"Apa memang aku harus mengulang lagi malam itu? Agar kau ingat apa yang kita lakukan pada malam bersejarah itu, Naya?" Arkha melangkah maju dengan pelan. Tatapan matanya tepat pada netra kehijauan itu. Bibirnya tidak henti-hentinya menampilkan sebuah seringai yang semakin membuat lawannya menciut.
"Tu-tuan...," Kanaya melangkah mundur, ketika Arkha melangkah maju. Dia takut jika pria ini benar-benar akan melalukan seperti apa yang diucapkannya.
"Kenapa? Hmm?" Arkha menyeringai, menatap intens ke arah Kanaya. Ia melangkah maju, tangannya sembari membuka kancingnya satu persatu hingga pada kancing terakhir. Kemudian melemparnya dengan asal ke udara. Kini terlihat jelas bentuk tubuh Arkha.
Napas Kanaya tercekat di tenggorokan. Dengan susah ia menelan salivanya. Bulir keringat mulai bermunculan di area dahi. Kanaya benar-benar takut dengan situasi saat ini.
"Tu-tuan... Apa yang Tuan lakukan?" Tubuh Kanaya tidak bisa bergerak lagi, saat ruang geraknya di kunci oleh kedua tangan Arkha.
Arkha menempelkan kedua tangannya di dinding, tepat berada di sisi kiri dan kanan tubuh Kanaya. Sehingga wanita itu tidak bisa kabur dari jangkauannya.
"Kenapa? Apa sekarang kau berubah pikiran?" Tanya Arkha dengan suara serak. Ia sengaja mendekatkan wajahnya pada Kanaya. Menghembuskan pelan napasnya tepat di depan bibir tipis milik Kanaya.
Awalnya Arkha hanya ingin bercanda dengan Kanaya. Berharap wanita itu akan berubah pikiran dengan tindakannya sekarang ini. Namun, ternyata dirinya juga tidak tahan dengan ujian di depannya saat ini. Tanpa memikirkan konsekuensinya, Arkha memajukan wajahnya, lalu mengecup singkat bibir Kanaya.
"Apa kau berubah pikiran, Nay?" Tanya Arkha dengan deru napas yang memburu. Matanya menyelami netra kehijauan milik Kanaya
Tubuh Kanaya membeku seketika. Apalagi pada saat Arkha mengecup bibirnya. Ada degupan aneh yang berasal dari dalam dadanya. Di tambah posisi mereka yang sangat dekat. Bahkan tubuh bagian depan mereka sudah saling menempel.
"Ta-tapi Tuan," Kanaya begitu sulit mengutarakan protesnya. Ini tetap tidak masuk akal menurutnya.
"Kalau begitu, kau memang memilih untuk mengulang kejadian pada malam itu, Nay," kilatan pemangsa terlihat jelas di mata Arkha.
Kemudian tangan Arkha bergerak, dalam hitungan detik tubuh Kanaya berpindah ke dalam gendongan Arkha. Dia menjerit karena kaget. Arkha mengangkat tubuhnya seperti mengangkat karung beras.
"Aakkhh... Tuan! Tolong turunkan Aku. Bagaimana kalau anakmu ini kejepit di dalam sana!" Protes Kanaya. Dia memukul mukul bahu Arkha.
Arkha tertawa kecil saat mendengar Kanaya berkata kalau anaknya kejepit di dalam perutnya. Bagaimana bisa ada anak, jika dirinya belum menabur bibit di dalam sana. Untuk pertama kalinya, Arkha merasa konyol dengan rencana yang ia miliki.
Arkha tetap melangkahkan kakinya menuju kamar yang terletak di lantai dua. Terdapat dua ruangan di lantai dua tersebut. Salah satu di antara dua ruangan itu, merupakan kamar milik Arkha.
Arkha masuk ke dalam rungan sebelah kanan, yang mana itu adalah kamarnya. Ia menyalakan lampu dengan cara menekan saklar yang terletak di sisi kiri pintu tersebut.
"Aawww!" Pekik Kanaya saat tubuhnya di banting ke atas kasur yang empuk oleh Arkha. "Pelan sedikit dong, Tuan!" Kesal Kanaya. Dia segera duduk untuk kemudian menjauh dari jangkauan Arkha. Akan tetapi pergerakan Kanaya dapat terbaca dengan mudah oleh mata Arkha.
"Aku bakalan pelan melakukannya," ucap Arkha yang kembali mengunci tubuh Kanaya. Ucapannya terdengar begitu ambigu di telinga Kanaya. Hingga membuat wanita itu bergidik ngeri. Jangan lupakan pula seringai yang terbit dari bibir pria berwajah Asia tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
ReD
Wkwkwwkwk kocak koplak 🤣
2022-11-11
1
Ney Maniez
🤭🤭
2022-10-24
0
buna Risma
awas kebablasan kha
2021-12-07
0