Bab. 3

Saat Romi keluar dari kamar mandi, Jinan masih terlihat menyapu kamar itu. Romi yang tak mendapati istrinya di dalam kamarnya pun lantas mencari ke ruang tamu, dapur, hingga halaman depan. Karena tak juga menemukan keberadaan Jinan, Romi terpaksa berteriak memanggil nama Jinan dari arah ruang tamu. Jinan yang mendengar teriakan suaminya itu pun langsung keluar kamar.

"Ada apa?" tanya Jinan di depan pintu kamar bekas orang tuanya.

Romi mengernyitkan keningnya saat melihat Jinan berdiri di depan kamar yang bersebelahan dengan kamar mereka sedang memegang sapu.

"Kamu ngapain di kamar itu?" tanya Romi.

"Aku mau membersihkan kamar untuk Mas Romi tempati."

"Loh, kamar kamu memangnya kenapa? Kok kita tidur di kamar itu?" tanya Romi heran. Padahal seingat dia, kamar Jinan tidak ada masalah apa pun saat ia mengganti baju di sana tadi.

"Maaf Mas, sepertinya kita tidak bisa tidur di satu kamar lagi."

Romi kembali mengerutkan keningnya. "Apa maksud kamu?"

"Seharusnya Mas lah yang lebih tahu maksudku."

"Jinan, Mas minta maaf. Mas sebenarnya–"

"Setelah aku selesai membersihkan kamar ini, baru kita bicara," ujar Jinan lalu kembali memasuki kamar untuk melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda.

Romi yang baru saja hendak berdiri akhirnya mengurungkan niatnya untuk menghampiri istrinya itu. Entah apakah pria itu cukup sadar diri bahwa ia memang bersalah dalam hal ini, atau memang ia tak perduli. Semua itu hanya dirinyalah dan Tuhan yang tahu.

Sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya Jinan selesai juga dengan pekerjaan rumahnya. Jinan mendudukkan tubuhnya di kursi kayu single samping Romi. Wanita itu menatap sembarang tanpa mrngucapkan sepatahpun pada Romi.

Dua menit terdiam, Romi akhirnya membuka percakapan.

"Jinan, maafkan Mas. Mas tidak bermaksud untuk ...."

Romi tidak melanjutkan perkataannya, pria itu terlihat seperti kesulitan dalam merangkai kata selanjutnya yang seharusnya ia ucapkan.

Jinan masih diam memperhatikan wajah suaminya itu.

"Jinan."

"Apa aku serendah itu di matamu, Mas?" tanya Jinan menyela Romi yang ingin bicara.

"Aku salah apa sama kamu, Mas? Apa aku merebut sesuatu darimu, sehingga kamu ingin membalas dendam padaku? Kenapa kamu tega mempermainkan pernikahan kita, Mas?"

"Jinan, Mas minta maaf. Mas tidak bermaksud mempermainkan pernikahan ini. "

"Jadi semua ini apa, Mas? Pernikahan kita bahkan baru satu bulan, dan kamu dengan tega menghancurkannya dalam waktu dekat. Kamu bahkan tega menjadikanku mainanmu di atas ranjang. Apa kamu mau menyamakanku seperti seorang pel4cur, Mas? Yang dengan mudahnya rela menjadi penghangat ranjangmu di saat orang yang kamu inginkan tidak ada di sisimu. Dan pernikahan ini hanyalah topeng." Sebutir air mata jatuh membasahi pipi tirus Jinan. "Apa aku serendah itu di matamu?" tanya Jinan lirih.

"Maafkan Mas, Jinan," ucap Romi sedikit menyesal.

"Bahkan kalian berani berbuat mesum di kamar yang biasa kita tempati, Mas."

"Jinan–"

"Sejak kapan, Mas?"

Romi diam sejenak memandang Jinan dengan pandangan bingung, ia bingung akan maksud dari pertanyaan Jinan. Sejak kapan apanya?

"Sejak kapan kamu berselingkuh dariku hingga sampai berani berbuat zina dibelakangku, Mas? Apakah baru siang tadi? Atau baru beberapa hari setelah kita menikah? Atau bahkan sebelum kita menikah?"

"Jinan." Romi menjeda ucapannya sejenak. "Mas ... Mas dan Aurel sudah menjalin hubungan sebelum kita dijodohkan oleh mama."

Jinan menatap Romi serius, menunggu pria itu untuk menjelaskan semuanya.

Romi menatap Jinan dalam, ia menghembuskan nafasnya panjang sebelum menceritakan semuanya pada wanita yang baru menjadi istrinya kurang lebih satu bulan ini.

"Mas dan Aurel adalah teman satu kampus. Kami menjalin hubungan sudah dua tahun. Mas sangat mencintai Aurel, Jinan. Mas tidak bisa hidup tanpanya. Tapi Mas juga tidak bisa menolak permintaan mama untuk menikahimu."

"Dua tahun? Kamu bilang dua tahun?"

"Maafkan Mas, Jinan."

"Kenapa kamu menerima perjodohan ini kalau kamu sudah memiliki kekasih, Mas? Seharusnya kamu bilang dari awal jika kamu sudah memiliki kekasih."

"Mas tidak bisa menolak permintaan mama, Jinan. Mama akan menghapus nama Mas dari daftar keluarga jika Mas menolak perjodohan ini. Mas sungguh minta maaf sama kamu, Mas tidak bermaksud mempermainkan kamu ataupun pernikahan ini."

"Terus, apa maksud kebaikan kamu selama satu bulan ini padaku, Mas? Kalau kamu tidak mencintaiku, lalu kenapa kamu berbuat baik padaku? Menjadi sosok suami terbaik di mataku. Kenapa, Mas? Kenapa?"

"Maafkan Mas, Jinan. Mas hanya berusaha untuk menerima kehadiranmu sebagai istri Mas dan Mas juga ingin berusaha menjadi suami yang baik dan adil."

"Tunggu," ucap Jinan.

Jinan mengernyitkan keningnya. "Apa maksud Mas dengan menerima kehadiranku sebagai istrimu dan menjadi suami yang baik dan adil? Adil apanya, Mas?"

"Jinan, Mas benar-benar tidak bisa jauh dari Aurel. Mas mencintainya, Jinan. Mas mohon, mengertilah. Aurel bahkan tidak masalah jika memang harus menjadi madumu. Dia ikhlas, Jinan."

Jinan tertawa sarkas. "Menjadi maduku? Mas mau poligami?" tanya Jinan sekaligus menebak.

"Jinan–"

"Maaf, Mas. Aku tidak bisa jika harus membagi cintaku pada wanita lain. Bahkan di saat rasa ini belum tumbuh sekalip–"

"Aurel sedang hamil anakku, Jinan," potong Romi dan berhasil membuat Jinan membelalakkan matanya.

Hening melanda. Jinan maupun Romi hanya saling tatap tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Tak terasa air mata Jinan kembali membasahi pipi tirusnya. Ia tidak tahu harus percaya atau tidak dengan perkataan terakhir Romi.

"Aurel hamil anak Mas, Jinan. Usia kandungannya sudah hampir memasuki dua puluh minggu."

Jinan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Dua puluh minggu? Apa ia tidak salah dengar?

"Mas mohon pengertian dari kamu, Jinan. Mas sangat mencintai dia, Jinan. Tolong Mas, Jinan. Tolong jangan buat dia setres karena permasalahan hubungan kita. Mas tidak mau sampai terjadi apa pun dengan kandungannya. Tolong Mas, Jinan."

Jinan menggelengkan kepalanya tak percaya. Bagaimana bisa seorang pria yang ia anggap baik dan terkesan tak pernah berbuat ulah kini ternyata bisa membuat wanita yang bukan mahramnya hamil di luar nikah. "Kamu gila, Mas."

Romi beranjak dari duduknya, ia menopang lututnya di hadapan Jinan. Namun sebelum Romi memegang tangan Jinan, Jinan sudah lebih dulu berdiri dan bergeser agar Romi tak menyentuh tangannya. Entahla, sepertinya Jinan mulai merasa jijik pada pria di depannya itu setelah mengetahui semua perlakuan busuk suaminya itu.

"Sepertinya pernikahan ini memang bukan jalanku untuk menemukan kebahagiaan," batin Jinan.

"Jinan, Mas mohon."

Jinan kembali menggelengkan kepalanya. "Ceraikan aku."

Romi terbelalak mendengar ucapan singkat dari istrinya itu, ia menggelengkan kepalanya tak setuju. "Tidak boleh, aku tidak boleh bercerai dengan Jinan sekarang," batin Romi.

"Jinan, Mas mohon maafkan Mas, Jinan. Mas janji akan berlaku adil pada kalian berdua. Mas janji, Jinan. Please jangan bercerai, Jinan."

Romi memohon dengan mengatupkan kedua tangannya di dada. Pria itu bahkan rela bersujud di kaki istrinya meski Jinan terus menjauh.

"Kenapa, Mas? Bukankah kamu sendiri yang ingin menceraikanku agar segera bisa menikahi perempuan itu? Sekarang aku sudah mengabulkan keinginanmu, dan kamu bisa menikahi wanita itu."

"Tidak Jinan, kamu pasti salah dengar. Mas tidak ada niatan untuk menceraikanmu. Percayalah," ucap Romi penuh kesungguhan.

"Ceraikan aku sekarang atau aku adukan semua perbuatan kejimu ini pada mamamu," ucap Jinan bagai serangan dadakan bagi Romi.

Romi mendongak menatap Jinan. Apa ia tidak salah dengar? Jinan ingin mengadukan perbuatannya pada mamanya? Tidak, ini bukan Jinan. Seberat apa pun permasalahan Jinan, wanita ini tidak akan pernah mengadukan apa pun pada siapapun. Ia mengenal Jinan sudah hampir enam tahun, dan Jinan bukan tipe orang yang suka mengadu. Tidak, Romi tidak percaya ini.

"Jinan, please. Mas tahu kamu hanya mengancam. Mas ... Mas janji akan berlaku adil pada kalian Jinan, Mas janji."

"Mengancam? Heh, baiklah, aku akan menelfon mamamu sekarang."

Jinan berlalu ke kamar untuk meraih ponselnya. Romi menatap tak percaya akan kepergian Jinan. Ia mengikuti Jinan ke kamarnya.  Baru saja akan masuk ke dalam kamar, wanita itu sudah lebih dulu keluar kamar dengan ponsel dalam genggamannya.

"Jinan please, jangan. Mas tahu Mas salah, Mas minta maaf, Jinan. Please maafin Mas. Mas akan lakukan apa pun untukmu, tapi please jangan adukan semua ini sama mama, Jinan."

Romi berlutut hingga bersujud di hadapan Jinan. Jinan tidak tahu apakah pria itu menyesali perbuatannya padanya atau hanya karena tidak ingin aibnya terbongkar saja. Tapi yang jelas Jinan sudah tak perduli lagi, yang ia inginkan sekarang hanyalah perceraian. Meski menyakitkan, tapi sepertinya itu lebih baik dari pada hidup dengan seorang pecundang yang tidak bisa menghargai suatu hubungan. Terlebih pada hubungan mereka yang baru berjalan satu bulan.

"Talak aku sekarang, Mas," desak Jinan.

Mata Romi kesana kemari, sepertinya pria itu sedang berpikir sebelum memutuskan ke mana ia akan melangkah. Jangan sampai ia salah mengambil keputusan dan membuat hidupnya sendiri hancur.

"Tapi bagaimana dengan mama jika Mas menceraikanmu, Jinan? Mas tidak mau jika mama sampai tau semua ini."

Jinan menarik salah satu sudut bibitnya. "Kamu pengecut, Mas."

Jinan menghembuskan nafasnya berat. "Baiklah, aku akan yang akan menjelaskan pada mamamu tentang perceraian ini."

Romi mengernyitkan alisnya. "Apa kamu akan mengadukan perbuatanku ini, Jinan?" tanya Romi was-was.

"Seharusnya aku memang harus mengadukan semua ini pada kedua orang tuamu, Mas. Tapi sayang sekali, aku cukup penakut untuk mengecewakan orang yang sudah berjasa dalam hidupku selama beberapa tahun belakang ini." Jinan menjeda ucapannya sejenak. "Meski pada akhirnya aku sendirilah yang salah dalam menilai semua kebaikan kalian selama ini padaku," lanjutnya.

Romi tersenyum tipis mendengan ucapan Jinan. Ia sedikit lega jika memang Jinan tidak akan mengadukan perbuatannya pada kedua orang tuanya. Tapi bagaimana dengan rencana awalnya? Seharusnya ia menceraikan Jinan setelah enam bulan pernikahan, bukan di umur pernikahan mereka yang baru satu bulan.

Dengan berat hati Romi akhirnya mentalak Jinan saat itu juga. Dari pada mamanya tahu semua perlakuannya selama ini, bisa-bisa ia tidak akan mendapatkan sepeserpun harta orang tuanya. Dan lebih lagi, hubungannya dengan Aurel akan semakin sulit untuk mendapatkan restu dari orang tuanya.

******

Like, Coment, dan Vote 💕

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

bagus.. laki kaya gtu buang aja ke sampah 😤

2023-10-19

0

ovi

ovi

lnjut lk

2023-07-09

1

Neulis Saja

Neulis Saja

i believe you Jinan, you must be strong to face all problems ✊

2023-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!