Zara menatap kesal ke arah Panji, bisa bisanya dia memikirkan urusan pribadi padahal di jam kerja seperti ini.
"Apa tidak bisa nanti setelah pulang saja?" ketus Zara.
"Maaf, rasanya sudah tak sabar untuk mengatakan padamu." balas Panji sambil menundukan kepalanya membuat Zara penasaran dengan apa yang ingin Panji katakan.
Zara menghela nafas, "Nanti saja ya kalau jam mengajar sudah berakhir." balas Zara yang langsung diangguki oleh Panji.
Zara berjalan ke mejanya, Ia segera duduk dan mulai mempersiapkan bahan mengajarnya pagi ini.
Dan siang setelah jam pulang, Panji sudah menunggu Zara didepan ruang guru. beruntung semua guru sudah pulang jadi kini tinggal dirinya dan Panji saja.
"Kita bicara dimana?" tanya Zara.
"Didepan sekolah ada kafe yang baru buka bagaimana jika disana?"
Zara menggelengkan kepalanya tak setuju, "Dilapangan basket saja."
Nampak sekali Panji terlihat kecewa namun akhirnya Panji setuju juga,
Keduanya berjalan sendiri sendiri menuju lapangan baske. Sesampainya disana, Zara duduk dan berjaga jarak dari Panji agar mereka tidak terlalu dekat.
Zara memilih di lapangan basket karena jika jam sekolah semua murid jarang ada yang datang kemari.
"Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Zara tak sabar dengan apa yang ingin Panji katakan padanya.
"Maaf..." kata Panji lirih membuat Zara menatap ke arah Panji yang lagi lagi hanya menunduk.
"Maaf atas apa yang sudah di lakukan Ayahku kepada keluargamu." kata Panji lagi membuat Zara menghela nafas panjang.
"Ya aku memang sudah tahu semuanya, aku tidak sengaja tahu saat kerumahmu.
"Awalnya aku kesal dan benci sekali tapi pada akhirnya aku mengerti apa yang Ayahmu lakukan itu karena salah ku juga." jelas Zara.
"Aku salah karena sudah menyakiti mu dan sangat wajar jika seorang Ayah membalaskan rasa sakit hati anaknya, hanya saja kenapa harus Ayahku? kenapa bukan aku saja." tambah Zara lagi.
"Aku hanya tahu Ayahku marah tapi aku tak menyangka Ayahku akan melakukan hal sejauh ini.
"Aku juga baru tahu kemarin saat orang orang itu datang dan mengancam Ayahku.
"Sekali lagi aku minta maaf Zara... meskipun sebenarnya aku masih belum bisa menerima semua keputusanmu dan aku kecewa padamu tapi sedikit pun aku tak ada niat ingin melakukan hal jahat padamu dan keluargamu." jelas Panji membuat Zara tersenyum mengerti jika Panji orang baik dan tak mungkin melakukan hal sejahat itu.
"Sudahlah kita lupakan saja. toh semua juga sudah berlalu." Balas Zara.
"Tapi aku masih merasa bersalah padamu." kata Panji yang kini sudah berani memandang wajah Zahra.
"Jika begitu, bisakah kita berteman lagi mulai sekarang? saling menyapa jika bertemu seperti dulu tanpa melibatkan perasaan lagi?" pinta Zara membuat Panji tersenyum, setuju dengan apa yang Zara ucapkan.
"Aku iri dengan pria yang nantinya akan menikah denganmu. dia beruntung sekali bisa mendapatkan wanita seperti kamu." puji Panji yang langsung membuat pipi Zara memerah malu.
"Aku juga masih punya banyak kekurangan, aku tidak sebaik yang kamu pikirkan." balas Zara.
"Ya setidaknya kamu lebih baik dari kebanyakan wanita." kata Panji lagi.
"Sudahlah, kita pulang saja. tidak enak lama lama hanya berdua seperti ini." Zara bangkit dari duduknya.
"Mau ku antar?" tawar Panji yang langsung di gelenggi oleh Zara.
"Ya mana mau kamu naik motor butut ku, sudah terbiasa naik mobil ya." kata Panji langsung pergi begitu saja meninggalkan Zara.
Panji tahu ucapan nya yang terakhir mungkin akan menyakiti Zara, Baru saja Ia meminta maaf malah sudah membuat Zara sakit hati lagi. Panji yang bodoh kini hanya bisa menyesali apa yang baru saja Ia ucapkan.
Panji menyetater motornya dan segera keluar dari gedung sekolahan. Seaampainya didepan Ia sempat melihat pria yang kemarin kerumahnya untuk melabrak sang Ayah, calon suami Zara.
Panji sempat membuka helm dan tersenyum sinis kepada Pria yang juga menatapnya dingin setelah itu Panji melajukan motornya.
Panji menyusuri jalanan yang sepi dengan pikiran kalut, Ia masih kepikiran dengan ucapan kejamnya pada Zara. Sungguh Panji tidak ingin berniat menyakiti Zara lagi. Panji memang sakit hati dengan Zara yang lebih memilih dijodohkan dengan pria lain dari pada dirinya namun Panji tidak pernah memiliki pikiran menyakiti Zara bahkan keluarganya seperti apa yang dilakukan sang Ayah. Semua yang dilakukan sang Ayah dirinya tidak tahu sama sekali bahkan baru tahu saat Ayahnya dilabrak oleh Ayah calon suami Zara bersama anak buahnya
Panji marah dengan Ayahnya saat itu karena sudah berlaku sekejam itu, namun mau semarah apapun Panji pada Ayahnya, Panji juga mengerti apa yang dilakukan Ayahnya karena tak ingin melihat Panji disakiti termasuk dengan Zara.
Panji juga sempat datang kerumah sakit, niatnya untuk menjenguk Ayah Zara sekaligus minta maaf atas apa yang Ayahnya lakukan karena mau bagaimana pun Panji dulu juga sering kerumah Zara dan mengenal orangtua Zara, namun belum sampai diruangan Ayah Zara sudah melihat ada pengawal yang menjaga membuat Panji mengurungkan niatnya dan memilih meminta maaf pada Zara saat disekolahan seperti yang tadi Ia lakukan.
Panji memarkirkan motornya didepan rumah, Ia memasuki rumah dan melihat sang Ayah duduk sendirian di ruang tamu.
"Panji, Ayah mau bicara." kata Joni membuat Panji menghentikan langkahnya dan duduk di sebelah sang Ayah.
"Ayah minta maaf, apa yang sudah Ayah lakukan memang salah." akui Joni
Setelah mengetahui kejadian itu, Panji memang tak pernah bertanya apapun padanya namun Panji mendiamkan Joni membuat Joni sadar jika putranya itu marah. Memang begitulah Panji saat marah hanya diam namun saat ditanya tidak dijawab.
"Waktu itu pikiran Ayah memang kotor karena Ayah juga sakit hati dan merasa direndahkan kamu ditolak oleh seorang wanita yang bukan siapa siapa, maafkan Ayah Panji. Ayah benar benar menyesal."
Panji nampak menghembuskan nafas kasar, "Ya sudahlah Yah mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.
"Maaf kalau Panji mendiamkan Ayah, Panji hanya merasa kecewa dengan apa yang Ayah lakukan. Panji memang sakit hati dengan Zara tapi Panji juga tak tega jika harus menyakiti Zara karena Panji mencintai Zara.
"Sekarang Panji hanya minta, Ayah jangan lakukan hal seperti ini lagi. Panji sayang sama Ayah dan Nggak mau Ayah sampai kenapa napa apalagi dipenjara." kata Panji.
Joni tersenyum lalu menepuk bahu putranya, "Beruntung Ayah punya kamu."
"Panji yang beruntung punya Ayah yang hebat seperti Ayah."
Keduanya pun sama sama tersenyum lega,
"Ayah ada rencana mau menjodohkan kamu sama anak temen Ayah kalau mau."
Seketika wajah Panji berubah masam.
BERSAMBUNG...
Jangan lupa like vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Lovesekebon
Ternyata Panji orang baik ya thor🥰
2022-01-01
0
༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜
terima aja Panji,ini yg terbaik untukmu & Zara agar kalian berdua sm² move on & berusaha mencintai pasangan kalian masing²...
2021-12-27
1
Anonymous_cinta
kirain masih ada stok kelanjutan episodenya, ternyata bersambung, penasaran berat thor...
2021-12-11
3