Fifteenth

Calista memandang wajahnya yang telah dipolesi make up oleh perias suruhan Sean, dress panjang merah lengan panjang yang membentuk lekuk tubuhnya menambahkan kesan anggun dan elegan dengan kerah oval lebar. Gulungan rambut yang simple membuat Calista lebih terlihat dewasa sekarang.

Tanpa sadar Sean kini tak berkedip memperhatikan wajah Calista dari pantulan cermin.

" you're so Beautiful tonight." Ucap Sean yang kini berada di belakang Calista tangannya berlahan bergerak memasangkan kalung berlian yang indah ke leher Calista.

" Sean apa kau ingin menyogok ku malam ini dengan kalung berlian, agar aku diam saat di luar nanti tanpa membicarakan tentang bagaimana kelakuanmu terhadapku." Calista kini memukul wajah Sean dengan buku tebal yang berada di samping cermin.

" Calista beraninya kau!" Sean menggertak kan giginya. Penghinaan untuk pertama kali di hidupnya ada seorang yang berani memukul wajah tampannya dengan buku dan itu adalah Calista.

" Cepatlah Sean kita keluar, aku sudah tidak sabar melihat kembali dunia luar." Ucap Calista meninggalkan Sean yang masih dalam mode kesal menatap dirinya di pantulan cermin.

Dengan Kesal Sean masuk ke dalam mobil yang di kemudi supirnya. Ada Calista yang sudah duduk manis di sampingnya.

" Sean." Calista menyandarkan kepalanya di bahu Sean membuat kekesalan Sean musnah seketika dan langsung merangkul bahu Calista memberikan kasih sayang yang jarang Sean tunjukkan. baru beberapa menit terdengar dengkuran halus dari Calista mungkin wanita ini kelelahan karena bermain di taman rumahnya hingga sore. Tangan Sean mengelus pelan perut Calista. Tatapan Sean tidak bisa di jelaskan ketika menatap perut wanitanya kali ini. Otaknya bersarang penuh dengan pilihan dan konsekuensi. Haruskah Sean memusnahkan anaknya sendiri agar tidak menjadi ancaman untuknya di kemudian hari. Banyak musuh yang akan menjadikan anak itu kelemahan Sean.

Sean tidak ingin hal itu terjadi kembali dalam hidupnya. Ketika seorang musuh membunuh Wanita yang dicintainya bersama anaknya yang masih dalam kandungan kala itu, memanfaatkan keadaan dan mengambil seluruh kekuasaan Sean seketika hingga William lah yang bertindak cepat untuk mengatasi kekacauan yang terjadi.

" Maafkan Dady sayang." Sean mengelus perut Calista dan mencium kening wanita yang ada di pelukannya saat ini.

Di Pinggir Pantai.

" Calista bangun." Sean menepuk-nepuk pipi Calista cukup keras membuat Calista bergumam kesal dan membuka matanya.

" Ayo keluar." Calista tak sadar pergerakan Sean yang kini membukakan pintu untuknya dan Max kini berada di belakang Sean. Seketika Udara dingin pantai menerpa kulitnya yang hangat.

" wow aku sangat menyukai pantai, tapi sepertinya udaranya sekarang tidak mendukung." Ucap Calista membuat Max tegang. Matilah kau Max! Batin Max berbicara ketika Sean menatapnya tajam.

" Mari tuan saya antarkan." Kini Max berjalan ke arah ke pinggiran pantai terlihat sebuah meja dengan 2 kursi juga 4 tiang yang mengelilingi kawasan itu di hiasi kain tipis dan dekorasi-dekorasi romantis indah dari para dekorasi hias terkenal suruhan Sean. cahaya-cahaya lampu juga lilin yang di tutupi dengan rapi dan kaca bening tahan panas membuat tampilannya menjadi sangat mewah dan berkelas.

" Wow! Sean aku tak habis pikir dengan semua ini." Terlihat wajah Calista yang begitu bahagia dan sangat senang dan tanpa sadar memeluk Sean erat. Sean yang tak menyangka tingkah Calista yang seperti itu langsung membalas pelukan darinya.

pelayan yang memakai pakaian pramusaji kini satu persatu berbaris hingga sampai ke hadapan Calista dan Sean menaruh makanan-makanan enak di atas meja yang telah di sediakan.

" Tuan jika anda membutuhkan saya,segera hubungi saya, saya akan berjaga tidak jauh dari sini." Ucap Max yang langsung berlalu dari hadapan Sean ketika Sean mengisyaratkan Max untuk pergi.

Seketika suasana menjadi canggung, Calista terdiam begitupun Sean yang kini menatapnya serius dan datar.

" Mari kita makan." Sean kini mengambil sendok dan garpu nya begitupun Calista. Hanya suara nada yang romantis dari sebuah speaker kecil di sana dan deru angin pantai yang berhembus ke arah mereka.

" Apa kau baik-baik saja." Sean kini melihat Calista yang mulai memegang lengannya sendiri membuat Sean berdiri dan mendekat ke arah Calista yang kini menatapnya takut.

Sean melepaskan Jas ny dan langsung memasangkannya ke kedua bahu Calista.

" Calista aku menginginkanmu untuk terus berada di sampingku." Ucap Sean yang berjongkok di hadapan Calista dan memegang kedua tangan Calista lembut.

" Sean haruskah aku memberikan kesempatan kedua untukmu kali ini?" Ucap Calista menatap sedih wajah Sean.

" Hakmu. Jika kau tidak mau aku akan tetap memaksa." Ucap Sean membuat Calista mengubah ekspresinya menjadi kesal terhadap lelaki di hadapannya.

" Hmm.. Baiklah Sean aku memberikan kesempatan kedua untukmu. Karena setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua setelah melakukan kesalahan di kesempatan pertama." Itu bagi Calista tapi tidak dengan pemikiran Sean di Organisasi Ilegalnya kesempatan hanya sekali jika kau berkhianat konsekuensinya mati.

" Sean kakiku ingin merasakan pasir pantai." Ucap Calista yang kini menarik tangannya dari genggaman Sean dan melepas high heelsnya membuangnya ke sembarangan tempat, Calista berdiri dan berlari riang selayaknya anak kecil yang baru merasakan pantai.

" Kakimu sangat mirip dengan dia." Ucap Sean yang kini berada di samping Calista yang asyik memainkan jari kakinya di pasir, ombak sesekali menyapu kakinya membuatnya tambah bahagia.

" Dia?" Calista yang baru ngeh dengan ucapan Sean kini menatap lelaki itu meminta penjelasan lebih, Sedang Sean baru menyadari dengan ucapannya.

" Jelaskan Sean siapa yang kau bilang dia?" Kini Calista menghadap ke Sean yang juga menatapnya.

doar.. seketika mereka berdua menoleh dan melihat banyak orang beradu dengan senjata api membuat kaki Calista gemetar karena suaranya yang begitu memekik telinga. Sean sigap mengeluarkan Pistol di belakangnya dan merangkul Calista erat melindungi wanita itu dan mengajaknya segera pergi.

" Kau tidak bisa lari." 3 orang menghadang Sean dan Calista.

" Siapa kau gendut apa hakmu menghalangi kami, apa kau preman pantai ini!" Calista berucap dengan suara tingginya secara sarkastis.

" Wah baru sekali aku menemukan wanita yang tidak ada takut-takutnya. kedua Lelaki itu kini tertawa keras dan mengarahkan pistolnya ke arah Sean dan Calista.

" Sialan." Ucap Sean yang kini semakin erat merangkul Calista dan mengarahkan pistolnya ke lelaki itu.

" Tidak lama lagi kau akan kehilangan untuk kedua kalinya Tuan Sean yang kejam." Ucap Salah satu pria itu yang penuh kebencian ke arah Sean.

" Sekali kau berani melukai wanitaku, akan ku bunuh kau dan keluargamu!" Tegas Sean, mata elang Sean menatap tajam lelaki di hadapannya..

Doar... Suara peluru yang di lepas di hadapannya membuat Calista tak sadarkan diri..

Jangan Lupa vote dn Comment

kasih author semangat yaa dan ikutim terus ceritanya🤗

Terpopuler

Comments

Najwa Rahma

Najwa Rahma

bagus

2023-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!