Yanti berdiri lalu menyambut suaminya dengan senyuman yang dibalas Abimanyu usapan lembut di kepala wanita itu. Dara melihat interaksi keduanya lalu mengalihkan wajahnya ke arah kolam renang.
"Mas Abi, kenalkan ini sahabatku sejak SMA hingga sekarang" Yanti lalu menarik Dara mendekati suaminya.
Abimanyu mengulurkan tangannya ke arah Dara yang berdiri dihadapannya dan Dara menyambutnya.
Jabatan tangan yang tegas dan kuat.
"Abimanyu Giandra"
"Adara Utari"
Abimanyu melepaskan jabatan tangannya. Wajahnya tampannya tampak dingin dan kaku.
"Bagaimana perjalanannya tadi?" tanyanya basa basi sambil berjalan menuju dalam rumah. Yanti bergegas menjajarkan dengan suaminya dan Dara berjalan di belakang pasangan itu.
"Alhamdulillah lancar. Terimakasih sudah meminta pak Sigit menjemput saya".
Abimanyu menghentikan langkahnya.
"Tidak usah terlalu formal disini" ucapnya dingin sambil menoleh ke arah Dara yang terkesiap.
Yanti menepuk pelan lengan suaminya seperti mengingatkan agar merubah nada bicaranya.
"Baiklah mas" jawab Dara dengan kaku.
"Mas, tadi Dara bawa oleh-oleh buat aku banyak lho" suara Yanti mencairkan suasana dingin.
"Kamu senang?" tanya Abi sambil melepaskan jas nya dibantu Yanti.
"Senang lah mas. Sudah lama aku nggak beli jajanan Solo". jawab Yanti sambil melipat jas Abi.
Dara hanya diam saja melihat interaksi kedua pasangan itu. Bahasa tubuh mereka tidak menunjukkan sebagai sepasang suami istri yang saling mencintai namun rasa menghormati satu sama lain itu ada. Walaupun Abi kaku dan dingin, dia selalu menatap Yanti intens dan memperhatikan semua ceritanya.
"Kok tumben mas Abi sudah pulang jam segini?" Yanti melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore.
"Kan ada tamu di rumah, wajar lah kalau aku pulang lebih cepat untuk menyambut tamumu, Yan".
Kini ketiganya sudah berada di ruang tengah yang sangat luas. Dara mendudukkan tubuhnya di sofa tunggal yang sangat empuk, sedangkan Abi duduk berdua dengan Yanti di sofa panjang.
"Mirna, tolong itu oleh-oleh dari Bu Dara disimpan di dapur ya." pinta Yanti kepada pelayanannya yang membawakan satu teko teh beserta tiga cangkir. "Makanannya taruh di dalam toples lalu bawa kemari."
"Baik nyonya" Mirna pun mengundurkan diri.
"So, Dara. It's okay kan kalau saya manggil nama?" Abi membuka pembicaraan.
"Gak papa mas, panggil nama aja seperti Yanti manggil saya." jawab Dara.
"Gimana menurut Dara dengan rumah ini?"
Dara melongo. Maksudnya apa ya.
"Yanti cerita kalau Dara suka keindahan. Jadi saya bertanya ma anda, apakah masih ada kekurangan di rumah saya? Apa yang kurang indah?" tanya Abi lagi.
Dara menatap Yanti dengan tatapan bertanya. Apakah ini sebuah test? Atau pria ini narsisnya over load? Namun wajah Yanti menunjukkan agar Dara menjawab saja.
"Ehem" Dara berdehem. Berhadapan dengan sultan narsis harus dengan sabar. "Aku tidak ingin mengecewakan perasaan orang, lagipula selera orang kan sendiri-sendiri Mas Abi."
"Tapi kan ada kesamaan khas yang lebih umum sifatnya. So, generally how do you think about this house?" tanya Abi lagi.
Duh si Sultan lagi-lagi ingin tahu pendapatku mengenai istana emasnya ini. Oke Dara, jangan terlalu menuruti egomu.
"Generally, this house is almost perfect. Semua lengkap, semua indah, semua tertata rapi dan chick. Almost excellent." jawabku.
Abi menatapku dengan senyum bangga tapi Dara hanya menatap datar. Bukan maksud Dara seperti itu, membuat sultan satu ini jadi tambah narsis.
"Semua serba oke mas. Kalau dilihat semuanya seperti ini berarti mas Abi juga punya jiwa seni yang tinggi, tetapi kalau mas Abi meminta pada jasa arsitek atau desain interior, berarti mas Abi meminta bantuan pada orang yang tepat di bidang nya, yang bisa mengimplementasikan apa keinginan mas Abi." lanjut Dara.
"Hhhmmm tetapi kenapa aku merasa ... " Abi menjungkitkan alis matanya yang tebal dan menatap Dara tajam. "Katakan saja Dara, apa yang ingin kau katakan, tidak usah sungkan."
"Tapi aku baru saja datang beberapa jam yang lalu, takutnya kesan pertama bisa jadi keliru. Jadi kapan-kapan saja aku katakan mas. Nggak enak." elak Dara.
"Dasar orang Jawa, serba tidak enak" senyum mahal Abi keluar walaupun kesan yang ditangkap Dara seperti mengejek.
"Itu namanya tahu diri Mas, harus bisa memilah kapan waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu." sahut Dara.
"Eh, ayuk diminum teh nya walau mungkin tidak se wasgitel kayak di Solo, soalnya mas Abi ga bisa minum teh seperti itu. Mas Abi suka yang light" potong Yanti untuk menyelesaikan perdebatan antara suami dan sahabatnya.
Ketiganya kemudian menikmati teh dan camilan yang dibawa oleh Dara sebagai oleh-oleh. Usai menikmati teh sore, Abi dan Yanti pamit ke Dara untuk membersihkan diri, begitu juga Dara yang sudah merasa gerah ingin menikmati air dingin.
Mirna mengantarkan Dara ke kamar tamu yang berada di lantai satu dan sekali lagi Dara terkesima melihat betapa besarnya kamarnya yang hampir seperempat rumahnya di solo.
Lagi-lagi nuansa broken white mendominasi warna kamarnya. Sepertinya Abi sangat suka warna ini.
Dara membuka kopernya lalu mulai menata baju-bajunya di walk in closet yang ukurannya tiga kali lemari dua pintu milik Dara di Solo.
Usai menata, Dara merasa geli sendiri, bagaimana tidak baju-baju yang dibawanya hanya memakai satu ruang kecil saja.
Harusnya satu lemari kamu bawa Ra, biar nggak kelihatan kosong begini!
Dara memutuskan untuk segera mandi dan lagi-lagi tercengang melihat kamar mandinya yang bernuansa putih. Sangat cantik, elegan bahkan Dara merasa dirinya tidak perlu membawa sabun, shampoo dan handuk karena semua sudah dipersiapkan.
Dara mengecek peralatan mandi yang ada disana dan dia akui harumnya berbeda dengan sabun mandi pasaran yang biasa dia pakai.
"Sekali-kali jadi sultan yuk Ra" cengirnya di depan kaca dan Dara benar-benar menikmati ritual mandinya.
Usai mandi dengan bau harum yang menyeruak, Dara melaksanakan ibadah sholat asar walaupun agak mepet. Untung ibunya tidak melihat dia sholat mepet waktu, bisa kena jewer dia. Sembari menunggu waktu Maghrib, masih mengenakan mukena, Dara menikmati tour di kamarnya. Diam-diam dia memotret desain interior kamar itu dan suatu saat dia bisa memiliki rumah bersama suaminya kelak akan dia desain seperti ini walau perabotnya tidak semahal yang disini tetapi style nya yang dia ambil.
Suara adzan di ponselnya menunjukkan waktu untuk sholat Maghrib dan Dara bersiap-siap untuk melaksanakan ibadah sholat. Sebelumnya Mirna tadi mengatakan jam makan malam dimulai pukul tujuh tepat.
***
Adara Utari Haryono
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
RossyNara
adara itu manis iya, cantik pasti sempurna.
2024-05-12
1
Itha Fitra
emang visual ny lebih cocok adara yg jd istri sultan,ktimbang yanti..
2024-02-23
1
Brayen
bagus thor
2024-01-23
1