Setelah mengantar Zara, Sean kembali ke kamar hotelnya. Sebelum memasuki kamar, Sean sempat memasuki kamar orangtuanya yang berada disebelah kamarnya namun kamar kedua orangtuanya sudah kosong.
"Ck, kemana Mama sama Papa." gerutu Sean merogoh ponselnya disaku dan mendial nomor snag Mama.
"Mama udah dirumah sakit? trus Sean gimana?" tanya Sean saat Ranti sudah menjawab telepon Sean.
"Nganter Papa kemana?"
"Ck, iya iya aku kesana sekarang." kata Sean lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
"Ada masalah apa lagi sih." omel Sean berjalan kembali ke parkiran hotel.
Sean melajukan mobilnya menuju rumah sakit,
Sementara itu, Siang hari saat jam pulang, Zara buru buru membereskan pekerjaan nya agar bisa segera pulang dan menemani sang Ayah dirumah sakit mengantikan Asih ibunya.
Baru hendak keluar dari ruang guru, tiba tiba dirinya dipanggil oleh kepala sekolah.
"Zara mau buru buru pulang apa nggak?" tanya Ranto kepala sekolah ditempat Zara mengajar.
"Ada apa pak?"
"Kalau nggak buru buru, mau minta tolong."
"Minta tolong apa ya pak?" tanya Zara yang sungkan untuk menolak.
"Ini data yang harus di isi sama Pak Panji ketinggalan padahal besok harus dikumpulkan pagi sekali.
"Kamu kalau pulang kan nglewatin kampungnya Pak Panji, bisa minta tolong antarkan ini Zara?" pinta Pak Ranto membuat Zara bingung.
Sejujurnya Zara mau saja mengantar data itu, hanya saja Zara masih belum siap bertemu Panji apalagi kalau sampai bertemu dengan Ayah Mas Panji yang sombong itu. rasanya Zara ingin menolak namun Ia merasa tak mempunyai pilihan lain karena mau bagaimanapun Pak Ranto itu atasan ditempat nya bekerja jadi rasanya kurang baik jika Zara harus menolak.
"Bisa nak Zara?" tanya Ranto karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Zara.
"Bi-bisa pak, saya antarkan." kata Zara membuat Ranto tersenyum.
Ranto memberikan amplop berisi data yang di maksud, "Terimakasih banyak ya Nak Zara."
Zara mengangguk lalu pamit untuk pulang.
Zara menuju rumah Panji dengan berjalan kaki karena jarak sekolahan dan rumah Panji tidak terlalu jauh.
Zara berdiri ragu didepan gerbang rumah Panji, Ia sedikit takut apalagi kalau sampai bertemu dengan Ayah Panji.
"Apa aku kirim pesan saja ya?" batin Zara lalu mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan.
15 menit berlalu dan pesan tak kunjung di balas, karena tak nyaman berada didepan rumah orang akhirnya Zara memberanikan diri memasuki gerbang rumah Panji.
Saat masuk Zara sedikit terkejut dengan keberadaan mobil yang Ia kenali, namun Ia acuh begitu saja karena Ia pikir itu mobil sama dengan mobil orang yang Ia kenal.
Zara berjalan sampai depan pintu rumah Panji yang terbuka, baru ingin mengucapkan salam ,Zara sudah dikejutkan dengan suara orang marah marah dari dalam rumah membuat Zara menghentikan langkahnya dan memilih bersembunyi dibalik dinding.
"Semua bukti sudah ada, kau orang dibalik pembegalan itu jadi jangan mengelak lagi!" suara seseorang yang terdengar tak asing untuk Zara terdengar sangat keras membuat Zara bisa mendengarkan meskipun berada diluar.
"Bahar itu calon besanku, jika terjadi sesuatu dengan dia maka aku juga akan menindak tegas." kata suara itunlagi mrmbuat Zara terkejut luar biasa.
Jangan jangan yang ada didalam itu...
"Sekali lagi kau membuat masalah dengan Bahar, sama saja kau membuat masalah dengan-"
"Apakah menguping memang sudah menjadi kebiasaan mu?" tanya Seseorang dari belakang Zara membuat Zara terkejut sampai menjatuhkan amplop data yang sedari tadi ada di tangan nya. Ia tak lagi mendengar ucapan Tuan Anggara didalam.
Zara berbalik, lagi lagi dia ketahuan menguping lagi dan orang yang ada di belakang nya Sean lagi.
"Ak-aku tidak-"
"Ayo masuk mobil saja." ajak Sean yang langsung di angguki Zara.
Baru selangkah berjalan, suara Panji terdengar memanggilnya.
"Zara?" Panji terkejut melihat Zara ada didepan rumahnya padahal didalam rumah sedang gaduh.
Zara berhenti dan berbalik menatap Panji, rasanya ingin menangis saat ini juga didepan Panji saat mengetahui semuanya, mengetahui dalang dari sang Ayah kecelakaan adalah dari keluarga Panji.
Ia bahkan menatap Panji dengan tatapan benci.
Zara menyerahkan amplop yang memang harus Zara berikan pada Panji.
"Aku kesini cuma mau nganter ini. tadi disuruh sama pak Ranto." kata Zara lalu berbalik meninggalkan Panji dan memasuki mobil Sean dimana sudah ditunggu Sean di dalam.
Panji termenung menatap Zara dari luar mobil, Ia sempat melihat Zara menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Ia lihat Zara menangis. Dan pria disebelah Zara itu nampak memandangnya dengan pandangan kesal membuat Panji ingin memukul pria yang sudah merebut kekasih pujaan hatinya itu.
Didalam mobil, Sean menghela nafas panjang melihat Zara menangis sesenggukan disampingnya.
Ya lagipula siapa yang tak sakit jika mengetahui Ayah nya di celakai oleh keluarga dari mantan kekasihnya sendiri. Sean tahu jika pria yang baru saja di temui Zara adalah mantan kekasih Zara. Dan Sean tahu pula alasan keluarga Panji melakukan ini pada Ayah Zara.
Sejak kecelakaan yang terjadi pada Bahar, Anggara memang menyewa orang untuk menyelidiki kasus Bahar. Dan tak butuh waktu lama, orang yang disewa Anggara sudah bisa mengetahui dalang dari semua ini juga bukti dan alasan melakukan semua ini pada Bahar.
Cukup mengejutkan untuk Sean namun kesal juga dengan Panji yang sepertinya tahu jika orangtuanya melakukan hal seperti ini namun dia hanya diamn saja. Bukankah jika benar benar cinta seharusnya Panji merelakan dan melindungi? entahlah Sean juga tak mengenal pria seperti apa Panji itu.
Sean merogoh ponselnya, Ia mendial nomor seseorang.
"Aku sharelock kamu datang ya jemput Papa." kata Sean membuat Zara akhirnya menghentikan tangisnya.
"Ya, aku ada urusan lain. cepat datang kesini." kata Sean lalu mengakhiri panggilan telepon.
Sean menyalakan mobilnya,
"Mau kemana? bukan nya Papa kamu masih didalam." kata Zara terkejut Sean melajukan mobilnya.
"Aku udah telepon Paijo buat jemput Papa. kita pulang duluan saja." balas Sean.
"Tap-tapi nanti kalau-"
"Tenang saja, lebih baik kita segera pergi dari sini dari pada melihatmu menangisi pria itu."
"Aku tidak menangisi pria itu, hanya saja aku terkejut mengetahui kenyataan kalau Ayah mas Panji penyebab Ayahku mengalami kecelakaan itu." jelas Zara.
"Ya aku tahu,"
Mereka terdiam sebentar,
"Aku pikir kamu datang untuk menemui dia."
Zara menggelengkan kepalanya, "Aku datang karena di mintai tolong untuk mengantar data yang harus di isi mas panji."
"Dan sekarang aku malah menjadi tahu semuanya." kata Zara tersenyum miris.
"Menangis saja lagi jika masih ingin menangis." kata Sean.
Zara kembali menggeleng, "Aku hanya ingin Ayahku tak mengetahui semua ini."
Bersambung....
Jangan lupa like vote dan komenn....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
devymariani
Keputusan yg benar yaa zara dgn sudah memilih lepas dr panji ternyata klrg panji emang ga bener
2023-05-07
0
Lusia Tanti
penasaran apa ya alasan ayah Panji mencelakakan ayahnya
2022-05-15
1
Femilia Azmi
ottksas
2022-04-12
0