara hijab segiempat syari kini Zara mengenakan hijab oblong sport yang hanya menutupi sampai bagian leher saja.
"Bagusnya aku mandi apa gini aja?" goda Sean mendekat ke arah Zara namun Zara malah terlihat ketakutan dan berjalan mundur.
"Ma-mandi dulu mas. sudah aku siapkan handuk dan piyama milik mas." kata Zara masih dengan suara gugup.
"Ck, padahal aku sudah tak sabar."
Zara terkejut dan langsung menatap Sean setelah mendengar ucapan Sean, "Eh mas, Ak-aku..."
"Ya sudah aku mandi dulu, biar wangi biar kamu tambah..." Bisik Sean tak melanjutkan ucapan nya dan langsung pergi meninggalkan Zara.
Zara terjatuh dilantai setelah Sean tak terlihat. Ia peganggi dadanya dan merasakan jantungnya berdegup sangat kencang.
"Astagfirullah, sadar Zara sadar... Mas Sean itu sudah suami kamu jadi kamu nggak boleh seperti ini." gumam Zara.
Sementara dikamar mandi, Sean terkekeh geli melihat bagaimana takutnya Zara saat Ia dekati. terasa aneh untuk Sean, karena biasanya justru banyak wanita yang mendekati Sean bahkan mengoda Sean namun Zara yang sudah sah menjadi istrinya malah takut didekati oleh Sean, membuat Sean merasa sedikit tertantang.
Selesai mandi, Sean kembali ke kamar Zara namun tak menemukan Zara dikamarnya.
"Apa dia kabur?" batin Sean duduk ditepi ranjang. Tak berapa lama pintu terbuka, Sean lihat Zara masuk membawa nampan berisi teh juga sepiring nasi beserta lauknya.
Dengan tangan gemetar, Zara memberikan nampan itu pada Sean, "Mas seharian belum makan kan?" tanya Zara dengan suara lembut.
"Maunya langsung makan kamu aja gimana?" goda Sean dengan tatapan nakal membuat Zara berjalan mundur lagi.
"Mas kanibal? ken-kenapa makan aku? jangan... aku masih ingin hidup."
Sontak ucapan Zara membuat Sean terkekeh dan langsung menyantap makanan yang dibawakan oleh Zara.
"Ck, aku lupa kalau istriku ini sangat sangat soleha jadi mana mungkin kamu paham sama ucapan aku." kata Sean langsung membuat pipi Zara semu merah dan Sean menjadi gemas ingin mencubit pipi Zara.
"Mau nambah mas?" tanya Zara yang langsung di gelenggi oleh Sean.
"Kalau aku makan terus, kapan kita mulainya."
"Eh..." Zara kembali gugup dan langsung mengambil nampan ditangan Sean lalu membawanya keluar.
Lagi lagi Sean dibuat tertawa dengan tingkah lugu Zara.
"Aduh bagaimana ini Ya Allah... Bagaimana aku harus bilang dengan mas Sean kalau... ck, aku takut mas Sean marah." gumam Zara berdiri didepan wastafel.
"Nak, kok kamu belum tidur?" suara Asih mengejutkan Zara.
"Eh, anu bu... Zara habis beresin piring kotor punya mas Sean." balas Zara terdengar gugup.
Asih tersenyum menatap putrinya itu, "Jangan bilang kamu lagi menghindar dari Nak Sean."
"Eh, engg-enggak kok Bu. ini Zara udah mau masuk." Zara langsung kembali ke kamarnya membuat Asih menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli.
Sepelan mungkin Zara menutup pintu namun nyatanya mata Sean langsung menatap kearahnya. Zara melihat Sean sudah berbaring di ranjangnya yang hanya berukuran 120×200. jika dilihat memang cukup untuk berdua namun sepertinya sedikit sempit.
"Kenapa masih berdiri disana?" Tanya Sean membuyarkan lamunan Zara. "Sini..." Sean menepuk ranjang sampingnya yang kosong.
Dengan tangan gemetar, Zara mengangguk dan mendekat lalu duduk dipinggir ranjang.
"Kenapa malah duduk? apa kamu tidak lelah?" lagi lagi Sean menepuk ranjang agar Zara berbaring disampingnya.
"Mas maafkan aku..."
"Maaf kenapa?"
"Aku belum bisa melakukan malam ini karena, ehm aku datang bulan dan baru kemarin." kata Zara membuat Sean yang tadinya merasa telah berhasil mengerjai Zara kini malah giliran dirinya yang merasa dikerjai oleh Zara.
"Ohh, aku juga belum siap. tadi hanya meminta mu untuk segera tidur saja." Sean menatap kesal ke arah Zara lalu Ia berbalik memunggungi Zara.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komen yaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
awokawokawok 😂😂😂😂
2023-06-25
0
Yuli Astuti
ya ga bisa unboxing deh Sean 🤣
2023-06-14
0
devymariani
Sean ngambeeekk 🤭☺
2023-05-07
0