Antasena Harsaya

Dara berjalan menuju ruang makan mengenakan gaun berwarna merah bata model Sabrina dan sandal rumah bulu yang memang dibawanya dari solo. Sesampainya di ruang makan, ternyata dia masih sendiri, Abi dan Yanti belum tampak disana. Gadis cantik itu lalu mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi makan yang sudah terdapat piring di hadapannya, sedangkan sebrangnya terdapat dua buah piring dan di ujung meja ada sebuah piring. Sembari menunggu tuan rumah, Dara mengedarkan pandangannya menikmati interior ruang makan yang indah ini.

Semuanya serba nuansa putih hitam dengan lampu Chandelier diatasnya. Kursinya pun berwarna dasar putih dengan kaki-kakinya berwarna hitam. Terdapat rangkaian bunga anggrek putih diatas meja yang membuat meja makan itu semakin cantik. Di pojok kiri terdapat lemari yang menyimpan berbagai koleksi wine dan Champagne.

Dara kemudian menyimpan semua desain ini di memori otaknya. Secara pribadi, Dara sangat suka bidang desain interior namun dia lebih memilih jurusan psikologi karena passionnya menjadi seorang pendidik. Sewaktu SMA, guru bimbingan konselingnya sangat dekat dengan para murid-muridnya termasuk Dara.

Bu Fatimah adalah guru bimbingan konseling yang sangat disayang dan disegani semua muridnya, tidak pernah marah namun tegas. Sangat perhatian kepada murid-muridnya terutama yang memiliki masalah internal di rumahnya. Bahkan tidak sedikit anak-anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya, menjadi lebih baik dengan bimbingan Bu Fatimah. Dara pun menjadi tertarik dengan bidang psikologi, apalagi Bu Fatimah adalah psikolog lulusan UGM yang lebih suka menjadi guru bimbingan konseling dibanding membuka praktek sendiri.

"Nona Dara" suara wanita mengejutkan Dara.

"Ah, iya?" Dara menolehkan wajahnya ke arah wanita itu.

"Saya bik Tarsih, kepala pelayan disini. Nona mau minum apa? Teh, kopi atau juice?" tanya Bik Tarsih.

"Ah saya air putih saja sudah cukup kok" jawab Dara tersenyum.

"Dara ditambahkan teh wasgitel yang sudah saya racik bik" Yanti tampak datang ke ruang makan bersama dengan Abi.

"Baik nyonya. Permisi" Bik Tarsih pun menuju dapur untuk segera menyiapkan makan malam.

"Sudah menunggu Ra?" tanya Yanti sembari duduk di sebelah Abi yang berada di ujung meja menunjukkan dia sebagai kepala keluarga.

"Ah baru lima menit sambil menikmati ruang makan yang indah ini." jawab Dara.

Percakapan mereka terhenti ketika para pelayan membawakan berbagai macam masakan untuk makan malam. Menu malam ini adalah western yang terbagi menjadi appetizer berupa chicken salad, main course beef mignon Dan dessert nya puding coklat denga Fla vanilla yang lezat. Aturan di meja makan Abi, tidak ada yang berbicara selama acara makan.

Dara sendiri sangat menikmati makan malam yang sangat lezat dan mewah ini namun dia rindu acara makan malam yang non formal seperti ini. Dulu ketika kakak lelakinya masih di rumah, meja makan adalah tempat semua anggota keluarga bercerita apa saja kegiatan mereka hari ini. Tidak ada aturan baku hanya sang ibu akan menghardik jika makan sambil mengeluarkan bunyi "cap cap cap". Sang ibu akan mengomel "Kalian itu anak ibu bukan anak kambing! Bisa nggak makan tanpa suara kayak gitu!".

Tanpa sadar Dara tersenyum mengingat ibunya mengomel walau pada akhirnya didikan ibunya di meja makan membuat dia paham arti tabble manner. Memang ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa namun tentang manner dan etika, beliau selalu menerapkannya. Di rumah bahkan ibunya selalu membaca buku tentang etika dan personaliti. Tak heran ibunya mampu menempatkan dirinya dimana pun beliau berada baik dengan orang kaya maupun biasa.

"Apa ada yang lucu Dara?" suara bariton Abi mengejutkan Dara.

Dara memaki dirinya yang lagi-lagi melamun.

"Ah tidak" elak Dara. Yanti menatap Dara dengan tatapan bertanya.

"Maaf, saya teringat ibu saya". akhirnya Dara.

"Oh." Abi lalu melanjutkan makannya diikuti oleh Yanti.

Bodoh kau Dara! Sini bukan rumahmu di Solo yang bisa ngobrol bebas di meja makan! maki Dara dalam hati.

Acara makan malam pun berakhir dan ketiganya masih berada di meja makan menikmati teh wasgitel dan kopi untuk Abi.

"Maaf, tadi saya merusak acara makan malam" cicit Dara tidak enak.

"Nggak apa Ra." suara lembut Yanti menenangkan Dara.

"Memang ada apa dengan ibumu?" tanya Abi dengan nada datar.

Dara tersenyum kecil. "Memang masing-masing keluarga memiliki aturan tersendiri pada saat makan di meja makan. Saya tadi teringat pada saat masih ada kakak saya di rumah Solo, kami selalu bercerita tentang apa yang terjadi pada hari itu lalu kami saling berdiskusi jika ada kesulitan baik di sekolah maupun pekerjaan ayah. Bahkan pada saat saya kecil, saya dan mas Andra selalu bertengkar berebut ayam goreng bagian tepong eh paha apalagi kalau tinggal satu karena yang satu sudah dimakan ayah" kekehnya. Yanti pun tertawa teringat ibu Dara yang suka bercerita bagaimana Dara dan kakaknya.

"Akhirnya ibu ngalahin, membeli ayam yang semuanya tepong supaya saya dan mas Andra tidak berantem. Eh tapi ayah merusak suasana karena bagian dada tidak ibu beli jadinya ayah suka ngambek. Akibatnya ibu mutung dan tidak ada lauk ayam selama seminggu, kami hanya diberi lauk tahu tempe dan sayur" Tawa Yanti semakin keras.

"Tante Har juga cerita itu Ra" sahut Yanti di sela-sela tawanya.

Abi tampak tersenyum mendengar cerita Dara.

"Kata ibu, selama kami makan hanya pakai tahu tempe, hawa di rumah tampak suram karena kami semua sedih tidak ada ayam goreng di meja makan."

"Tante Har juga cerita setelah seminggu kalian disidang hanya gara-gara ayam dan dibuat mufakat ya Ra?"

"Hu um. Ibu bilang tidak boleh ada yang protes soal bagian ayam yang ada di meja makan. Bersyukur masih bisa makan ayam goreng karena tidak semua orang mampu makan ayam setiap hari." ucap Dara.

Abi menatap Dara intens.

"Apa pekerjaan ayahmu?" tanya Abi.

"Ayah dulu seorang PNS yang Alhamdulillah memiliki jabatan tapi sekarang sudah pensiun. Meski begitu, kami tetap hidup sederhana bahkan mas Andra kerja sambilan sejak SMA untuk menabung biaya kuliah karena dia tahu hendak menjadi dokter, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Kami sangat bahagia ketika tahu mas Andra mendapatkan beasiswa di fakultas kedokteran UGM jadi ayah dan ibu tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya walaupun keduanya tidak Eman demi pendidikan kami." papar Dara.

"Ibu hanya ibu rumahtangga biasa namun ibu adalah ibu yang sangat mencintai ayah dan kami anak-anaknya. Walau ayah memiliki jabatan namun ibu tetap menerapkan kami hidup sederhana karena menurut ibu, jabatan hanyalah sementara, suatu saat bisa diambil lagi. Kalau kami terbiasa hidup enak lalu tiba-tiba mengalami penurunan status, kami bisa kaget." Dara terdiam.

"Eh maaf mas Abi, saya banyak bicara"

Abi hanya menatap Dara dengan tatapan tidak bisa dibaca. Yanti pun tidak berani membuka suara melihat suaminya seperti itu.

Ada apa dengan mas Abi?

"Ehem, maaf jika ucapan saya ada yang menyinggung mas Abi. Maaf ya Yanti" Dara menangkupkan kedua tangannya tanda minta maaf.

"Tidak apa-apa Dara" akhirnya suara bariton Abi keluar setelah sekian menit terdiam.

Dara hanya mengangguk namun dia menatap Yanti dengan tatapan bingung. Yanti pun menggelengkan kepalanya pelan.

"Apakah menyenangkan mengobrol di meja makan sambil makan?" tanya Abi ke Dara yang sukses membuat gadis itu melongo.

"Eh, menurutku sih seru mas." jawab Dara kikuk. "Seperti yang aku bilang tadi, masing-masing punya aturan tersendiri saat makan."

"Aku tidak pernah diajarkan untuk berbicara di meja makan karena makan sambil berbicara bisa membuat tersedak!" ucap Abi dingin seperti menyindir Dara.

Ketika Dara hendak menyanggah, sebuah suara maskulin bergema di ruang makan.

"Halo semua! Aku pulang!" serunya.

Dara pun menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pria tampan bertubuh tinggi, badan atletis dan energik. Matanya berkilat-kilat jenaka. Pria itu mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga ke siku, dipadu rompi hitam, dasi hitam dan celana kotak-kotak hijau biru.

"Lho ada tamu rupanya? Halo, aku Antasena Harsaya . Biasa dipanggil Anta atau Sena tapi jangan Saya nanti ambigu" pria tampan itu mengulurkan tangannya ke arah Dara yang disambut Dara dengan ramah.

"Adara Utari".

"Namamu bagus sekali Rara" ucap Antasena sambil tersenyum lebar.

"Hah? Rara?" mata indah Dara membulat yang dijawab anggukan Antasena dengan wajah jenaka.

Yanti tersenyum melihat interaksi sepupu suaminya dengan Dara namun senyum itu menghilang ketika melihat wajah suaminya. Rahang tegas suaminya menegang seperti menahan amarah melihat Dara dan Antasena.

Apa yang terjadi dengan mas Abi? Kok wajahnya seperti pria yang... cemburu?!

Antasena Harsaya

Terpopuler

Comments

Itha Fitra

Itha Fitra

ini lah bahaya,klu mmbawa minep tmn wanita n mngenal kn pd suami.aplg tmn ny humor n cerewet,jd mmbuat paksu trpesona kan..kan..kan..😃

2024-02-23

1

Sandisalbiah

Sandisalbiah

lah.. baru ketemu juga kan sama Dara, baru hitungan jam, ya kali udah cemburu Aby..?

2024-01-15

1

Maria Ulfa

Maria Ulfa

waduh apa Abi suka sama dara ya ,maaf aku baca nyatelat

2023-10-07

1

lihat semua
Episodes
1 Adara Utari
2 Istana Emas
3 Abimanyu Giandra
4 Antasena Harsaya
5 Dara dan Sena
6 Sahabat yang Ikhlas Diporotin
7 Hari kedua di Rumah Yanti
8 Melanggar Pantangan
9 Akhirnya
10 Grand Piano
11 Back To Solo
12 Edo Khasafa
13 Damayanti dan Tara
14 Ruang Emosi
15 Kecelakaan
16 Pamit
17 Surat Wasiat
18 Abi ke Rumah
19 Pembacaan Surat Wasiat
20 Surat di Amplop Putih
21 Ingin Konsultasi
22 Penjelasan Agam
23 Pembicaraan Serius
24 Menerimamu
25 Tiga Pria Patah Hati
26 Dua Pria yang Terluka
27 Belajar Menjadi Dewasa
28 Wedding Day
29 Andra Prasetya Haryono
30 Pengantin Baru
31 Menyentuhmu
32 Malam Pertama Di Rumah Abi
33 Dara Membawa Kebda
34 Ijin Abi
35 Which One is You, Mas?
36 Kedua Kalinya
37 First Day Working
38 Kamu Kenapa?
39 Dara Sakit
40 Memelukmu
41 Ambyarnya Kemesraan
42 Otw Bucin
43 Cumbokur?
44 Bagaimana Ini?
45 I Want You
46 Kamu Tuh Ternyata...
47 Lunch Berenam
48 Abi's Past
49 Bilang Dong Mas!
50 Dua Pria Bahagia
51 Tolak Saja
52 Bayi Gedhe
53 Family Quality Time
54 Say Goodbye
55 Kamu Nangis?
56 Ngidam ala Dara
57 You're So Beautiful
58 Melting
59 Help!
60 Meet the Psycho
61 Are you sure?
62 What The Fluff?
63 The Savage Dara
64 And I'm Coming Home Now
65 Mental Health Disorder
66 Duncan oh Duncan
67 Baby Boy is on the Way
68 Daniswara Ghani Giandra
69 Danis bukan Dennis the Menace!
70 Pengumuman
71 Klaim ala The Blair
72 Rhea bukan Lea, G!
73 My Two Angels
74 Detektif Cengeng
75 Early Marriage Propose
76 Pengumuman
77 Pilih Menantu
78 Saingan Jodoh
79 Ghani and Rhea's Day
80 Gozali Ramadhan
81 Next of Kin
82 Ibu Macam Apa Kau?
83 Jijay Gue !
84 Awal Ketemu Rival Jodoh
85 We're Rival Now!
86 Modus Duncan Blair
87 Hari Yang Damai...
88 Side Story of Vivienne
89 Kelas Akselerasi
90 Saingan Melulu!
91 Pengumuman
92 Tiger Mom
93 Rhea Sayang Bang Duncan Karena...
94 Janji Jari Kelingking Virtual
95 Emang Udah Jodoh Kok!
96 Duncan Di Jakarta
97 Real
98 Menjadi Anak Tunggal
99 Camer dan Camen
100 I Will
101 Happy and Hurt
102 Gozilla dan Hermès
103 Kepercayaan itu Muahal!
104 Hello Rival!
105 Accident - Finale
106 Polling Cover
107 Pengumuman
108 Pengumuman
109 Promo Upcoming Novel
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Adara Utari
2
Istana Emas
3
Abimanyu Giandra
4
Antasena Harsaya
5
Dara dan Sena
6
Sahabat yang Ikhlas Diporotin
7
Hari kedua di Rumah Yanti
8
Melanggar Pantangan
9
Akhirnya
10
Grand Piano
11
Back To Solo
12
Edo Khasafa
13
Damayanti dan Tara
14
Ruang Emosi
15
Kecelakaan
16
Pamit
17
Surat Wasiat
18
Abi ke Rumah
19
Pembacaan Surat Wasiat
20
Surat di Amplop Putih
21
Ingin Konsultasi
22
Penjelasan Agam
23
Pembicaraan Serius
24
Menerimamu
25
Tiga Pria Patah Hati
26
Dua Pria yang Terluka
27
Belajar Menjadi Dewasa
28
Wedding Day
29
Andra Prasetya Haryono
30
Pengantin Baru
31
Menyentuhmu
32
Malam Pertama Di Rumah Abi
33
Dara Membawa Kebda
34
Ijin Abi
35
Which One is You, Mas?
36
Kedua Kalinya
37
First Day Working
38
Kamu Kenapa?
39
Dara Sakit
40
Memelukmu
41
Ambyarnya Kemesraan
42
Otw Bucin
43
Cumbokur?
44
Bagaimana Ini?
45
I Want You
46
Kamu Tuh Ternyata...
47
Lunch Berenam
48
Abi's Past
49
Bilang Dong Mas!
50
Dua Pria Bahagia
51
Tolak Saja
52
Bayi Gedhe
53
Family Quality Time
54
Say Goodbye
55
Kamu Nangis?
56
Ngidam ala Dara
57
You're So Beautiful
58
Melting
59
Help!
60
Meet the Psycho
61
Are you sure?
62
What The Fluff?
63
The Savage Dara
64
And I'm Coming Home Now
65
Mental Health Disorder
66
Duncan oh Duncan
67
Baby Boy is on the Way
68
Daniswara Ghani Giandra
69
Danis bukan Dennis the Menace!
70
Pengumuman
71
Klaim ala The Blair
72
Rhea bukan Lea, G!
73
My Two Angels
74
Detektif Cengeng
75
Early Marriage Propose
76
Pengumuman
77
Pilih Menantu
78
Saingan Jodoh
79
Ghani and Rhea's Day
80
Gozali Ramadhan
81
Next of Kin
82
Ibu Macam Apa Kau?
83
Jijay Gue !
84
Awal Ketemu Rival Jodoh
85
We're Rival Now!
86
Modus Duncan Blair
87
Hari Yang Damai...
88
Side Story of Vivienne
89
Kelas Akselerasi
90
Saingan Melulu!
91
Pengumuman
92
Tiger Mom
93
Rhea Sayang Bang Duncan Karena...
94
Janji Jari Kelingking Virtual
95
Emang Udah Jodoh Kok!
96
Duncan Di Jakarta
97
Real
98
Menjadi Anak Tunggal
99
Camer dan Camen
100
I Will
101
Happy and Hurt
102
Gozilla dan Hermès
103
Kepercayaan itu Muahal!
104
Hello Rival!
105
Accident - Finale
106
Polling Cover
107
Pengumuman
108
Pengumuman
109
Promo Upcoming Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!