Bab. 2

Jinan meneteskan air matanya. Telinga Jinan kini terasa sakit saat suara-suara aneh mulai terdengar dari dalam kamar yang biasa ia tempati bersama Romi. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya Jinan memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar itu.

Sedetik kemudian, suara-suara aneh tersebut lenyap seketika. Jinan kembali mengetuk pintu kamarnya, ia tidak berani membuka pintu itu begitu saja. Ia tidak sanggup jika apa yang ia bayangkan, terlihat oleh mata kepalanya sendiri.

"Siapa?" teriak Romi dari dalam sana saat Jinan kembali mengetuk pintu.

"Mas," seru Jinan gugup.

Tak ada sahutan dari dalam sana. Jinan diam sejenak sebelum kembali berucap.

"Mas, aku sudah tahu semuanya. Maaf, aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu," seru Jinan disertai isakan kecil yang tak dapat ia tahan.

Masih tak ada sahutan dari dalam sana. Jinan bahkan bingun harus apa sekarang. Ia ingin pergi dari sana, tapi ingatannya akan driver ojol yang masih menunggu di depan sana dan hutang sayuran pada bude Wati -pemilik warung sayur- membuatnya mau tak mau harus tetap berada di sana dan mengetuk pintu kembali sampai Romi datang membuka pintu.

"Mas, aku minta tolong. Tolong ambilkan dompetku yang ada di laci nakas. Aku mohon, setelah ini aku akan pergi."

Jinan berdiam di depan pintu, masih menunggu suaminya itu keluar. Beberapa menit kemudiam, handle pintu itupun bergerak. Terlihat Romi yang keluar kamar dengan hanya mengenakan boxer hitam serta bertelanjang dada.

Jinan menundukkan kepalanya saat melihat sosok suaminya yang keluar kamar dengan setengah tel4njang. Ia tidak berani melihat ke arah suaminya ataupun ke arah celah pintu kamar karena ia tidak ingin melihat sesuatu yang akan membuatnya mual lebih dari apa yang ia dengar beberapa menit lalu.

"Jinan," panggil Romi.

"Dompetnya?" pinta Jinan dengan menadahkan telapak tangannya di depan dada Romi tanpa menatap wajah pria tersebut.

Romo memberikan dompet Jinan pada empunya. "Jinan, maafkan aku."

"Maaf Mas, aku buru-buru. Assalamu'alaikum," pamit Jinan tanpa menatap wajah Romi sedikitpun.

"Wa'alaikumsalam," sahut Romi pelan sembari menatap Jinan hingga wanita itu menghilang dibalik anak tangga.

Jinan mengusap air matanya yang membasahi pipi, hatinya sangat sakit saat mendengar semua itu dari telinganya sendiri. Baru saja ingin memulai untuk mencintai, tapi rasa sakitnya karena dikhianati sudah teramat perih seperti ini, bagaimana jika ia sudah benar-benar mencintai pria itu? Ia tidak bisa membayangkannya. Beruntungnya ia yang belum sepenuhnya jatuh ke dalam cinta Romi yang salah ini.

Jinan kembali menghapus air matanya yang membasahi pipi. Ia tidak ingin menangisi sesuatu yang jelas tak pantas untuk ia tangisi.

"Tolong antar saya ke lokasi penjemputan tadi, Pak. Saya akan bayar dua kali lipat," ucap Jinan setelah berada di depan driver ojol tersebut.

Sepanjang perjalanan Jinan terlihat melamun, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan atas hidupnya kedepan nanti. Berpisakah? Secepat ini? Baru saja ingin merasa bahagia, tapi takdir seolah tak mendukung Jinan untuk bahagia sekarang. Apakah ia tak pantas merasakan kebahagiaan?

Jinan memijit pelipisnya, pikiran-pikiran buruk kini mulai melayang indah di kepala Jinan, namun sedetik kemudian ia beristighfar atas semua pikiran buruknya itu.

"Astaghfirullah," gumamnya pelan nyaris tak bersuara.

Jinan kembali menjatuhkan air matanya. Jinan menangis bukan karena perbuatan kotor Romi, ia menangis melainkan karena menyesal karena sempat berpikir untuk menyalahkan Allah atas kejadian buruk yang menimpanya.

Setiba di depan rumah peninggalan orang tuanya, Jinan tak langsung masuk ke dalam rumah, ia mampir ke rumah Wati -pemilik warung sayur- untuk membayar belanjaan yang belum dibayarnya.

"Makasih ya, Jinan."

Jinan menganggukkan kepalanya. "Jinan pulang dulu ya, Bude. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Jinan terlihat tak bersemangat berjalan menuju rumahnya. Ia menghela nafas saat teringat kembali pada perkataan Romi tentang dirinya yang hanya sebagai mainan bagi pria itu.

Setiba di rumah, Jinan mengunci pintu dari dalam, lalu ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari memejamkan matanya.

"Lagi-lagi aku salah menilai," gumam Jinan dengan tertawa getir.

Cukup lama Jinan meratapi kesialannya, hingga sampai wanita berhijab hijau lumut itu mulai terlelap karena tak sanggup lagi menahan lelah.

...

Ketukan pintu dan suara teriakan seseorang dari luar rumah membangunkan Jinan dari tidur nyenyaknya. Wanita itu menggeliatkan tubuhnya, ia menyipitkan matanya saat suara seorang pria yang ia kenal terus memanggil namanya dari arah luar rumahnya.

"Hooaam."

Jinan membenarkan hijabnya yang berantakan karena tak sengaja dipakainya tidur tadi. Jinan berjalan menuju pintu masuk, saat pintu terbuka, terlihat sosok Romi yang berdiri di depan sana dengan tangan yang menggenggam tas kerjanya.

Jinan berdehem sejenak, lalu ia membuka pintu lebih lebar untuk mempersilahkan suaminya itu masuk.

Setelah Romi masuk dan mendudukkan tubuhnya di kursi kayu ruang tamu, Jinan menutup pintu dan menguncinya. Jinan berjalan hendak masuk ke dalam kamar, namun saat ia baru sampai meja ruang tamu, langkahnya terhenti karena Romi memanggilnya.

"Jinan."

Jinan menatap jam dinding sejenak. "Aku sholat dulu, Mas," ujarnya lalu meninggalkan Romi sendirian di ruang tamu.

Romi diam saja sembari memperhatikan Jinan yang mulai memasuki kamarnya. Tak lama dari itu, Jinan terlihat keluar kamar dengan hijab yang sudah terlepas dari kepalanya. Jinan berjalan menuju dapur tanpa menghiraukan Romi yang masih duduk di ruang tamu dengan ponsel pintarnya.

Enam menit kemudian, Jinan berjalan ke arah Romi dengan segelas teh hangat di atas piring kecil sebagai tatakan gelas.

Jinan meletakkan gelas teh itu di atas meja dan hendak meninggalkan Romi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Jinan," panggil romi dan berhasil menghentikan langkah kaki jinan yang baru berjalan beberapa langkah.

"Aku sholat dulu," ujar Jinan tanpa berbalik menatap Romi, kemudian ia melanjutkan kembali langkahnya.

Romi menghela nafasnya. Baru pertama kali selama ia mengenal Jinan, wanita itu bersikap cuek dan terkesan tak perduli seperti itu padanya. Padahal selama ini Jinan selalu bersikap ramah padanya meski ia tak pernah melihat wanita itu ceriah ataupun gembira. Dan sekarang, Jinan terlihat berubah setelah pertemuan mereka di rumahnya tadi siang.

"Maafkan aku, Jinan. Tak seharusnya aku mempermainkanmu seperti ini," gumam Romi pelan.

Romi menyeruput teh hangat buatan istrinya itu, lalu ia mengutak-atik kembali ponselnya sembari menunggu Jinan selesai sholat.

Setengah jam kemudian, Jinan terlihat keluar kamar dengan beberapa baju di tangannya.

"Jinan," panggil Romi dan berhasil menghentikan langkah Jinan yang hendak menuju dapur.

Jinan menoleh menatap Romi. "Aku mandi dulu, tubuhku sudah sangat lengket karena keringat. Kipas angin di dalam kamarku rusak."

Jinan kembali melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil handuk, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai mandi, saat Jinan membuka pintu kamar mandi, Jinan terkejut melihat Romi yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Kamu ngapain di sini, Mas?" tanya Jinan.

"Jinan, maafkan aku. Aku–"

"Mandilah dulu, tubuhmu sudah sangat bau," potong Jinan lalu berjalan meninggalkan Romi yang masih di depan pintu kamar mandi.

Romi hanya diam melihat istrinya yang benar-benar berubah itu. Ia menghela nafasnya lalu meraih handuk yang ada di dapur, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Selama Romi membersihkam tubuhnya di dalam kamar mandi, Jinan terlihat sibuk dengan membersihkan kamar bekas orang tuanya dulu untuk ditempati Romi malam ini. Mulai sekarang Jinan tidak akan lagi mau tidur satu kamar dengan Romi. Ia tidak mau tidur dengan pria yang sudah seenak jidat berbuat zina dengan wanita yang bukan mahramnya dan tega mempermainkannya.

******

Like, Coment, dan Vote 💕

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Good Jinan 👍👍👍

2023-10-19

0

Santi Rizal

Santi Rizal

bagus Jinan...cuekin terus si Romi biar tau rasa

2023-07-22

0

Neulis Saja

Neulis Saja

i agree with your attitude

2023-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19
20 Bab. 20
21 Bab. 21
22 Bab. 22
23 Bab. 23
24 Bab. 24
25 Bab. 25
26 Bab. 26
27 Bab. 27
28 Bab. 28
29 Bab. 29
30 Bab. 30
31 Bab. 31
32 Bab. 32
33 Bab. 33
34 Bab. 34
35 Bab. 35
36 Bab. 36
37 Bab. 37
38 Bab. 38
39 Bab. 39
40 Bab. 40
41 Bab. 41
42 Bab. 42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab. 66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab. 69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 SEKILAS :)
98 Bab. 97
99 Bab. 98
100 Bab. 99
101 Bab. 100
102 Bab. 101
103 Bab. 102
104 Bab. 103
105 Bab. 104
106 Bab. 105
107 Bab. 106
108 Bab. 107
109 FYI
110 UJIAN CINTA
111 CINTA DATANG TERLAMBAT
112 NEW STORY
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19
20
Bab. 20
21
Bab. 21
22
Bab. 22
23
Bab. 23
24
Bab. 24
25
Bab. 25
26
Bab. 26
27
Bab. 27
28
Bab. 28
29
Bab. 29
30
Bab. 30
31
Bab. 31
32
Bab. 32
33
Bab. 33
34
Bab. 34
35
Bab. 35
36
Bab. 36
37
Bab. 37
38
Bab. 38
39
Bab. 39
40
Bab. 40
41
Bab. 41
42
Bab. 42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab. 66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab. 69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
SEKILAS :)
98
Bab. 97
99
Bab. 98
100
Bab. 99
101
Bab. 100
102
Bab. 101
103
Bab. 102
104
Bab. 103
105
Bab. 104
106
Bab. 105
107
Bab. 106
108
Bab. 107
109
FYI
110
UJIAN CINTA
111
CINTA DATANG TERLAMBAT
112
NEW STORY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!