Abi menatap Antasena dengan tatapan tajam ketika mendengar sepupunya memanggil Dara dengan nama baru. Dan perubahan wajah Abi tidak lepas dari pandangan Yanti. Ada perasaan tidak nyaman namun Yanti menepisnya.
"Kamu baru pulang Anta?" tanya Abi dingin.
"Iya mas. Tadi habis ketemu klien dan aku juga sudah makan malam disana" jawab Antasena riang mengabaikan tatapan tajam Abi.
"Kita pindah ke ruang tengah yuk" ajak Yanti lembut.
Abi menoleh ke arah istrinya dengan wajah datar namun dia berdiri dan menggandeng Yanti dengan gerakan kaku menuju ruang tengah.
Dara pun ikut berdiri dan Antasena bergaya bagaikan seorang seorang butler dengan tangan kiri diletakkan di perut dan tangan kanannya mempersilahkan Dara berjalan mendahuluinya. s
"Silahkan nona Rara" ucap Antasena seraya membungkukkan badannya.
Dara tertawa melihat gaya Antasena yang jenaka lalu berjalan ke ruang tengah diikuti pria tampan itu.
Disana tampak Abi dan Yanti sudah duduk berdampingan di sofa panjang, Dara dan Antasena memilih duduk di sofa tunggal yang bersebelahan.
"Anta, gimana hasil pertemuan dengan klien tadi?" tanya Abi datar.
Antasena mengusap tengkuknya. "Alot mas. Mereka maunya fee 10% tapi setelah aku hitung tidak masuk. Mepet itu 7,5%. Aku dan Kris sudah menghitung tadi di kantor sebelum ketemu klien itu."
"Mana ipadmu?"
"Ada di tas. Sebentar aku ambil" Antasena berdiri dan berjalan menuju meja Konsul dekat pintu dimana tas kerjanya masih disana.
"Yan, ajak Dara ke halaman belakang, aku mau urus kerjaan dengan Anta." ucap Abi kepada Yanti.
"Baik mas. Yuk Ra" ajak Yanti sambil berdiri.
"Permisi mas Abi, mas Anta" pamit Dara kepada Antasena yang sudah datang sambil membawa iPad nya.
"Panggil Sena saja Rara" sahut Antasena sambil tersenyum.
"Baiklah. Permisi." Dara kemudian mengikuti Yanti yang menunggunya.
***
Di halaman belakang, Dara dan Yanti menikmati malam yang cerah. Rasanya berada di tempat yang berbeda, bukan di Jakarta yang terkenal hiruk pikuk nya.
"Yan" panggil Dara.
"Hem?" sahut Yanti sambil mencomot brownies yang sudah disiapkan oleh pelayannya.
"Antasena itu siapa?"
"Dek Antasena itu adik sepupu mas Abi. Ibunya dek Anta itu adiknya ibu mas Abi" jawab Yanti.
"Kedua mas Abi masih Sugeng ( ada ) kan?"
Yanti menatap Dara. "Sudah pada sedha ( meninggal - Jawa halus )."
"Innalilahi" ucap Dara tulus.
"Ibu mas Abi meninggal pada saat mas Abi masih SD, sedangkan bapak meninggal pada saat mas Abi SMA dna baru merintis usahanya."
Dara mengangguk.
"Maap kalau aku kepo. Mas Abi usia berapa sih Yan? Kalau Sena kayaknya seumuran kita ya?"
"Mas Abi tahun ini masuk usia 32 tahun, kalau dek Antasena itu usianya 28 tahun." jawab Yanti.
"Maap ya Yan, tadi membuat suasana makan malam jadi tidak sesuai aturan" sesal Dara.
"Tidak apa Ra, kan kamu nggak tahu jadi wajar lah." hibur Yanti sambil menepuk punggung tangan kanan Dara.
"Thanks Yan. Oh ya tadi makan malamnya lezat sekali. Aku mau minta resep Fla vanila nya boleh? Rasanya pas sekali." Dara senang bereksperimen di dapur kalau ada waktu lenggang.
"Kamu bisa minta bik Tarsih resepnya. Itu hasil karyanya. Masih bereksperimen di dapur Ra?"
"Masih, apalagi bapak kan sudah pensiun dan hobinya suka cari camilan di kulkas." kekeh Dara. "Jadi ibu dan aku sering mencoba resep camilan supaya bapak nggak ribut".
"Oom Har kesibukannya apa sekarang Ra?"
"Bapak sekarang hobi tanaman hias. Bahkan kemarin berhasil menjual beberapa koleksinya dengan harga lumayan tapi ibu pun minta bagian."
"Lho Tante Har minta juga?"
"Kata ibu begini 'Air kan juga bayar pak jadi kasih kontribusi tambahan buat bayar air siram-siram tanaman bapak. Jangan cuma mau untungnya saja'." Dara menirukan gaya ibunya yang disambut tawa Yanti.
"Kamu persis banget ma Tante Har gayanya" gelaknya.
"Lha meh piye, wong aku anake jadi ya hapal gayanya ibuku lah" kekeh Dara.
Tanpa mereka sadari, kedua pria tampan itu menatap Dara yang bergaya seperti ibunya. Keduanya tampak mengulum senyum geli tanpa saling menyadari satu sama lainnya sama-sama melihat wanita yang sama.
"Yanti" suara Abi membuat kedua wanita itu menoleh. "Ayo, istirahat. Kalian bisa ngobrol lagi besok".
"Baik mas. Aku ke kamar dulu ya Ra" pamit Yanti.
"Oke. Aku akan ke kamar sepuluh menit lagi" jawab Dara. "Selamat malam Yanti, selamat malam mas Abi."
Abi hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Dara dan Antasena, sedangkan Yanti mengikuti Abi.
Dara kemudian duduk kembali di sofa sambil menikmati teh nya. Antasena pun menghampiri Dara dan duduk di sebelahnya.
"Boleh kah aku duduk disini Ra?" tanya Antasena.
"Lha udah duduk baru minta ijin?" Dara melirik Antasena geli.
"Hahahaha. Iya ya" Antasena tertawa kikuk.
"Mas Antasena..."
"Sena" potong Antasena.
"Mas Sena." ralat Dara. "Mas Sena adik sepupu mas Abi?"
"Mbak Yanti yang cerita?" Dara mengangguk. "Iya aku adik sepupu mas Abi. Kalau kamu dengan mbak Yanti?"
"Kami sahabat dari SMA".
"Wah pantas tadi kalian asyik ngobrol seperti sudah lama tidak bertemu." komentar Antasena.
"Kami sudah dua tahun tidak bertemu live. Hanya bermodalkan sosial media saja".
"Pekerjaan mu apa Ra?" tanya Antasena.
"Aku guru bimbingan konseling di sebuah SMA swasta di Solo." jawab Dara.
"Cerita dong suka dukanya jadi guru BK. Soalnya aku dulu juga bandel, sering dipanggil guru BK" cengir Antasena.
Dara menatap Antasena tidak percaya.
"Serius Ra, aku tuh nuakal banget dulu. Makanya aku ingin tahu gimana rasanya guru BK kalau menghadapi murid bandel kayak aku."
Dara tertawa lalu dia menceritakan kenapa dia lebih memilih menjadi guru bimbingan konseling. Banyak hal yang dia ceritakan tentang pekerjaannya dan Antasena lebih banyak mendengarkan dengan sesekali menimpali cerita Dara. Terkadang terdengar suara tertawa keduanya ketika Dara menceritakan muridnya yang lucu.
Tak terasa hampir dua jam keduanya mengobrol di halaman belakang rumah mewah itu. Dara mulai merasakan hawa dingin dan rasa kantuk pun menghampiri. Tanpa sengaja dia menguap.
"Wah ternyata sudah jam sebelas malam Ra. Waktunya kita istirahat" Antasena melirik jam tangan hitam mahalnya.
"Maaf tadi sempat menguap" bisik Dara.
"Tak apa Rara. Yuk kita kembali ke kamar masing-masing." Antasena berdiri yang diikuti Dara.
Seorang pelayan pria mendekati keduanya.
"Tuan Anta, nona Dara sudah mau istirahat?" tanya pria berumur itu.
"Iya pak Hasan. Tolong ya yang di meja dibereskan. Maaf kami agak larut ngobrolnya" jawab Antasena.
"Baik tuan Anta." pelayan yang bernama Hasan lalu membereskan meja.
Antasena dan Dara berjalan menuju kamar masing-masing dimana kamar Dara hanya berada di seberang kamar Antasena di lantai satu.
"Selamat malam Rara. Mimpi indah ya" pamit Antasena sebelum masuk ke kamarnya.
"Selamat malam." Dara pun masuk ke dalam kamarnya lalu menutupnya. Di dalam kamar, Dara memulai ritual membersihkan diri dan mengganti gaunnya ke daster batik panjang tanpa lengan.
Ketika ia meletakkan tubuhnya yang letih di atas kasur, tiba-tiba dia teringat belum mengambil segelas air putih. Sudah menjadi kebiasaannya membawa air putih di kamar.
Perlahan Dara membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju dapur. Semua pelayan sudah di kamar masing-masing beristirahat dan Dara tidak mau merepotkan mereka hanya permintaan seperti ini.
Dara mengambil gelas lalu mengisi airnya dari dispenser dan membawanya kembali ke kamarnya tanpa menyadari sepasang mata melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Orang itu memperhatikan Dara sampai menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Itha Fitra
kt ny suami setia,baru jg ktemu blm smpai 24 jam.udh naksir,piye to?
2024-02-23
0
Sandisalbiah
Aby.. tak culek kue...sirak mu ngelirik, no... melototin ank perawan... ra' eling karo istri di kamar.. 🙄🙄
2024-01-15
1
Pasti Abi yang liatin Dara sampe segitunya.
2022-10-18
0