Bab. 15

Sore hari setelah Jinan baru saja sampai di rumahnya bersama Ria, tiba-tiba saja perut Jinan terasa sangat sakit sekali. Jinan mendudukkan tubuhnya dengan memeluk bantal sofa untuk menahan rasa sakitnya, beberapa detik kemudian rasa sakit itu hilang dengan sendiri.

Saat hendak memakai mukenah untuk melaksanakan sholat maghrib, tiba-tiba rasa sakit yang sama di perutnya kini muncul kembali. Jinan beristighfar sembari terduduk di pinggiran kasur dengan memejamkan matanya. Dan beberapa detik kemudianpun rasa sakit itu hilang begitu saja.

Jinan berpikir hal itu hanya sakit perut biasa, namun setelah selesai sholat dan hendak berdiri untuk mengambil Al-Qur'an, tiba-tiba rasa sakit yang samapun datang kembali. Dan kali ini rasa sakit itu jauh lebih sakit dari yang pertama atau yang kedua. Bahkan Jinan sampai meneteskan air matanya karena menahan rasa sakit yang tak tertahan itu.

Ria yang baru saja masuk ke dalam kamar terheran melihat Jinan memeluk perut buncitnya dengan raut wajah seperti orang yang sedang menahan sakit. Ia mendekati Jinan dan mendudukkan tubuhnya di samping wanita hamil itu.

"Kakak kenapa?" tanya Ria panik saat melihat wajah pucat Jinan.

"Ri, perut Kakak sa ... kit," ujar Jinan lirih.

"Astaga, kenapa bisa, Kak? Kakak makan apa tadi?"

Jinan menggelengkan kepalanya. "Antar Kakak ke rumah sakit, Ri. Sepertinya Kakak sudah mau melahirkan," ujar Jinan dengan suara yang mulai tercekit.

Ria terkejut bukan main saat mendengar bahwa Jinan sudah mau melahirkan. "Kakak tahu dari mana kalau ini sudah waktunya?"

"Tidak tahu. Pokonya antar Kakak ke rumah sakit sekarang, Ri. Kakak takut nanti terjadi sesuatu dengan anak Kakak."

"O ... oke. Aku ... aku telfon kak Rico aja ya, Kak. Kita pergi sama dia."

Jinan tak menjawab ucapan Ria, ia masih mencoba menahan rasa sakit di perutnya yang belum juga reda.

Ria yang tak mendapat jawaban dari Jinan pun langsung saja meraih ponselnya di atas nakas dan segera mencari kontak Rico lalu menelfonnya.

"Halo, Kak," ucap Ria setelah panggilannya dijawab Rico.

"Kakak di mana? bisa ke sini sekarang? Kak Jinan mau melahirkan, kita harus ke rumah sakit sekarang. Kakak bisa bantu kit–"

Tut ... Tut ...

Raut wajah Ria yang tadinya panik kini berubah menjadi heran, ia mengernyitkan keningnya sembari melihat layar ponselnya yang sudah berganti menjadi menu utama ponselnya.

"Kok terputus," gumam Ria heran.

Ria melirik Jinan, ia melihat Jinan yang kini sudah tidak kesakitan lagi seperti sebelumnya.

"Udah baikan, Kak?" tanya Ria.

"Alhamdulillah, Ri."

"Apa masih mau ke rumah sakit?"

"Iya, Kakak sekalian mau cek kandungan. Sudah tiga kali sakit perut ini muncul, Kakak takut terjadi sesuatu sama kandungan Kakak."

"Tadi aku nelfon kak Rico, tapi tiba-tiba panggilannya terputus. Kita naik taxi aja nggak papa ya, Kak?" tanya Ria ragu.

"Iya nggak papa kok, mungkin dia sedang sibuk. Yaudah ayo kita pergi," ajak Jinan.

"Kak," panggil Ria dan berhasil menghentikan gerakan Jinan yang hendak berdiri.

"Kenapa, Ri?"

"Bisa tunggu sebentar nggak? Aku mau sholat maghrib dulu." Ria menggigit bibir bawahnya, ia takut jika Jinan keberatan menunggunya.

"Astaghfirullah, Kakak lupa kalau kamu belum sholat. Yaudah kamu sholat aja dulu, Kakak akan pesan taxi sekarang ya."

Ria mengangguk. "Kakak duduk di depan aja ya, jangan ke mana-mana, nanti perutnya sakit lagi," ujar Ria khawatir.

Setelah Jinan mengiyakan dan keluar kamar, Ria melaksanakan sholatnya dengan sedikit terburu-buru. Ia takut jika memang benar bahwa sakit di perut Jinan itu adalah tanda-tanda Jinan yang akan melahirkan. Ia tidak mau jika kakak kesayangannya itu nanti sampai lahiran di rumah atau di dalam mobil dalam perjalanan ke rumah sakit.

Baru saja selesai dengan sholatnya, Ria mendengar suara mesin mobil yang berhenti di depan rumahnya. Mungkin taxi pesanan Jinan sudah datang, pikirnya.

Dengan tergesa Ria membereskan peralatan sholatnya. Saat ia keluar kamar, ia melihat Rico sedang duduk di sofa samping Jinan. Ternyata suara mobil tadi berasal dari mesin mobil Rico, bukan taxi pesanan Jinan.

"Loh, Kak Rico kok ada di sini?" tanya Ria tak jauh dari posisi sofa yang diduduki Rico dan Jinan.

"Kau yang menelfonku dan mengatakan bahwa Jinan akan melahirkan," ujar Rico dengan bahasa Inggris.

"Cepet banget udah di sini. Emang Kak Rico dari mana?" tanya Ria.

"Club," jawab Rico singkat. "Ohya, kata kau Jinan mau melahirkan, tapi kenapa dia baik-baik saja?" tanya Rico heran.

"Kak Jinan udah tiga kali sakit perut, lebih baik kita ke rumah sakit aja untuk periksa kandungan Kak Jinan. Takutnya dia benar-benar mau melahirkan," ujar Ria dan dibenarkan Rico.

Sebagai persiapan, Jinan membawa satu buah tas ransel yang sudah ia persiapkan sebelumnya untuk ia melahirkan nanti. Setengah jam kemudian, kini Jinan sudah berada di atas kasur rumah sakit untuk diperiksa kandungannya. Dan benar saja, ternyata Jinan memang sudah mau lahiran. Bahkan saat ini Jinan sudah mengalami bukaan ketiga. Rasa sakit yang dialami Jinan saat di rumah tadi ternyata adalah kontraksi yang tidak diketahui Jinan maupun Ria.

Setelah diketahui bahwa ia akan segera melahirkan, Jinan segera di bawa ke ruang persalinan. Dengan ditemani Ria, Jinan berjalan memutari ruangan persalinan itu agar mempercepat pembukaan jalan lahir untuk anaknya. Namun saat pembukaan masih pada tahap kelima, Jinan sudah tidak kuat berjalan. Ia terpaksa harus tiduran di kasur sembari menunggu sampai pembukaan sepuluh.

Tak lama dari situ muncullah kedua orang tua Rico beserta Elena dari arah pintu masuk, mereka menghampiri Jinan yang saat itu sedang mengalami kontraksi.

"Yang kuat, Sayang. Mama yakin kamu bisa," ujar Ira dengan menggenggam tangan Jinan untuk menguatkan wanita itu. Sesekali Ira mengecup kening Jinan dengan sayang.

Jinan meneteskan air matanya. Seandainya yang mengatakan dan melakukan itu adalah suaminya, alangkah bahagianya ia. Namun semua itu hanyalah mimpi, yang ada menemaninya saat ini hanyalah orang asing tanpa ikatan darah yang dengan suka cita rela mendampinginya di saat ia sedang kesusahan.

"Ayah, ibu, seandainya kalian ada di sini, mungkin saat ini Jinan tidak akan seperti ini. Melahirkan jauh dari negara tercinta, dan tanpa suami yang mendampingi," batin Jinan. Tak terasa ia sudah terseguk dalam pelukan Ira.

"Kenapa menangis, Sayang? Apa ada yang sakit?" tanya Ira khawatir.

"Tidak ada, Bibi." Jinan mengusap air matanya. "Terima kasih kalian sudah datang," ucap Jinan lirih.

Ira tersenyum. "Jangan berterima kasih. Kamu sudah Mama anggap seperti anak Mama sendiri. Mulai sekarang kamu panggil Mama ya, Nak. Jangan panggil Bibi lagi," ujar Ira.

"Tapi, Bi–"

"Kau tidak boleh menolak permintaan Mamaku, Jinan. Kau harus memanggilnya Mama mulai sekarang," potong Elena dengan gaya sombongnya.

"Kak Jinan. Aku sudah pernah bilang sama Kakak bahwa Kakak tidak sendiri, kita semua ada bersama Kakak. Kita semua keluarga, Kak," tambah Ria.

Jinan kembali meneteskan air matanya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa masih ada orang-orang baik seperti mereka di zaman sekarang ini.

Pukul 02.15 dokter mengabarkan bahwa Jinan sudah sampai pada pemukaan sepuluh. Dengan di temani Ira di dalam ruangan, Jinan terus mengejan sesuai instruksi dokter agar anaknya cepat keluar. Ira menggenggam tangan kanan Jinan sembari membisikkan kata-kata semangat agar Jinan tidak berhenti mengejan.

Lagi-lagi air mata sedih mengalir di sudut mata Jinan saat ia merasa bahwa bukan Ira lah yang seharusnya mengatakan hal itu dan berada di sini menemaninya lahiran, tapi suaminya. Namun apa mau dikata, semua sudah takdir. Ia tidak bisa mengubah takdir yang sudah Allah tetapkan untuknya. Yang harus ia lakukan sekarang hanyalah bersyukur karena ia masih dihadirkan orang-orang baik di sekelilingnya. Dan yang terpenting saat ini adalah, ia harus segera mengeluarkan anaknya yang masih berada di perut bawahnya.

Dengan sisa tenaga yang ia kumpulkan, beberapa menit kemudian suara tangis bayi perempuan yang baru merasakan hangatnya dunia melengking memenuhi ruangan persalinan itu. Jinan mengehela nafasnya lega, beberapa detik kemudian ia menangis haru akan suara indah bayi mungil itu. Suara yang ia nanti-nantikan selama perjuangannya mengandung. Dan akhirnya suara itupun bisa ia dengar dengan jelas di telinganya saat ini.

******

LIKE, COMENT, and VOTE 💕

Terpopuler

Comments

naning

naning

trus nti yg ngazanin bayinya siapa thor

2021-12-28

1

Dhina ♑

Dhina ♑

🥀🥀🥀🥀💜💜💜💜💜
7in1

2021-11-11

1

KIA Qirana

KIA Qirana

Lagi Thor
7in1
♥️♥️♥️♥️♥️🖤🖤🖤🖤

2021-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!