Bab. 8

Seperti apa yang ia katakan minggu lalu, kini Jinan ditemani Ria sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Bukan rumah sakit, lebih tepatnya Jinan pergi ke bidan terdekat. Sebenarnya Jinan ingin melakukan testpack, tapi ia tidak berani melakukan itu sendirian. Dan juga agar ia bisa lebih memastikan lebih detail, ia akhirnya memutuskan untuk ke bidan saja.

Setiba di sana Jinan langsung dituntun menuju ruang pemeriksaan karena ia sudah menghubungi bidan terlebih dahulu semalam. Dan benar saja, setelah diperiksa ternyata Jinan memang sedang mengandung.

Sebutir air mata jatuh di pipi mulus wanita itu, ia tidak menyangka jika ia akan mengandung di saat keadaannya yang seperti ini. Tanpa orang tua dan tanpa suami di sisinya. Ia bahkan tidak tahu harus bersyukur atau bersedih akan karunia yang Allah berikan padanya.

Dalam perjalanan pulang, Jinan hanya diam sembari mengelus perut ratanya. Usia kandungan Jinan yang diperkirakan sudah memasuki minggu keempat membuat Jinan harus lebih berhati-hati dalam menjaga pola makan dan memperbanyak istirahat. Mungkin ia akan mencari satu orang untuk membantunya membuat kue bolu pesanan pembeli, ia jelas tidak bisa bergadang dan bekerja seharian tanpa makan dan istirahat yang cukup di kehamilannya ini. Kehamilan pertamanya yang mungkin ... sangat berat baginya.

"Kakak tenang aja, aku pasti akan selalu ada untuk Kakak kok. Jangan pernah merasa sendiri ya, Kak," ucap Ria penuh sayang saat mereka sudah duduk manis di kursi ruang tamu rumah Jinan.

Jinan tersenyum. "Makasih ya, Ri. Kamu memang adik Kakak yang paling the best."

"Emangnya Kakak punya adik lain selain aku?"

"Nggak ada sih."

Mereka tertawa bersama akan percakapan singkat mereka sendiri yang mungkin menurut orang lain itu tidaklah lucu.

...

Dua bulan kemudian saat Ria ingin bertandang ke rumah Jinan, ia dikejutkan dengan keadaan rumah Jinan yang terlihat lebih luas.

Bukan, bukan rumahnya yang berubah menjadi luas, melainkan barang-barang yang hilang di dalam sana yang membuat rumah itu menjadi lebih luas dari biasanya, rasanya seperti orang yang sedang pindahan saja, pikir Ria.

Tunggu!

Pindahan?

Ria membelalakkan matanya, ia segera menelusuri rumah tersebut untuk mencari keberadaan Jinan yang tak terlihat di ruang tamu.

"Kak," teriak Ria menggema di setiap sudut ruangan.

"Kak Jinan, Kakak di mana?" teriak Ria lagi saat Jinan tak menampakkan batang hidungnya atau sekedar mengeluarkan suaranya.

Saat Ria berjalan menuju dapur, ia melihat Jinan di halaman belakang sedang mengangkat pakaian yang sudah kering.

"Kak Jinan," panggil Ria saat ia sudah keluar rumah.

Jinan yang mendengar namanya dipanggilpun menoleh menatap asal suara.

"Ada apa, Ri?" tanyanya sembari melanjutkan kembali kegiatan mengangkat pakaian dari jemuran.

"Kenapa barang-barang di ruang tamu hilang semua, Kak? Kakak mau pindah?" tanya Ria.

"Kak," panggil Ria lagi karena Jinan hanya diam saja.

Jinan menoleh menatap Ria. "Kakak harus pergi, Ri."

"Pergi? Pergi ke mana, Kak?" tanya Ria heran. Bukankah Jinan tidak dekat dengan saudara-saudaranya? Lalu mau pergi ke mana wanita itu?

"Ayo masuk dulu," ucap Jinan yang sudah selesai dengan kegiatannya.

Ria mengikuti Jinan yang mulai berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mengikuti kemanapun Jinan melangkah sembari menanyakan kembali pertanyaan yang belum Jinan jawab.

"Kak, jawab dong, jangan diam saja," gerutu Ria mulai kesal.

"Kakak akan menggadaikan rumah ini, Ri. Kakak harus pergi dari sini. Kakak nggak siap jika harus menjalani kehamilan ini dengan lingkungan yang tak sehat seperti ini," ucap Jinan dengan menghentikan kegiatan melipat pakaiannya.

"Tidak sehat gimana?" tanya Ria heran.

"Satu minggu setelah kita periksa ke bidan, saat Kakak sedang membeli susu ibu hamil di toko depan gang, ada salah satu tetangga kita yang menanyakan kehamilan Kakak. Kakak menjawab pertanyaan beliau sewajarnya saja, namun beliau tidak percaya dengan perkataan Kakak, dia membuat rumor bahwa Kakak hamil karena pria lain, Ri. Semua orang berpikir Kakak dicerai karena kehamilan ini yang tidak diketahui siapa ayah biologisnya," ucap Jinan mulai terisak.

"Kakak harus bagaimana lagi, Ri? Kakak berusaha tegar menghadapi kehamilan ini, tapi mereka? Mereka justru membuat mental Kakak menjadi down, Ri. Bahkan mama Linda pun mulai mengetahui gosip itu dan mencemooh Kakak dengan kata-kata yang selama ini tak pernah beliau katakan pada Kakak."

"Mas Romi? Apa ia mengetahui gosip tersebut?" tanya Ria lirih.

Jinan menggelengkan kepalanya. "Kakak belum memberitahunya, Ri."

Ria mengernyitkan alisnya. "Kenapa, Kak? Mas Romi berhak tahu kehamilan Kakak, bagaimanapun juga dia adalah ayah kandung dari janin yang sedang Kakak kandung."

"Mama Linda melarang Kakak memberitahunya, Ri. Kakak ... Kakak akan memberitahu mas Romi setelah Kakak pergi dari sini," ucap Jinan yang masih terseguk.

Ria terbengong dengan penjelasan Jinan. "Kenapa Kakak nggak cerita sama aku, Kak? Kenapa Kakak mendam ini sendirian? Apa Kakak udah nggak nganggep aku lagi selama ini?"

"Sudah cukup, Ri. Sudah cukup Kakak membebani kamu dengan membantu Kakak membuat kue-kue pesanan ini, Kakak nggak mau membebani kamu lebih dari ini."

"Kak." Ria menggenggam erat tangan Jinan. "Aku tulus membantu Kakak. Kak Jinan itu udah aku anggap sebagai Kakak kandung aku sendiri. Aku nggak mau Kak Jinan bicara seperti itu lagi. Aku mohon, Kak. Aku mohon, cerita apa pun yang mau Kakak ceritakan sama aku, aku akan selalu menjadi pendengar yang baik untuk Kakak. Kakak jangan pernah merasa sendiri lagi. Kakak jangan pernah merasa bahwa aku terbebani dengan membantu Kakak. Aku suka melakukan itu semua, tidak ada beban sedikitpun yang aku rasakan, Kak."

Jinan memeluk Ria erat, ia menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Ria, menumpahkan isak tangis lebih dalam untuk meluapkan kesedihannya. Beberapa menit kemudian Jinan melepas pelukannya, ia mengusap air matanya dengan hijab panjangnya.

"Tapi Kakak harus tetap pergi, Ri," ucap Jinan dengan menatap Ria dengan pandangan sayu.

"Kakak mau pergi ke mana?" tanya Ria sedih.

"Kakak mau melanjutkan hidup Kakak di Jerman, Ri."

"Jerman?" ucap Ria terkejut. "Maksud Kakak, Kakak mau pergi ke luar negeri?."

Jinan menganggukkan kepalanya pelan.

"Kenapa Jerman, Kak? Itu jauh banget. Kenapa harus luar negeri? Kenapa tidak di Indonesia saja?" tanya Ria bertubi-tubi. Jelas ia tak setuju dengan keputusan Jinan. Jika Jinan pergi, lalu ia akan bermain bersama siapa? Ia hanya anak tunggal, semua teman-temannya pun tidak ada yang seasik Jinan. Ia tidak mau kehilangan sosok Kakak wanita seperti Jinan. Tidak, ia tidak mau!

"Dulu ayah Kakak pernah berjanji akan menyekolahkan Kakak di Jerman, di mana ibu Kakak pernah bersekolah dulu. Sekarang beliau sudah tidak bisa menepati janjinya, Ri. Dan Kakak harus mengabulkan keinginannya itu, meski tidak sesuai dengan rencana awal kami yang akan pergi bersama."

Jinan menatap Ria dengan tersenyum. "Kakak mau ke sana, Ri. Lagi pula, Kakak ingin mengurangi komunikasi dengan mantan mertua Kakak yang sering datang ke sini hanya untuk menanyakan kebenaran akan janin yang sedang Kakak kand–"

"Aku ikut," potong Ria.

Jinan menatap Ria dengan terkejut.

"Pokoknya aku ikut. Kakak nggak usah ngelarang aku, aku sudah memutuskan dan Kakak nggak boleh menolak."

"Tapi, Ri–"

"Kak, Please," ucap Ria dengan raut serius. "Kakak ingin melanjutkan sekolah di Jerman 'kan? Kalau begitu aku juga mau sekolah di sana juga. Bukankah Kakak yang terus-terusan mendesak aku untuk melanjutkan sekolah? Sekarang aku akan melanjutkan sekolah sesuai ucapan Kakak. Aku akan melanjutkan sekolahku di Jerman, bersama Kakak."

"Orang tua kamu?" tanya Jinan ragu.

"Itu bukan masalah," jawab Ria dengan tersenyum penuh kemenangan.

******

LIKE, COMENT, and VOTE 💕

Terpopuler

Comments

Teh yan"

Teh yan"

ria Mau ngintil kemana aja asal bersama jinan

2022-01-19

1

Mimi Jamileh

Mimi Jamileh

ria baik bgt

2021-12-29

1

Rachel Gifanny

Rachel Gifanny

semoga dapat jodoh orang Jerman ya, atau orang Indonesia yg merantau di Jerman

2021-11-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!