Eleventh

dengan sigap Sean mengangkat Calista ke ranjang dan meneriaki Jakson untuk masuk ke kamarnya. Jakson yang melihat kejadian itu terkejut namun dengan sigap langsung memeriksa Calista.

" Jakson apa yang terjadi dengan wanitaku?" Kini Sean panik ketika Calista mulai menggenggam erat lengannya.

" Jangan Panik Tuan Sean, biarkan saya memeriksanya dulu." Jakson hendak memegang Calista namun langsung di tepis oleh Sean.

" Jangan sentuh dia, panggilkan dokter perempuan untuk memeriksa wanitaku." tatapan dingin sean membuat Jakson meneguk liurnya sendiri.

" Nyonya Calista harus di bawa ke rumah sakit." ucap Jakson yang melihat kondisi Calista pucat.

" persiapkan semua dokter terbaik di sana." perintah Sean yang tak bisa di gubris oleh Jakson.

Sean langsung mengangkat tubuh Calista dengan cepat, suara Sean menggema ke penjuru ruangan memanggil pengawalnya untuk menyiapkan pengemudi mobil semua orang di sana mendadak panik dan takut karena tingkah Sean.

" Tenanglah sayang." Sean berkata sangat lembut kepada Calista yang kini mulai di peluknya.

" anak-anak daddy yang kuat yaa." Sean menggenggam tangan Calista dan sebelah tangannya lagi mengelus perut Calista. Ketika sampai di rumah sakit terlihat semua perawat dan dokter berderet menunggu mereka juga terlihat Max yang langsung menginstruksi dokter perempuan untuk menangani Calista yang di bawa keruangan UGD.

Sean menunggu di luar ruangan Calista, dirinya mondar mandir dan sesekali menatap arlojinya.

" Sudah 1 jam lewat 47 menit Calista ada di dalam. Jika dokter-dokter di sini tidak bisa menangani wanitaku, aku akan memanggil dokter terbaik langsung untuk ke sini." Sean kini menatap tajam ke arah ruangan itu dan berbicara pada Max yang setia berdiri di dekatnya.

" Saya belum pernah lagi melihat anda panik seperti ini, apakah anda benar-benar mencintai wanita itu tuan?" Max kini menatap Sean penuh selidik namun ekspresinya masih saja datar.

Sean diam, dia juga tidak tau kenapa dirinya sangat panik jika berkaitan dengan kesehatan Calista juga kandungannya. Ada rasa takut jika kehilangan sosok wanita itu, apakah dirinya mencintai Calista segera di tepisnya pikiran seperti itu karena dalam kamus hidup Sean tidak ada yang namanya Cinta.

" Diam Lah Max atau kau akan kehilangan pekerjaanmu." Ucap Sean dingin dan berjalan duduk ke kursi tunggu.

" Baik tuan, maafkan saya." Max kini menundukkan sedikit tubuhnya ke arah Sean.

Dokter keluar dari ruang rawat Calista membuat Sean langsung berdiri.

" Maaf pak Sean, bisa saya berbicara dengan anda saja? " Dokter itu kini menatap Sean, ada rasa takut ketika berbicara dengan Ceo sekaligus pemilik rumah sakit di tempat dia bekerja.

" ada kabar buruk dan kabar baik yang mana yang ingin anda dengar duluan pak?" pertanyaan dokter wanita itu menguji kesabaran Sean.

" Kabar kematian mu! cepat katakan kabarnya sekarang! " Tatapan Sean mengintimidasi dokter yang terlihat terkejut itu dan mulai gugup.

" kabar baiknya anak dan istri anda masih bisa di selamatkan kali ini. tapi kabar buruknya kondisi mental dan kesehatan istri anda yang memburuk dan itu bisa berpengaruh pada kandungannya." dokter tersebut menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya.

" dan jangan melakukan hubungan intim terlalu sering, hindari tekanan-tekanan yang bisa membuat Ibu Calista stress, berikan perhatian khusus pada kesehatan dan pola makannya." lanjutnya dengan hati-hati takut jika Sean akan marah dengan perkataannya.

" ada lagi?" mata elang Sean membunuh wanita yang ada di hadapannya.

" ini saya berikan vitamin dan obat untuk ibu Calista." Dokter itu memberikan bungkusan vitamin dan obat kepada Sean dengan tangan bergetar yang langsung di ambil Sean. Sean berjalan ke luar ruangan tersebut membuat dokter itu menghela nafas lega.

kini Sean menatap Calista yang masih terpejam lelah, tangannya bergerak untuk mengelus kepala wanita itu. Luka di lengan Calista akibat ulahnya sudah di perban oleh dokter. Ada sedikit rasa bersalah di hati Sean namun Sean enggan mengakuinya.

dengan pelan Sean mengecup kening Calista dan mengelus perut besar Calista. ada rasa tenang ketika Sean mengelus anaknya yang ada di dalam kandungan Calista.

Setelahnya Sean langsung meninggalkan Calista yang masih tertidur dengan infus yang ada di tangan wanita itu.

" Max, perketat penjagaan di ruangan Calista." Ucap Sean yang langsung menaiki mobilnya dan meninggalkan Rumah Sakit.

...***...

" Bagaimana kondisi bayimu?" Seorang lelaki duduk di sebuah kursi sambil menyesap rokok di mulutnya, wajahnya tak begitu nampak karena di tutupi topi dan juga kondisi pencahayaan yang kurang memadai di ruangan itu.

" Masih bisa di selamatkan." Ucap Sean yang tengah duduk dan menatap lelaki itu dengan datar dan dingin.

" baguslah karena Organisasi ini membutuhkan penerus." lelaki tua itu menghembuskan nafasnya hingga asap rokok memenuhi sekitarnya.

" Yang terpenting bayinya jika kau tidak suka ibunya kau bisa membunuhnya setelah melahirkan." Lelaki tua itu berbicara dengan santainya yang hanya di pentingkan nya adalah penerus Organisasi Blood of cruelty organisasi ilegal pembunuhan terbesar di eropa yang telah berdiri sejak 30 Th. tatapannya ke arah dinding yang penuh dengan senjata dan alat-alat mematikan juga panah merah kecil yang menusuk beberapa titik negara di peta dinding yang memiliki rahasia kelam di setiap panahnya membuat ekspresi Sean semakin serius. Ada rasa tak terima ketika ayahnya mengatakan kalimat terakhir yang di lontarkan padanya.

" Aku bisa mengaturnya ayah." Sean kini menyesap alkohol yang ada di meja kecil di depannya.

" Aku percaya padamu, aku harap kau tidak akan terjebak cinta, karena cinta yang akan membunuhmu secara berlahan." Lelaki itu yang tak lain adalah William Charles. Ayah Sean sekaligus pemimpin paling Utama organisasi yang sangat di takuti oleh Organisasi Ilegal lainnya kini lelaki tua itu pergi meninggalkan Sean yang bersandar di sofa.

" I know." Sean menghabiskan alkohol yang ada di gelas kecilnya pikirannya jauh memikirkan Calista. Bagaimana kondisi wanita itu sekarang apakah wanita itu sudah sadar atau belum. kehamilan Calista adalah sebuah kesalahan yang di lakukan Sean tanpa sadar. Walaupun Sean pernah tidur dengan beberapa wanita Sean tak pernah ceroboh seperti bersama Calista dan menyemburkan ****** nya ke dalam rahim wanita itu. tanpa sadar senyumnya merekah ketika mengingat wajah Calista pertama kali di bar, wanita itu terlihat kacau dan berantakan dari kejauhan raung nya terlihat sangat kecewa berat ketika di kecewakan kekasihnya. Sean memperhatikan dan mengamati setiap gerak gerik Calista waktu itu, hingga Calista sendiri yang datang padanya dan menggodanya seperti ****** lainnya.

ada rasa ingin cepat-cepat kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi Calista dan memperhatikan wanita itu dari dekat. Sean meraih ponselnya dan membuka galeri memperhatikan foto wajah Calista yang di ambilnya secara diam-diam waktu itu. Wajahnya yang dingin kini sedikit tersenyum walaupun tak kentara.

Jangan Lupa Vote dn Comment🤗

Terpopuler

Comments

Cerita Aveeii

Cerita Aveeii

keren kak semangat.

2021-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!