Paginya, Zara berangkat mengajar seperti biasa. Meskipun dirinya belum siap jika nanti bertemu dengan Mas Panji. Namun mengingat kejadian semalam, membuatnya harus benar benar mengikhlaskan mas Panji. Ia akan bersikap biasa saja jika nanti bertemu dengan mas Panji.
Dan benar, sesampainya disekolah. Zara sudah berada diruangan guru, Ia datang lebih awal dan yang lebih mengejutkan Mas Panji juga datang lebih awal sama seperti dirinya. Kini mereka hanya berdua diruang guru itu.
Tak ada sapaan atau ucapan selamat pagi seperti yang Mas Panji selalu ucapkan jika bertemu dengan Zara. Hanya diam membuat Zara juga ikut diam dan tak menyapa.
Sesekali Zara melirik ke arah Mas Panji yang bersikap acuh padanya.
Oh oke mungkin dia benar benar marah dan kecewa padaku batin Zara melanjutkan pekerjaan nya.
"Mas Panji aku bawain kamu sarapan." suara centil terdengar dari arah Panji membuat Zara melihat ke arah Panji.
Rena salah satu rekan guru yang sudah lama menyukai mas Panji namun tidak pernah mendapat respon baik dari mas Panji.
"Oh ya, makasih." Panji terlihat ramah pada Rena membuat Zara sedikit terkejut.
Cemburu, sudah pasti Zara merasakan itu.
"Nanti kita makan siang bakso diluar yuk mas." ajak Rena lagi.
"Boleh."
"Yess," Rena nampak bersorak gembira melihat Panji merespon nya.
Rena duduk di kursinya lalu menatap ke arah Zara dengan tatapan mengejek karena berhasil merebut Panji dari nya.
Zara hanya menghela nafas panjang lalu kembali fokus pada pekerjaan nya.
Siang hari saat Zara bersiap untuk pulang, salah satu tetangga nya datang menjemputnya didepan sekolahan.
"Zara, buruan pulang. Ayahmu dibawa kerumah sakit." kata Imah tetangga juga teman karib Zara.
"Ya Allah, kok bisa?"
"Udah buruan naik, aku anter kamu kerumah sakit." kata Imah yang langsung diangguki Zara.
Dengan kecepatan tinggi, Imah melajukan motornya agar sampai dirumah sakit.
"Masih diruang UGD." kata Imah yang langsung diangguki Zara.
Zara segera berlari memasuki rumah sakit, mencari ruangan yang dimaksud oleh Imah.
"Zara..." terlihat Asih sang Ibu sedang menunggu diluar.
"Ayahmu sedang diperiksa dokter." jelas Asih dengan mata memerah habis menangis.
"Apa yang terjadi sama Ayah bu? tadi pagi bukannya baik baik saja?" tanya Zara dengan raut wajah khawatir.
"Tadi Ayahmu nganter pesenan kue ke kampung tetangga, tapi Ayahmu dibegal orang sampai jatuh ke jurang." kata Asih sambil menangis lagi.
"Astagfirullah," Zara akhirnya ikut menangis juga setelah mendengar cerita sang Ibu.
"Ibu juga nggak nyangka, masih siang tapi ada yang berani begal. untung ada orang lewat dan tahu jadi Ayahmu bisa segera di tolong." jelas Asih lagi membuat Zara semakin terisak.
Pintu UGD terbuka, seorang dokter keluar membuat Zara dan Asih berjalan mendekat ke arah dokter.
"Bagaimana keadaan Ayah saya Dok?" tanya Zara sambil mengusapi pipinya yang basah karena air mata.
"Kedua kakinya retak, dan yang lainnya hanya luka lecet. Untuk sementara mungkin pasien harus menggunakan kursi roda sampai cedera di kakinya sembuh." jelas dokter itu membuat Zara dan Asih sedikit lega.
Setelah dokter itu pergi, Asih dan Zara segera memasuki ruang UGD untuk menemui Bahar yang kini terbaring lemah di sana.
"Ayah..." Zara kembali menangis melihat wajah, Ayahnya penuh luka, juga kedua kakinya yang diperban.
"Ayah baik baik saja, hanya saja mungkin sementara Ayah nggak bisa aktifitas buat bantuin Ibu anter pesenan." ungkap Bahar terdengar sedih.
"Sudah Ayah, jangan pikirkan apapun yang penting Ayah sehat dulu, sembuh dulu." kata Asih sambil mengenggam tangan Bahar.
"Tetap saja Bu, Ayah sedih. motor kita satu satunya malah diambil begal itu."
"Sudah Ayah, sudah. InsyaAllah besok kalau Zara ada rezeki nanti kita beli motor buat Ayah ya." kata Zara yang langsung diangguki Bahar.
Kini Bahar sudah di pindahkan di ruang rawat, untuk beberapa hari ke depan, Bahar memang harus di rawat dirumah sakit sebelum dokter mengijinkan rawat jalan dirumah.
Hari sudah magrib, Zara meminta izin ke mushola rumah sakit untuk menunaikan sholat magrib.
Selesai sholat, Zara mampir ke kantin rumah sakit untuk membeli makan malam untuk dirinya dan ibunya. Dan sesampainya diruangan sang Ayah, Zara terkejut melihat ada tamu yang datang menjenguk sang Ayah.
Tuan dan Nyonya Anggara.
"Wah calon mantu Mama habis dari mana?" tanya Ranti langsung memeluk Zara membuat Zara sedikit tak nyaman.
"Ha-habis sholat magrib tante." jawab Zara sopan.
"Pa, bener bener mantu idaman kan yang kayak gini." puji Ranti membuat Zara tersipu malu apalagi Tuan Anggara menatap nya penuh sayang dan tersenyum bangga.
"Jangan terlalu dipuji Nyonya, nanti jadinya malah sombong." kata Asih.
"Loh, sama calon besan kok masih manggil Nyonya sih. Mbak aja." kata Ranti sambil tersenyum membuat Asih ikut tersenyum.
Zara terlihat celinggukan mencari seseorang namun tak terlihat orang yang Ia cari. Hanya Tuan dan Nyonya Anggara saja yang datang tanpa dia.
"Masalah ini kamu nggak perlu khawatir lagi. nanti aku minta anak buahku buat usut dan cari pelakunya." kata Anggara pada Bahar yang masih terbaring lemah.
"Saya merasa tak enak, biarkan saja Tuan."
"Jangan sungkan, sebentar lagi kita ini berbesan. Masalahmu menjadi masalahku juga." kata Anggara dan Bahar hanya mengangguk pasrah.
"Tadinya aku datang untuk mempercepat masalah pernikahan anak kita. tapi melihat kondisimu yang seperti ini sepertinya tak akan bisa berjalan lebih cepat."
"Maafkan saya Tuan."
"Jangan memanggilku Tuan lagi dan jangan meminta maaf karena ini bukan kesalahanmu." kata Anggara membuat Bahar terdiam sejenak.
Kini diruangan itu semua orang sibuk membahas tentang kecelakaan sang Ayah. Zara yang merasa bosan akhirnya keluar dari ruangan sang Ayah.
Zara berjalan keluar dari rumah sakit dan melihat ada penjual martabak didepan rumah sakit. Segera Zara mendekati penjual martabak itu,
"Mas beli martabak manis satu sama martabak telur satu ya." pinta Zara.
"Siap neng."
Sambil menunggu pesanan, Zara membuka ponselnya. Ia mengirim pesan pada Imah sahabatnya untuk mengucapkan terimakasih karena dirinya tadi belum sempat mengucapkan terimakasih.
Setelah pesanan Zara siap, Zara membayar dan kembali ke ruangan sang Ayah.
Dan sebelum sampai di ruangan sang Ayah, Zara melihat Tuan Anggara sedang menelepon seseorang diluar dan nampak serius. karena penasaran Zara akhirnya menghentikan langkahnya dan mendengar dari balik dinding,
"Pokoknya segera usut kasus itu. cari tahu itu pencurian atau ada pelaku lain yang segaja mencelakai Bahar." kata Anggara yang samar samar di dengar Zara.
"Dia sudah melukai calon besanku itu sama saja dia mencari masalah denganku!" kata Anggara lagi membuat Zara merasa lega.
Benar kata sang Ayah, calon mertua nya memang orang baik. tidak memandang rendah keluarganya batin Zara.
Zara hendak berbalik karena merasa tak sopan sudah menguping namun saat membalikan badan terkejut ternyata ada seseorang dibelakangnya,
"Ck, dasar tukang nguping."
Wajah Zara langsung merah padam saat tahu siapa yang mengatakan itu padanya.
BERSAMBUNG...
Jangan lupa like vote dan komen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Nur Cahyani
pelakunya paling ya joni
2024-08-02
0
devymariani
udah pasti ini kerjaan ayah nya si panji, kok ga gentle amatt yaa apa² main kekerasan
2023-05-07
0
Putri Minwa
💪💪💪
2023-03-16
0