Sean kini tertunduk di dalam ruangan yang minim pencahayaan. sebuah ruangan rahasia di dalam rumahnya yang hanya Sean, Max, ayahnya dan beberapa pengawal yang tau. Ruangan yang selalu terawat dan rapi itu kini menjadi berantakan karena ulah Sean.
Sean menarik nafas dalam-dalam seakan oksigen di ruangan itu akan segera habis hingga dia harus menghirupnya dengan jumlah banyak. Emosinya masih belum terkendali padahal kaca di depannya telah hancur akibat tinjuan yang membuat darah mengalir di tangannya.
" Aku mencintai Calista." Sean berkata lirih dan berat, tidak bisa dia memilih antara Rose atau Calista. 2 wanita yang paling berharga dalam hidupnya. Rose yang penuh kelembutan dan kasih sayang harus benar-benar di jaga, sedang Calista wanita keras yang membuatnya hidup dan menumbuhkan cinta di hatinya dan kini tengah mengandung anaknya.
katakan bahwa Sean egois karena memang itulah faktanya dia tidak mau memilih salah satu. padahal salah satu di antara wanitanya sudah pasti akan terluka.
wanita mana yang sanggup di madu Rose pun pasti tak mau membagi cinta dengan yang lain begitupun Calista.
sudah hampir jam 4 sore tapi tak ada pergerakan Sean hendak bangun dari duduknya dia masih terdiam menghadap cermin yang sudah retak dan penuh darah tinjuan.
...***...
" Di mana Sean?" Rose bangun dari tidurnya dan memeluk dirinya sendiri. Perawat yang sedari tadi menemani Rose terlonjak kaget dan hendak menghampiri Rose.
" Menjauh dariku." suara ketakutan Rose kini semakin menjadi tatkala perawat itu semakin mendekat.
" Tenang nyonya Charles, tuan Sean sedang bekerja sebentar lagi tuan akan ke sini." perawat itu tersenyum dan berusaha menenangkan Rose yang ketakutan.
...***...
Calista terbangun dan merasakan sakit di perutnya namun masih bisa di tahannya.
" Wah, anak-anak mommy kuat sekali." Calista mengelus perutnya yang besar.
hingga sebuah deritan pintu hotel terbuka mengalihkan fokusnya ke arah seorang yang baru masuk. Lelaki itu bertopi dan membawa nampan makanan menaruhnya cepat ke atas meja hotel. berjalan ke arah Calista.
" Siapa kau?" Calista waspada ketika pria itu mendekat ke arahnya.
" Calvin." pupil mata Calista membesar terkejut tak percaya ketika melihat Calvin yang kini berada di depannya. Sahabat masa kuliahnya dulu sekaligus yang terdekat dengan keluarganya.
" Calista aku tau apa yang kamu lalui, aku disini membantumu untuk kabur dari Sean keparat itu. sudah cukup Sean memperlakukanmu semena-mena." terlihat rahang Calvin yang mengeras menahan emosi.
" Benarkah Calvin, darimana kau tau keberadaanku?" Calista kini memegang lengan Calvin membuat laki-laki itu memegang balik tangannya.
" Edward memberitahuku kau dalam bahaya." tiba-tiba lampu padam dan Calvin menarik tangan Calista.
" Diamlah, ikuti aku tutup mulutmu jangan hirup gas asap yang ada di luar." mereka melangkah pelan dengan pencahayaan minim. Calista bisa melihat beberapa pengawal Sean yang jatuh pingsan.
selamat tinggal Sean, selamat tinggal luka, selamat tinggal semuanya aku akan pergi untuk selamanya.. tak terasa bulir air mata kini jatuh dari pelupuk mata Calista ketika memasuki sebuah mobil hitam milik Calvin.
...***...
" Max apa yang harus aku perbuat sekarang?" Sean kini menatap Max seram namun Max menatap Tuannya merasa iba dan tak habis pikir. Sean selalu saja lemah dalam hal cinta itulah sebabnya Tuan William menyuruh Sean berhati-hati jika berhadapan dengan wanita.
" Tuan matamu sudah mulai kelelahan dan dirimu butuh istirahat sekarang." Max kini membalut luka Sean yang berdarah akibat kaca yang di depannya.
" Kau bodoh atau apa Max! aku meminta pendapat dan kau memberi saran sampah untukku." Sean kini menarik lengannya dari tangan Max. bertepat Max yang mengambil ponselnya yang bergetar di saku.
" cepat cari keberadaan mereka! " Ucap Max khawatir melihat wajah Sean yang menatapnya tajam.
" Calista di culik." Max menjawab membuat Sean terkejut dan langsung keluar ruangan terlihat wajahnya yang dingin dan marah siap membunuh orang yang berani menculik Calista.
" kerahkan semua anak buah untuk mencari Calista, temukan Calista di manapun dia berada." Sean berkata kepada Max yang berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Sean.
" lakukan perintahku sekarang." Sean berhenti dan menatap tajam Max sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
" baik Tuan." Max menghubungi anak buahnya dan menaiki mobil lain.
arah mereka berbeda namun tujuannya sama untuk menemukan Calista.
di lain sisi ada Rose yang melihat kejadian itu lewat balik jendela terlihat bulir bening yang mengalir di pipinya.
" Bukankah kau berbohong padaku?" Rose mengelap air matanya dengan senyuman yang di paksa sedang perawat yang tdi berucap terdiam di depan Rose menyaksikan hal yang baru saja di lihatnya.
" maafkan saya nyonya, saya mengira tuan Sean sedang bekerja." perawat itu tertunduk dan merasa bersalah telah membohongi Rose.
" lalu kenapa bisa Sean keluar dari rumah saat kau bilang dia sedang bekerja di kantornya?" Rose kini menatap kecewa kepada perawat itu.
...***...
" Vulsufatkum aku akan membunuhmu." Sean mengendarai mobil seperti orang kesetanan. siapa lagi dalang di balik semua ini kalau bukan organisasi licik yang telah mengancamnya 1 hari lalu.
" ku pastikan kau akan terbunuh di tanganku." Sean menelpon seseorang lewat earphone di telinga kanannya.
di lain Sisi Calista waswas sendiri kemana Calvin akan membawanya kali ini.
" Percayalah padaku Calista." Calvin bersuara ketika melihat wajah khawatir dari Calista.
" apa kau ingin benar-benar menjauh dari Sean, agar tidak ada lagi luka yang kau rasakan?" Calvin bersuara sesekali menatap mata Calista dalam hingga akhirnya Calista mengangguk. benarkah itu pilihan benar kenapa lagi-lagi Calista di terpal keraguan.
" Baiklah kita akan ke Indonesia, anakmu akan lahir di sana semua identitas mu harus berubah begitupun penampilanmu agar anak buah sean licik itu tidak bisa menemukan kita." Calvin membelokkan setirnya ke arah kanan membuat Calista sedikit berpegangan ke lengan Calvin karena terkejut. Calvin yang menengoknya hanya tersenyum dan kembali fokus ke arah jalan.
seharusnya Calista tidak perlu khawatir, Sean akan bahagia bersama Rose. Rose akan memberikan kenyamanan dan cinta untuk Sean. Dan Calvin tidak akan berbuat macam-macam padanya. Calvin adalah sahabat adiknya juga seorang yang dekat dengannya dulu.
" tenanglah, semuanya akan ku atur dengan hati-hati." Calvin bersuara memecah keheningan di dalam mobil dan pikiran Calista yang berkecamuk.
" Aku percaya padamu Calvin." Calista mengelus perutnya dengan berlinang air mata. Harusnya bahagia bukan menangis karena dia telah keluar dari kungkungan Sean yang begitu otoriter. seharusnya tertawa bukan air mata yang jatuh membasahi pipinya kini.
terima Calista terima, terima kenyataan bahwa kau tidak bisa bersama Sean, Sean bahagia bersama Rose jangan jadi penghancur.
Kepala Calista hampir pecah mendengar suara-suara yang ramai memenuhi pikirannya.
tangannya bergerak menutup kedua telinganya.
" Hentikan, hentikan!" teriak Calista membuat Calvin menghentikan mobilnya secara mendadak perubahan Calista membuatnya khawatir terhadap wanita yang ada di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Milka djiya
Thor kapan sih update nya masih setia nunggu loh 😭
2022-09-04
0
Indrianidzelin syekhalidrus
Thor kapan update nya ?? udah lama loh nggak update
2022-07-26
1
Krisnaldi Andri
lanjut thor
2022-02-25
1