Bab. 16

Sangkin besarnya suara lengkingan baby girl-nya Jinan, Ria, Elena, Rico, dan Marco yang ada di luar ruanganpun bisa mendengarnya dengan jelas. Mereka saling berpelukan satu sama lain dengan perasaan haru akan lahirnya keponakan baru mereka.

Mulai hari ini, suasana rumah Jinan sudah dipastikan akan selalu ramai karena menjadi taman bermain bagi para aunty, uncle, serta oma dan opa baby girl. Meski Jinan dan sang bayi bukanlah saudara mereka bahkan jauh dari kata hubungan darah sekalipun, namun bagi mereka Jinan adalah anak, kakak, adik, bahkan teman yang sangat mereka sayangi layaknya saudara sedarah mereka sendiri.

Karena terlalu senang dan tak sabar untuk melihat baby girl, rasa kantuk yang sempat keempat orang itu rasakan kini lenyap begitu saja. Mereka mondar mandir di depan pintu ruangan persalinan Jinan untuk menunggu Ira keluar dari ruangan itu untuk menanyakan keadaan Jinan dan buah hatinya. Hingga saat Ira keluar ruangan, mereka langsung saja menyerbu wanita berusia empat puluh empat tahun itu dengan berbagai pertanyaan yang memusingkan.

Ira menghela nafasnya dengan tersenyum geli. Meski lelah dan kantuk mulai menyerang wanita itu, namun rasa bahagia yang tak pernah ia bayangkan saat ini berhasil mengobati rasa lelah itu. Ira berjalan menuju kursi tunggu, meninggalkan anak serta suaminya yang masih mengajukan beberapa pertanyaan padanya. Namun hingga ia terdudukpun keempat orang itu tak kunjung berhenti akan tingkah hebohnya masing-masing. Dan dengan terpaksa akhirnya Ira melayani semua pertanyaan keempat orang itu satu persatu dengan suara pelan karena rasa kantuk saat ini mulai menguasai dirinya.

"Lebih baik kita tunggu Jinan dipindahkan ke ruang perawatan saja ya, biar Mama kalian bisa tidur juga, sepertinya Mama lelah sekali," ujar Marco yang mulai tak tega melihat mata istrinya yang sudah mulai sayu.

Ria, Elena, dan Rico mengangguk bersamaan. Mungkin Ira benar-benar lelah karena seharian sibuk bekerja dan malam harinya harus begadang untuk menemani Jinan melahirkan.

Setelah Jinan dipindahkan ke ruang rawat VIP sesuai kemauan Marco, Ira tertidur di kasur yang sudah disiapkan pihak rumah sakit untuk keluarga pasien. Sedangkan para anak-anak dan Marco mengerubungi box bayi untuk melihat baby girl yang sedang tertidur. Dan untuk Jinan saat ini, wanita itu sudah terlelap setelah memberi ASI pertama pada puterinya.

"Wajahnya tidak mirip Jinan," ujar Elena menilai wajah baby girl.

Mereka semua memasati wajah bayi mungil itu, sedetik kemudian mereka menganggukkan kepala karena setuju akan ucapan Elena.

"Mirip ayahnya," gumam Ria pelan, namun masih bisa didengar para saudaranya.

"Maksudmu mantan suami Jinan?" tanya Rico dan dibalas anggukan kepala oleh Ria.

Mereka semua menatap Ria terkejut. "Kenapa?" tanya Ria bingung.

"Apa begitu mirip?" tanya Rico.

"Mung ... kin," jawab Ria ragu. Namun sedetik kemudian ia menegaskan kembali jawabannya. "Em, mungkin karena baby girl ini masih terlalu dini jadi belum terlihat jelas bentuk wajahnya mirip siapa." Ria menyengir kuda sembari menatap ketiga saudaranya itu.

"Aku harap baby girl ini tidak mirip b4jingan itu," ujar Rico tak suka, dan disetujui oleh Elena.

Setelah cukup puas melihat baby girl, keempat orang itu mengambil tempat masing-masing untuk merehatkan tubuh. Kebetulan Marco hanya meminta tambahan dua kasur saja di sana, jadi Rico terpaksa tidur di sofa, sedangkan Ria bersama Elena di satu kasur yang sama.

Dua jam setelah Ria dan yang lainnya terlelap, kini Jinan mulai membuka matanya. Setelah menyesusaikan pandangannya, mata Jinan menatap beberapa orang yang tidur tak jauh dari kasur rawatnya berada. Ia tersenyum haru melihat pemandangan yang sangat menghangatkan relung hatinya itu.

"Kenapa kalian baik sekali padaku?" batin Jinan.

"Bagaimana caranya aku membalas semua kebaikan kalian semua padaku? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak memiliki harta berlimpah untuk diberikan pada kalian, sedangkan usaha yang baru aku bangun saja hampir bangkrut."

Jinan meneteskan air matanya, ia sudah tak dapat lagi menahan rasa sedih sekaligus bahagia yang membuncah di hatinya. Beberapa detik kemudian, tangis Jinan pun pecah. Hanya isakan kecil yang terdengar di ruangan itu, Jinan sengaja menutupi mulutnya dengan bantal tidur agar suara tangisnya tak sampai membangunkan Ria dan keluarganya yang sedang tertidur nyenyak.

Cukup lama Jinan menangis, kini wanita itu terlihat menghela nafasnya barulang kali untuk mengurangi sesegukan yang masih tersisa. Pandangan Jinan saat ini tertuju pada box bayi yang berada disamping kanan kasurnya berada.

Jinan tersenyum menatap box bayi tersebut. "Apakah wajahnya akan mirip denganku?" gumam Jinan pelan sembari menatap kepala anaknya karena saat itu baby girl tidur dengan kepala menghadap ke arah kanan.

Saat melihat anaknya setelah melahirkan dan menyusui tadi, Jinan memang belum melihat jelas wajah anaknya seperti apa. Ia berharap wajah anaknya akan mirip dengannya. Secara anaknya 'kan perempuan, sudah pasti akan mirip dengannya, pikir Jinan.

Hampir setengah jam Jinan menatap box bayi anaknya, saat matanya hendak terpejam kembali, tiba-tiba saja suara tangis anaknya mengagetkannya. Dengan panik karena takut orang-orang yang ada di ruangan itu terbangun, Jinan tergesa hendak bangkit dari tidurnya untuk meraih anaknya itu. Namun baru saja ia menopang tubuhnya dengan tangan kanannya, tiba-tiba seorang perawat masuk ke dalam kamarnya. Dengan bernafas lega, Jinan meminta bantuan perawat tersebut untuk membawa bayinya padanya karena ia masih susah untuk bergerak cepat.

Jinan tersenyum senang setelah anaknya berada dalam dekapannya. Dengan bantal tidur sebagai penghalang agar para pria tak bisa melihat, Jinan mulai menyusui anaknya dengan raut wajah bahagia.

Sembari menyusui, Jinan memasati wajahnya puterinya dengan seksama. "Kenapa wajahnya mirip mas Romi?" batin Jinan setelah ia merasa bahwa wajah anaknya mirip dengan mantan suaminya, bukan mirip dengannya. Kini wajah Jinan berubah menjadi muram seketika, kenapa lagi-lagi harus kenangan pahit yang harus ia terima.

"Astaghfirullah." Jinan beristighfar berulang kali saat menyadari apa yang baru saja ia pikirkan.

"Maafkan hamba ya Allah," gumam Jinan pelan. Bukankah ia sudah berjanji akan menerima anak ini sepenuh hati, terlepas dari siapa ayah biologis anak ini?

Jinan memejamkan matanya, ia teringat akan ucapan ayahnya saat ia baru saja memasuki sekolah menengah pertama.

'Seberapa banyak keburukan yang orang berikan pada kita, dan sekecil apa pun kebaikan yang mereka berikan pada kita. Ingatlah selalu kebaikan mereka saja, lupakan keburukan mereka ada kita. Dengan begitu kita akan terhindar dari rasa dendam.'

"Jinan akan berusaha, ayah," gumam Jinan pelan sembari menatap wajah anaknya.

...

Pukul 09.12 Ria dan Rico berpamitan untuk menuju restoran milik Jinan karena sudah beberapa kali baik Jinan maupun Ria mendapat telfon dari pegawainya di sana untuk meminta mereka agar segera datang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di sana, namun dari nada suara pegawainya tersebut yang terdengar panik, sudah dipastikan bahwa keadaan di sana sedang tidak baik-baik saja.

"Baby Ay, aunty pergi dulu ya. Nanti aunty ke sini lagi kalau urusannya sudah selesai. Bye bye," pamit Ria pada anak Jinan yang sedang tertidur. Tak lupa ia menyematkan kecupan sayang pada keponakannya itu di kedua pipi gembulnya.

Tak ingin ketinggalan momen, Rico pun melakukan hal yang sama dengan Ria. Ia mengecup kedua pipi gembul anak Jinan, lalu setelah itu ia segera meninggalkan rumah sakit bersama Ria menuju restoran.

******

Maaf belum bisa double up dan hanya bisa 1000 kata /bab-nya.

LIKE, COMENT, and VOTE 💕

Terpopuler

Comments

kiki

kiki

tumben nih anaknya cwe, biasa crita beginian anaknya cwo

2022-01-15

1

Yunia Abdullah

Yunia Abdullah

kpan crita t s romi msa s Jinan trs bosen lah

2021-11-22

1

Dania

Dania

Next
7in1
💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼

2021-11-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!