Bab. 14

Jinan terduduk di kursi ruangannya, ia memijat kepalanya yang terasa pusing.

"Aku kira dia hanya kebetulan mengetahui namaku. Tapi mas Romi? Bagaimana dia bisa mengetahuinya? Tidak mungkin jika Ria atau keluarganya yang memberitahu pria itu, sedangkan Ria dan Rico tadi saja seperti tidak mengenal pria itu."

Jinan menengadahkan kepalanya ke atas  dengan berbantalkan punggung kursi kebesarannya. Rico dan Ria yang masih setia di ruangan Jinan pun terlihat heran dengan tingkah Jinan setelah berbicara dengan Ardo. Hal itu jelas memancing rasa penasaran dua manusia beda usia itu.

Ria dan Rico saling pandang, mereka saling kode untuk meminta lawan pandangnya bertanya kepada Jinan, namun tak ada satupun dari mereka yang mengalah untuk bertanya pada Jinan. Mereka tidak berani bertanya karena tidak tega dengan wajah Jinan yang terlihat gelisah dan lelah.

Namun karena rasa penasaran yang lebih besar dari pada ketidaktegaannya, Ria akhirnya berjalan pelan mendekati Jinan. Ia duduk di kursi depan Jinan, sesekali ia menoleh menatap Rico di belakang sana yang sedang duduk diam sembari menunggu dengar jawaban Jinan atas pertanyaan yang akan Ria tanyakan nanti.

Ria menghela nafasnya, semoga saja Jinan tidak terganggu olehnya.

"Kak," panggil Ria pelan.

Karena Jinan yang tidak merepon, akhirnya Ria kembali memanggil Jinan. Hingga pada panggilan keempat dengan disertai sentuhan tangan dari Ria pada Jinan, barulah wanita itu bergerak menatap Ria.

"Ada apa, Ri?" ucap Jinan.

"Apa yang Kakak bicarakan dengan pria tampan tadi?" tanya Ria ragu.

"Tidak ada, hanya masalah bisnis saja," jawab Jinan.

"Tapi, kenapa wajah Kakak murung begitu setelah bertemu pria tadi?" tanya Ria masih penasaran.

Jinan tersenyum. "Tidak ada, Ri. Dia hanya tidak jadi menjalin kerjasama dengan restoran Kakak, makanya Kakak pusing. Padahal 'kan restoran Kakak sedang sepi saat ini. Kakak takut restoran ini akan tutup jika seperti ini terus," ujar Jinan dengan berbohong dan mengalihkan pembicaraan. Menurutnya, hal konyol seperti ini Ria tidak perlu tahu. Bisa saja pria bernama Ardo itu hanya iseng dan ingin mengerjainya dengan mengatakan hal-hal mengenai pernikahan kontrak apalah itu.

Ria tampak memperhatikan raut wajah Jinan. Ia menghembuskan nafasnya, sebaiknya ia mencoba untuk percaya saja pada wanita itu.

"Nanti aku, Kak Rico, dan Elena akan bantu promosiin restoran Kakak lagi ya, Kak. Kakak tenang saja, saat ini Allah mungkin sedang menguji Kakak. Jika sudah saatnya nanti, aku yakin Allah akan mengembalikan semuanya pada Kakak," ujar Ria memberi semangat pada Jinan.

Jinan tersenyum senang, beruntung sekali ia memiliki teman seperti Ria yang selalu ada untuknya.

Rico yang masih duduk di sofa belakang Ria pun kini bangkit dan mendekati Jinan dan Ria. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi samping Ria.

"Kamu tenang saja Ji, aku yakin sebentar lagi restoran ini akan kembali ramai kok. Besok aku, Ria, dan Elena akan memanggil semua teman-teman kampus kita untuk makan di sini," ujar Rico.

"Terima kasih ya, Ri, Co. Terima kasih sudah selalu ada di samping aku selama ini," ujar Jinan lirih. Rasanya ia ingin menangis bahagia dengan semua kenikmatan yang sudah Allah berikan padanya.

"Sama-sama, Kak. Kakak jangan nangis dong, ntar aku jadi ikutan nangis nih," ujar Ria setengah bercanda agar suasana haru saat itu berganti menjadi ceria.

  

  

   

***

Hari terus berganti, setiap pergantian haripun pasti selalu ada perubahan, entah perubahan pada setiap masing-masing orang, pada sebuah bangunan, pada keadaan, pada cuaca, atau yang lainnya. Namun hal itu tidak berlaku untuk kondisi restoran Jinan. Keadaan restoran wanita berhijab syar'i itu sampai hari ini masih tak ada perubahan.

Hanya ada beberapa pengunjung saja yang makan di sana, dan itupun bisa dihitung jari dalam sehari. Omset-pun turun drastis dari dua minggu lalu, rasanya Jinan harus menutup restoran ini jika dalam dua bulan kedepan keadaan restorannya masih sepi seperti ini.

Di tengah rasa pusing karena memikirkan kelangsungan usahanya, Jinan juga dipusingkan oleh pria bernama Ardo yang terus-terusan datang ke restoran untuk menemuinya. Pria itu tak pernah lelah menemuinya hanya untuk menawarkan sebuah tawaran yang tidak akan mungkin Jinan setujui meski usahanya ini bangkrut sekalipun.

Hari inipun masih sama, Ardo kembali mengunjungi restoran Jinan dengan menawarkan tawaran yang sama seperti sebelumnya. Begitupun dengan Jinan, ia juga masih dengan keputusannya yang sama. Menolak dan menolak lagi tawaran Ardo untuk yang kesekian kalinya.

"Ayolah Jinan, kenapa kau keras kepala sekali," keluh Ardo.

"Kau pun begitu," sahut Jinan.

"Apa alasanmu menolak tawaranku?" tanya Ardo.

"Kau tanyakan saja pada ibu atau saudara perempuanmu. Apakah mereka mau mengorbankan sebuah pernikahan hanya demi harta?" ujar Jinan tegas.

Ardo diam sejenak, ia memandang wajah Jinan dengan dalam.

"Apa hanya karena itu?" tanya Ardo.

"Apa maksudmu?" tanya Jinan balik.

"Apa kau trauma dengan pernikahan pertamamu yang gagal itu? Atau kau masih berharap pada mantan suamimu itu? Atau jangan-jangan kau sudah memiliki calon ayah untuk anakmu?" tanya Ardo lebih detail.

"Tidak," sahut Jinan cepat.

"Tidak untuk apa?" tanya Ardo bingung.

"Tidak untuk pertanyaanmu, tidak untuk tawaranmu, dan tidak untuk pernikahan kontrak konyolmu. Sebaiknya kau pergi dari sini, aku sudah tidak ada waktu untuk meladeni bercanda anehmu ini."

Jinan bangkit dari duduknya, ia hendak pergi meninggalkan Ardo, namun belum jauh ia melangkah, ia menghentikan langkahnya saat Ardo mengucapkan satu kalimat yang cukup mengejutkannya.

"Bagaimana jika alasanku ingin menikahimu karena aku mencintamu?"

Jinan terdiam tanpa mengubah posisinya yang membelakangi Ardo. Namun sedetik kemudian ia tertawa sumbang. "Dasar bule aneh," gumamnya pelan. Ia melanjutkan langkahnya menjauhi Ardo menuju ruangannya tanpa mempedulikan pria tersebut yang masih mematung menatapnya dari belakang.

Ardo tersenyum geli akan ucapannya sendiri. Rasanya lega sekali telah mengucapkan kalimat itu.

"Aku pastikan bahwa kau adalah jodohku, Jinan. Tidak peduli siapa ayah biologis dari bayi yang ada dalam kandunganmu itu, yang jelas aku akan menerima anak itu seperti anakku sendiri dengan sepenuh hati," gumam Ardo dengan tersenyum lega.

Di rasa keperluannya sudah cukup untuk hari ini, Ardo melangkahkan kakinya keluar dari restoran.

Tanpa Ardo ketahui, dari arah yang cukup jauh dari posisi restoran Jinan berada, sepasang mata menatap penuh misteri pada Ardo yang baru saja keluar dari restoran. Orang itu menarik salah satu sudut bibirnya saat Ardo sudah masuk ke dalam mobilnya.

Di rasa mobil Ardo sudah menjauh, orang tersebut menampakkan tubuhnya dan berjalan santai menuju restoran Jinan.

******

LIKE, COMENT, and VOTE yookkk 💕

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

siapa tuh??

2023-06-20

0

kiki

kiki

udh kek klinik syifa d semper, tiap waktu sholat langsung close, swminggu sekali d adakan pengajian buat karyawanya

2022-01-15

1

Dhina ♑

Dhina ♑

🖤🖤🖤🖤🖤🖤
7in1

2021-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!