Bab. 7

Sudah satu minggu ini Jinan merasakan pusing yang tiba-tiba muncul, dan tiba-tiba hilang begitu saja. Sore itu saat Jinan sedang menyusun pakain yang baru saja ia lipat, mata Jinan tak sengaja menatap sebuah kantong besar berisi pembalut di sisi dalam lemarinya. Tiba-tiba saja Jinan mengingat kapan terakhir kali ia datang bulan. Sepertinya ia terlambat datang bulan di bulan ini.

Merasa ada yang aneh, Jinan berjalan cepat mendekati kalender gantung yang ada di ruang tamu. Ia mulai menghitung sudah berapa hari ia terlambat datang bulan. Dan ternyata ia sudah terlambat lima hari dari tanggal sebelumnya ia datang bulan. Jinan menatap perutnya yang kurus itu, lalu ia mengusapnya perlahan.

"Apakah aku hamil?" tanya Jinan pada dirinya sendiri.

Jinan menggelengkan kepalanya pelan. "Lebih baik aku tunggu satu minggu lagi, bisa saja bulan ini jadwal haidku memang terlambat. Biasanya juga 'kan begitu, terlambat sepuluh hari juga nggak masalah," ucap Jinan dengan mengedikkan bahunya. Memang jadwal haid gadis itu akhir-akhir ini suka maju mundur beberapa hari, jadi Jinan tidak terlalu ambil pusing untuk hal semacam ini. Tapi Jinan juga harus lebih berhati-hati dalam bertindak, siapa tahu ia benar-benar hamil. Jika ia memang benar hamil dan tak menjaga dirinya, bisa-bisa itu akan membahayakan kehamilannya. Lagi pula ia sudah pernah melakukan hubungan itu bersama Romi, jadi tidak menutup kemungkinan jika ia benar-benar hamil.

Hari berjalan seperti biasa untuk Jinan, tidak ada sedikitpun tanda-tanda kehamilan pada tubuhnya. Hanya pusing yang biasa ia rasakan dalam satu minggu belakangan ini, dan Jinan tidak terlalu memikirkannya karena ia masih berpikir kalau itu hanyalah pusing biasa karena ia yang kurang tidur lantaran pesanan kue bolu yang semakin banyak dari hari sebelumnya.

Keesokan harinya pada pukul sebelas siang, Jinan sudah terlihat rapi dengan gamis hitam polosnya untuk mengantarkan pesanan kue bolu bersama Ria. Ria yang baru beberapa minggu tamat sekolah itu kini dengan sukarela membantu Jinan berdagang kue bolu via online. Karena berkat jasa promosi dari jiwa sosial wanita berambut merah itulah juga yang membuat pesanan kue bolu buatan Jinan menjadi bertambah banyak setiap harinya.

Jinan sungguh bersyukur, dibalik kesedihan yang ia jalani, ternyata Allah masih memberinya kenikmatan yang tidak ia sangka-sangka. Ya, bantuan dari Ria merupakan sebuah kenikmatan bagi Jinan dari Allab SWT. Bagaimana tidak, Ria yang notabennya anak dari pasangan muda yang ekonominya bisa dibilang menengah ke atas, dengan suka rela membantunya berdagang tanpa imbalan sepeserpun. Jinan kadang suka heran, kenapa anak itu tidak menyibukkan dirinya untuk melanjutkan sekolahnya saja? Kenapa dia harus repot-repot membantunya, padahal 'kan para calon mahasiswa/i sekarang sudah mulai memasuki masa ospek.

Saat hendak mengendarai kendaraan roda duanya yang sudah terparkir di teras rumah, tiba-tiba saja pusing di kepala Jinan datang menyerang. Jinan menelungkupkan wajahnya pada kepala motor untuk menghindari kunang pada pandangannya.

Ria yang melihat Jinan seperti itupun merasa tak tega. Ia sudah meminta Jinan untuk istirahat saja di rumah, biarlah ia yang mengantar semua kue pesanan itu pada para pembeli, namun Jinan selalu tidak mau, wanita berhijab itu selalu saja mengatakan 'kamu itu adikku, bukan kurirku.' .

Ria menghela nafasnya, ia menuntun Jinan agar turun dari motor dan mendudukkan tubuh kurus itu di kursi kayu samping pintu rumahnya. "Kak, Kakak istirahat aja deh, biar aku aja yang nganter semua pesanannya. Nanti kalau Kakak sampai kenapa-kenapa gimana?"

"Nggak papa kok, Ri. Sebentar lagi juga hilang pusingnya. Tunggu sebentar ya," ucap Jinan tanpa mengubah posisinya yang saat ini sedang bersandar pada punggung kursi dengan mata terpejam.

Ria memutar bola matanya malas, selalu itu yang Jinan katakan padanya.

"Kakak sebenarnya kenapa sih? Udah satu minggu ini Kakak tuh sering pusing-pusing terus, aku takut nanti Kak Jinan ada penyakit berbahaya gitu loh," ucap Ria khawatir.

"Kakak nggak sakit, Ri. Mungkin ini efek karena sebentar lagi Kakak mau datang bulan."

"Datang bulan?" batin Ria sembari berpikir.

"Emang biasanya Kakak datang bulan di tanggal berapa?" tanya Ria.

"Biasanya sekitar tanggal dua tujuh sampai tanggal tiga."

"Ini sudah tanggal sembilan, Kak."

"Iya, Kakak sudah biasa kok terlambat."

Ria terdiam sejenak sebelum mengutarakan tebakannya.

"Apa Kakak hamil?" tanya Ria tiba-tiba.

Jinan membuka matanya, ia menatap Ria dengan wajah tanpa ekspresi. "Kakak juga nggak tahu, Ri. Rencananya Kakak mau periksa minggu depan saja, saat ini Kakak masih belum yakin."

"Belum yakin apanya?"

"Kakak sudah biasa terlambat datang bulan, jadi menurut Kakak hal seperti ini wajar saja. Dan Kakak pusing begini juga mungkin karena kurang tidur, semenjak kue-kue buatan Kakak kamu promosiin, pesanan menjadi bertambah banyak. Kakak harus mulai membuat kue dari malam sebelum tidur."

"Tapi Kak, bagaimanapun juga Kakak harus periksa sekarang, Kak. Kalau Kakak hamil gimana? Kalau Kakak hamil 'kan Kakak bisa menjaga diri dan harus meluangkan waktu lebih banyak untuk beristirahat," ucap Ria antusias.

Jinan terdiam sejenak, namun beberapa detik kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan. "Kakak takut, Ri," ucap Jinan pelan.

"Takut kenapa?" tanya Ria bingung.

"Bagaimana jika Kakak hamil?" tanya Jinan lirih.

"Bagus dong, Kak. Bukankah Kakak pengen banget punya anak ya? Kok jadi takut sih?" tanya Ria mulai heran.

Jinan memutar pandangannya, ia menatap lurus ke depan tanpa menyahuti ucapan Ria. Ia terlihat sedang berpikir dalam diamnya. Raut kesedihan terlihat jelas di wajah mungil wanita berhijab itu.

"Apa semua ini karena mas Romi?" ucap Ria tiba-tiba.

Jinan menoleh menatap Ria, ia menatap Ria cukup lama dalam diamnya. Beberapa detik kemudian Jinan menghela nafasnya panjang.

"Kakak ditinggal oleh orang tua Kakak di usia Kakak yang masih empat belas tahun, Ri. Jika Kakak benar-benar hamil, bagaimana nasib dia, Ri? Hidupnya bisa jadi akan lebih berat dari Kakak, Ri. Dia akan hidup tanpa seorang ayah, bahkan sedari usianya yang masih di dalam kandungan sekalipun. Hadirnya seorang ibu saja tidak akan cukup untuknya, Ri. Dia ... dia membutuhka sosok seorang ayah," ucap Jinan sembari memeluk erat perut ratanya. Tak terasa air matapun berguguran dari kelopak matanya.

"Jikapun mas Romi mengakuinya, apakah mas Romi akan mencintainya dan berlaku adil pada kedua anaknya?" batin Jinan lirih.

Ria mengusap air matanya saat melihat Jinan mulai terseguk karena mengingat kembali pengkhianatan suaminya. Ria mengusap punggung tangan Jinan, ia tersenyum pilu saat Jinan menatapnya.

"Kakak yang sabar ya. Sebelum Kakak menikah, Kakak selalu bilang sama aku 'kan, bahwa Allah itu selalu memiliki rencana lain yang tidak pernah terpikirkan oleh hambanya? Dan rencana Allah pasti lebih baik dari segala rencana terbaik manusia sekalipun."

Jinan menatap Ria terkejut, ia bahkan terlupa akan kebaikan Allah padanya hanya karena kesedihan yang tidak bisa ia kontrol.

"Aku yakin, Kak. Saat ini Allah pasti sedang merencanakan sesuatu yang luar biasa untuk Kakak. Kakak harus semangat menunggu hari itu. InsyaAllah aku akan selau ada di samping Kak untuk menyaksikan proses kebahagiaan yang Allah berikan untuk Kakak," ucap Ria dengan berderai air mata.

Jinan tersenyum haru akan perkataan Ria, ia memeluk Ria erat, meluapkan rasa bangganya pada wanita yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya itu.

Cukup lama mereka menangis dengan berpelukan, kini Ria melepas pelukannya dengan tersenyum.

"Kakak mau periksa sekarang?" tanya Ria penuh harap.

"Kakak akan memeriksanya ke dokter minggu depan, Ri. Saat ini Kakak harus menguatkan diri Kakak terlebih dahulu. Jikalau memang Kakak hamil, kakak tidak mau anak di dalam kandungan Kakak ini tidak bisa Kakak terima dengan tulus hanya karena kesalahan ayah biologisnya."

Ria mengangguk mengerti. "Semoga semuanya baik-baik saja ya, Kak. Aku yakin Kakak pasti bisa melewati semua ini dengan baik."

Jinan tersenyum manis, semoga saja ia kuat menjalani semua ini.

"Pusingnya udah reda?" tanya Ria.

"Udah, ayo kita berangkat," ucap Jinan lalu beranjak dari duduknya.

"Biar aku yang bawa motornya ya, Kak. Please jangan menolak," ucap Ria cepat di akhir kalimat, ia menarik kunci motor di tangan Jinan, lalu menaiki motor matic legend berwarna hitam itu.

******

Like, Coment, and Vote 💕

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

Jinan, you have to patience 🙏

2023-06-14

0

eny wijayanti

eny wijayanti

yang sabar ya jinan

2023-04-17

0

Dhina ♑

Dhina ♑

💃💃💃💃💃💃💃7in1

2021-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!