Bab. 6

Linda pergi dari rumah Jinan dengan penuh kekecewaan. Ia tidak menyangka jika wanita yang ia anggap baik itu ternyata tega berselingkuh dari anaknya.

Jinan yang diliputi rasa bersalahpun tak kunjung menghentikan isak tangisnya setelah kepergian mantan mertuanya dari rumahnya.

"Astaghfirullah. Maafkan hamba ya Allah, maafkan hamba," racau Jinan dengan terseguk.

Sungguh perasaan bersalah ini akan terus menghantui Jinan sampai semuanya terungkap. Namun ia sendiri tak tahu, kapan semua kehobongan ini akn terungkap. Atau lebih tepatnya, apakah kebohongan ini bisa terungkap. Sedangkan ia sendiri tidak mungkin mengatakan kebenarannya kepada Linda ataupun Putra, begitu juga dengan Romi.

Tak lama dari kepergian Linda dan Putra, tiba-tiba pintu rumah Jinan diketuk dari arah luar. Jinan mendongak menatap kearah pintu,  saat pintu kembali diketuk, Jinan mengusap air matanya yang sudah membanjiri wajah mungilnya. Jinan mengehela nafas berulang kali untuk mereda sesegukan karena efek menangis. Setelah dirasa lebih baik, Jinan beranjak menuju pintu.

Saat pintu dibuka, terlihat seorang wanita cantik berambut merah gelap berdiri di depan pintu rumahnya. Wanita itu menatap Jinan dalam diam tanpa mengucapkan sepatah katapun meski Jinan sudah di depan mata.

"Ria, ada apa?" tanya Jinan pelan. Ia mencoba tersenyum dibalik luka yang ia buat sendiri.

"Kak Jinan nggak papa?" tanya wanita bernama Ria tersebut.

"Hah?" Jinan diam sejenak, ia bingung dengan pertanyaan Ria. Namun sejuru kemudian ia tersadar akan wajahnya yang sembab. "Em, Kakak nggak papa kok. Kenapa, Ri?"

"Boleh Ria masuk, Kak?" pinta Ria.

Jinan terkesiap sejenak, ia lupa menawarkan Ria untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Oh iya, ayo masuk. Maaf ya Ri, Kakak sampe lupa nawarin kamu masuk," ucap Jinan tak enak hati.

"Nggak papa kok, Kak," ucap Ria.

Ria mendudukkan tubuhnya di kursi double kayu ruang tamu, ia menepuk alas duduk kursi sebelahnya, meminta Jinan untuk duduk di sebelahnya.

"Kak Jinan nggak mau nganggep aku adik Kak Jiban lagi ya?" tanya Ria setelah Jinan mendudukkan tubuh disampingnya.

"Hah? Kamu kenapa nanya gitu, Ri? Aneh banget," ucap Jinan.

"Kakak jawab aja pertanyaan aku."

"Kamu ini aneh banget sih. Iya, kamu ini adik Kakak satu-satunya. Meski kita nggak sedarah, tapi Kakak udah nganggep kamu itu kayak adik kandung Kakak sendiri tau." Jinan mencolek hidung Ria gemas.

"Terus, kenapa Kakak nggak mau cerita sama Ria tentang masalah Kakak?" tanya Ria membuat Jinan mengernyitkan keningnya.

"Masalah?" tanya Jinan.

Ria menganggukkan kepalanya. Raut wajah wanita itu kini terlihat lebih serius dari sebelumnya.

"Aku minta maaf, Kak. Aku tadi tidak sengaja mendengar percakapan Kakak dengan bu Linda tadi." Ria menjeda ucapannya sejenak sembari menatap Jinan intens. Terlihat jelas wajah wanita berhijab di depannya itu tampak terkejut dengan ucapannya barusan.

"Kak, Kakak di sini tidak sendiri. Ada aku yang akan selalu bersama Kakak. Kakak nggak seharusnya memendam semua ini sendiri, Kak."

Ria menggenggam tangan Jinan dengan sayang. Ia sebenarnya tidak sengaja mendengar suara Linda yang berbicara dalam intonasi tinggi pada Jinan saat ia hendak berkunjung ke rumah Jinan. Ia yang awalnya ingin pergi pun mengurungkan niatnya karena begitu penasaran saat Linda menanyakan tentang perceraian.

Jinan yang tak bisa menahan tangis karena teringat kembali akan kesalahannyapun menumpahkan tangisnya dalam pelukan Ria. Entahla ia menangis karena telah berbohong akan kesalahan Romi, atau karena perceraiannya yang menyakitkan, dan atau karena hidupnya yang tak pernah jauh dari kesedihan.

Ria mengusap punggung belakang Jian, ia membiarkan Jinan dengan tangisnya sampai wanita berhijab itu menghentikan sendiri tangisnya.

Beberapa menit kemudian, tangis Jinan sudah tak terdengar lagi. Sepertinya wanita itu sudah puas menumpahkan kesedihannya lewat isak tangisnya. Jinan mendongak menatap Ria.

Ria yang ditatap Jinan pun menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, seolah mengatakan 'Ayo Kak, cerita aja.'

Dengan perlahan Jinan mulai menceritakan pada Ria bahwa ia telah bercerai dengan Romi karena Romi selingkuh. Jinan sengaja tidak memberitahu Ria tentang hubungan gelap Romi dan wanita bernama Aurel, ia tidak mau membongkar aib orang lain lebih dari ini.

Ria yang mendengar cerita Jinan pun merasa geram akan kelakuan pria bernama Romi itu. Bagaimana bisa pria itu berselingkuh, sedangkan hubungannya dengan Jinan saja baru dimulai.

"Terus, Kakak kenapa nggak jujur saja sama orang tua mas Romi? Mereka berhak tahu, Kak. Mereka bahkan harus tahu kelakuan bejat anak kebanggan mereka itu. Kalau begini 'kan Kakak yang akan disalahkan atas perceraian kalian, sedangkan mas Romi bisa enak-enak dengan selingkuhannya di luar sana," cerocos Ria kesal akan keputusan Jinan yang lebih memilih berbohong demi menyembunyikan kesalahan Romi yang merugikan dirinya sendiri.

"Kakak sudah berjanji dengan mas Romi untuk menyembunyikan ini semua, Ri. Dia tidak akan menceraikan Kakak jika Kakak memberitahu orang tuanya atas perbuatannya."

"Tapi kenapa harus dengan mengakui kesalahan yang tidak pernah Kakak lakukan? Mereka akan menganggap Kakak wanita murahan atau sebagainya, Kak."

Jinan menundukkan pandangannya, apa yang dikatakan Ria memang benar adanya, ia akan dicap sebagai wanita murahan karena pengakuannya. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur, apa yang ia ucapkan tidak bisa ditarik kembali. Sekuat apa pun ia memberi alasan lain nantinya, semua orang pasti tidak akan percaya padanya. Yang ada, ia malah akan dianggap sebagai wanita pendusta yang suka mengarang cerita.

Jinan menatap Ria nanar. "Kakak harus apa, Ri? Kakak nggak mungkin mengatakn yang sebenarnya pada orang tua mas Romi. Kakak nggak bisa, Ri."

Ria menghela nafanya, ia pun tidak tahu harus bagaimana membantu Jinan menangani masalah ini. Masalah yang Jinan hadapi saat ini terlalu rumit untuknya yang masih sangat muda.

"Kakak yang sabar ya. Masalah Kakak satu ini cukup rumit untuk aku. Secara 'kan aku baru tamat sekolah, mana ngerti masalah rumah tangga begini. Tapi aku janji, aku akan selalu ada untuk Kakak. Jadi, kalau Kakak ada sesuatu yang ingin diceritakan atau sekedar teman tidur, aku siap empat lima," ucap Ria semangat di dua kalimat terakhir.

Jinan tersenyum tipis. Wanita yang beda usia satu tahun darinya itu memang selalu baik padanya, Ria selalu bisa mengerti keadaannya. Bisa dibilang, Ria adalah satu-satunya teman yang sangat dan amat care padanya dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

"Kamu masih mau di sini, Ri?" tanya Jinan.

"Kenapa, Kak?"

"Kakak mau sholat, Kakak lupa kalau belum sholat ashar."

"Oh, yaudah Kakak sholat aja, aku juga udah mau pulang kok. Mau mandi, udah bau banget nih pulang dari sekolahan langsung ke sini."

"Loh, ngapain kamu ke sekolah?"

"Cap tiga jari, Kak."

Jinan hanya mengiyakan ucapan Ria. Mereka beranjak dari duduknya. Jinan mengikuti langkah Ria yang menuju pintu masuk, namu baru dua langkah ia berjalan, tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Jinan memegang punggung kursi single yang ada di samping kirinya sebagai sanggahan, ia memejamkan matanya untuk mengurangi pusing yang tiba-tiba datang tanpa diundang.

Ria yang mendengar gesekan kursi pun berbalik badan. Ia terkejut mendapati Jinan yang terlihat menyanggah tubuhnya pada punggung kursi.

"Kakak kenapa?" tanya Ria khawatir.

Jinan menggelengkan kepalanya tanpa suara.

"Yaudah Kakak duduk dulu aja. Mungkin karena terlalu lama menangis, jadi pusing deh," ujar Ria sembari menuntun tubuh Jinan pada kursi single yng menjadi sanggahannya.

Jinan menyandarkan punggungnya pada punggung kursi, sedangkan Ria sendiri saat ini sudah dalam perjalanan menuju dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk Jinan setelah Jinan duduk nyaman di kursinya. Jinan hanya diam sembari memijit pelipis dan batang hidungnya sampai Ria kembali dengan segelas teh hangat di tangannya.

Setelah meneguk satu tegukan teh hangat itu, meminta Ria untuk meninggalkannya sendiri. Meski tidak tega untuk meninggalkan Jinan sendirian dalam kondiai tidak baik, namun Ria tetap pergi dari sana. Mungkin Jinan butuh istirahat dan tidak mau diganggu olehnya.

Lima menit kemudian, pusing di kepala Jinan akhirnya mulai mereda. Dengan perlahan Jinan bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan sholatnya yang sudah terlambat itu.

******

Like, Coment, dan Vote 💕

Terpopuler

Comments

Santi Rizal

Santi Rizal

jangan hamil dulu Jinan nya ya Thor

2023-07-22

0

Neulis Saja

Neulis Saja

Jinan, are you pregnant ?

2023-06-14

0

Fa Rel

Fa Rel

jinan lemah bodohhh m3nding jujur np nutupin dasar bego

2022-03-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!