Hotel!!!...
Agus yang duduk di tempat pengemudi dapat melihat hotel yang berada tepat di depan persimpangan. karena hujan yang begitu deras Agus tidak dapat melihatnya dengan jelas.
Hotel Bahagia...
Agus dapat melihat tulisan besar yang terpampang jelas di bagian depan gedung hotel, Hotel bahagia.
Mengapa namanya Hotel bahagia, Apakah jika menginap di sana akan bahagia? jelas tidak bukannya tinggal di sana itu akan di kenakan tarif menginap permalamnya.
Tidak... tidak... karena aku laki-laki jelas aku yang akan membayarnya, apa lagi kita bukan pasangan jadi tidak mungkin aku akan memesan satu kamar.
Jika melihat lokasinya, Hotel ini pasti tidak murah. aku masih ingat masa-masa universitas ku sebelumnya, saat itu aku tinggal di hotel dengan 5 teman sekolahku. aku masih mengingatnya dengan jelas kita masing-masing patungan 50 ribu untuk membayar hotel saat menginap satu malam saja.
250 ribu permalamnya sangat mahal sekali, aku tidak boleh ke sana. itu tempat terkutuk jika aku memesan dua kamar bukannya aku akan membayar 500 ribu.
"Mbak Sinta... mengapa kita tidak bermalam di mobil saja..." Agus memberikan saran kepada Sinta.
"Pak agus... bukannya tidak baik tidur di dalam mobil... Ada hotel dengan tempat yang hangat mengapa kita tidak pesan kamar saja..." Sinta bicara hal yang benar.
Pesan kamar!... Apa kamu pikir kamu yang membayarnya?... Jelas akulah yang membayarnya.
Agus tertekan setelah meminum es teh yang begitu hambar dan membeli bensin sebelumnya, kini sisa uang yang di miliki Agus hanya sekitar 150 ribu.
Mari kita berharap jika ada kamar yang memiliki harga 150 ribu... Entah besok akan makan apa... Agus menggelengkan kepala.
"Mari kita pergi..." Di bawah guyuran hujan deras Agus dan Sinta basah-basahan.
Aku bilang apa... bukannya kita akhirnya basah kuyup karena hujan yang tidak berperasaan.
Keduanya berlari menuju kearah pintu masuk Hotel...
"Selamat datang di Hotel Bahagia, Ingin pesan kamar hotel yang seperti apa pak?..." Resepsionis hotel berkata dengan senyuman ramah.
Namun di depan Agus itu terlihat seperti sorang rentenir yang sedang menarik hutang, dengan sabit di punggungnya.
Kamu jelas ramah memberikan tawaran harga tapi saat semuanya usai, kamu pasti akan menjadi seperti Harimau yang menunjukan taringnya atau malaikat kematian.
"Mbak... kita pesan 2 kamar..." Sinta berkata dengan kedua lengannya saling memeluk dua semangka miliknya, sangat jelas jika dia kedinginan.
"Ehm... Sinta kita tidak boleh memesan dua kamar... karena aku yang akan membayarnya" Agus berkata dengan serius.
"Terima kasih banyak pak Agus..." Sinta berkata dengan malu, belum apa-apa sudah merepotkan calon atasannya.
Sinta yang melihat Agus yang basah kuyup juga semakin merasa bersalah, andaikan saja dirinya mengikuti perkataan Agus dengan bermalam di dalam mobil, pasti tidak akan mengalami hal kedinginan seperti ini.
Agus melihat daftar menu kamar hotel, apa yang di carinya adalah kamar yang paling murah, Setelah mengelilingi daftar harga dengan kedua matanya naik, turun, kanan, kiri dan berputar Agus akhirnya menemukan nomer keberuntungan.
Benar, Angka cantik edisi terbatas 150 ribu... Bagus... Sangat tepat akhirnya ada kamar yang sangat bagus.
Agus mengabaikan kamar hotel dengan harga 200 sampai 500 ribuan, dirinya langsung memesan kamar edisi terbatas.
"Pak agus apakah kita akan satu kamar..."
Sinta tidak masalah tentang kamar hotel yang biasa karena dirinya memiliki kesan jika Agus adalah orang yang Berhemat.
Pepatah mengatakan, Hemat pangkal kaya... karena Bapak Agus orang yang sangat kaya jadi hal yang wajar jika harus berhemat.
Sinta mengangguk berulang kali... dirinya merasa jika pilihan Agus sangat bijak dan Sinta mendapatkan pencerahan tentang kehidupan orang kaya sejati, yang mana jika menginginkan kekayaan maka harus berhemat.
Keduanya mengikuti arahan resepsionis wanita lalu menuju ke kamar hotel yang cukup kecil dan sederhana.
Hal yang membuat Sinta berfikir keras adalah satu kamar, satu ranjang, satu kamar mandi, dan satu selimut.
"Tolong jangan berprasangka buruk... sebenarnya aku ingin memesan dua kamar namun aku khawatir dengan calon karyawan ku... itu saja, Aku tidak masalah tidur di lantai selama kamu senang aku juga senang..." Agus tersenyum hangat.
"Ok..."
Aku salah paham tentang tujuan mulia bapak Agus... Aku sangat malu, mengapa aku berfikiran yang tidak-tidak.
Bapak Agus memiliki perusahaan Caesars entertainment yang baru saja menghasilkan keuntungan besar jadi tidak mungkin jika dirinya tidak bisa memesan dua kamar.
Sepertinya memang itu alasannya, demi diriku yang belum secara resmi menjadi karyawan perusahaan Caesars entertainment, Bapak Agus rela tidur di lantai yang dingin.
Sungguh seorang atasan yang sangat baik, dan patut untuk diteladani oleh atasan-atasan dari perusahaan lain.
"Hehehe..." Agus tertawa kecil guna menghangatkan suasana, ya... walaupun pakaian yang dikenakannya sangat dingin, karena basah di guyur hujan.
Karena keduanya berada di dalam kamar hotel, keduanya tidak mungkin tidur dengan pakaian basah.
"Pak Agus... bisakah bapak Agus berbalik badan... Aku ingin melepaskan pakaian basahku dan berganti pakaian dengan baju tidur..."
Walaupun kamar hotel cukup murah setidaknya tersedia baju tidur untuk mereka yang menyewa kamar hotel.
"Oke..."
Agus dengan patuh langsung berbalik badan, sedangkan Sinta dengan malu melepaskan pakaian basah yang dikenakannya.
Bukannya Aku sudah berbalik badan mengapa aku masih bisa melihat Sinta telanjang bulat... Sial... bukankah ini cermin?
Sinta tidak menyadari jika di depan Agus terdapat cermin besar yang memproyeksikan tubuhnya sedang melepaskan pakaiannya lalu bertelanjang bulat.
Sial... Bagian bawahku menjadi tegang, mengapa pihak hotel meletakan cermin di sana apakah bertujuan untuk hal ini?
Tenang... Aku harus tenang, ini semua hanyalah godaan setan... Aku harus memikirkan hal lainnya.
Bumi bulat... bumi bulat... roda bulat... roda bulat... tahu bulat... tahu bulat... semangat Sinta bulat...
Sial... mengapa semangkanya Sinta yang aku pikirkan.
Agus yang melihat kaca cermin dengan fokus merapal mantra agar tidak bisa fokus dengan benar, Sungguh fenomena alam yang luar biasa.
Sinta yang telanjang melihat kearah Agus lalu mengangguk, Sungguh laki-laki yang tangguh Pak agus sangat berbeda dengan kebanyakan laki-laki yang pernah aku temui. jika itu orang lain pasti akan mengintip diriku hingga matanya keluar dari rongga matanya.
Sinta dengan tenang pergi ke kamar mandi untuk mandi air hangat, Sedangkan Agus yang memiliki bagian bawah menegang berusaha menenangkannya dengan terus merapalkan mantra.
Bumi bulat... bumi bulat... roda bulat... roda bulat... tahu bulat... tahu bulat... semangka Sinta bulat... semangka Sinta bulat...
Sinta yang baru saja mandi air hangat dan berpakaian dengan baju tidur tersenyum indah, dirinya tanpa curiga melihat lagi ke arah Agus yang masih berbalik badan.
"Mas Agus... Aku sudah selesai, sekarang giliran mu..."
"Ok..."
Sinta mengambil posisi Agus sebelumnya, dirinya berdiri dengan menghadap ke belakang sambil melihat ke arah cermin.
"Eh..."
Diam... Sinta terdiam membeku, dirinya tidak berharap jika ada cermin besar di depannya.
Dari sini... dari pantulan cermin ini... bukankah Pak Agus akan melihatku melepaskan pakaian basahku sebelumnya!
Sinta memiliki wajah memerah karena malu dan dirinya dengan fokus melihat Agus yang di proyeksikan di dalam cermin.
Tubuhnya yang berotot karena Agus terus berlatih melakukan pelatihan khusus. kemudian bagian bawahnya yang membengkak membuat Sinta menelan seteguk ludah.
Apakah benda sebesar itu akan masuk kedalam tubuh seorang wanita!
Agus yang tau jika Sinta melihat dirinya melalui pantulan cermin hanya bisa menutupi bagian bawahnya dengan kedua tangannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ghost reader
Awoakwok
2022-03-31
1
mothur
uwoooh
2021-12-20
2
Dewi Kematian
bukan org kaya sejti.. itu namanya Pelit Bin Pelit....😂😂😂
2021-12-05
3