6. Memahami isi di hati.

Tiada manusia yang sempurna. Harap kebijakan dalam membaca..!!!!

Profesi dan pribadi manusia.. itu berbeda.

🌹🌹🌹

Fia menoleh ke sekitarnya, cafe panggung di puncak itu berbilik-bilik dan sarat akan privasi. Hanya ada tirai yang bisa di buka dan di tutup tanpa jendela disana.

"Ini bisa di buka dan di tutup Bang?" tanya Fia melihat bilik itu bisa di buka dan di tutup dengan tirai tebal sebagai pintu.

"Iya.." jawab Bang Sanca singkat. Matanya tak lepas memandangi Fia.

:

Sejak masuk tadi tak hentinya Fia mengoceh. Segala hal di tanyakan dan Bang Sanca pun menjawab sekenanya. Ia memang tipe pria yang tidak terlalu banyak bicara.

Beberapa saat setelah bicara, Fia bersin. Badannya sedikit menggigil tapi ia tidak mengatakannya pada Bang Sanca.

"Jadi perempuan itu nggak usah sok kuat" Bang Sanca memakaikan jaket yang sudah di lepas Fia.

Fia menatap mata Bang Sanca.

"Semua wanitamu kau perlakukan seperti ini?"

"Ini hal yang wajar dan tidak berlebihan. Apa salah kalau Abang melindungi dan menjaga wanita yang Abang sayang?"

"Berapa mantan Abang?"

"Apa itu penting? Semua hanya masa lalu" jawab Bang Sanca.

"Kamu sendiri??"

"Empat. Satu saat SD, satu lagi saat SMA, Bang Anjar dan Bang Dafa" jawab jujur Fia.

"Fia jujur Bang. Beda sama Abang"

"Anjar?? Lettu Anjar?? Anjar kharim??"

"Kok Abang tau?"

"Yang monyet saja kau hitung" celetuk nya.

"Kamu ini suka sama yang lebih tua ya??? Kenapa litting Abang kamu sikat semua???" tanya Bang Sanca mendadak kesal sekali mendengarnya.

Anjar?? Dia masuk markas bersama Dan Zaldi. Sedangkan aku di Batalyon bersama Dafa. Kenapa aku harus berhadapan dengan mantan-mantan Fia?

Tak lama pesanan Bang Sanca datang.

"Kamu mau tambah apalagi? Abang baru pesan minum"

"Iihh.. Fia nggak suka susu.."

"Ini puncak dek, dingin..!! Kamu nggak tahan udara dingin. Kalau sampai pingsan, Abang lempar kamu dari sini..!!" ancam Bang Sanca membuat bibir Fia manyun karena tidak bisa menjawab lagi.

"Susah sekali aturannya, biasa di garang ya begini, nggak tau udara dingin"

Udara masih biasa saja, di jam makan siang. Tapi nampaknya Fia benar-benar tidak akrab dengan suasana puncak. Baru setengah jam lebih.. gadis itu sudah menggigil.

Bang Sanca meminumkan susu jahe tapi rasa menggigil Fia belum juga hilang. Terpaksa Bang Sanca membuka kaki lalu menarik pinggang Fia yang terasa ringan dalam genggamannya. Disandarkannya punggung Fia di dadanya lalu menyelimutinya dengan jaket, tak lupa kini Bang Sanca menutup rapat tirainya.

"Masih dingin?" tanya Bang Sanca. Tangannya yang menyilang mengusap kedua bahu Fia. Semerbak wangi parfum sungguh menggoda nalurinya. Apalagi kini dirinya merengkuh sosok yang belakangan menarik perhatiannya.

Fia menggeleng, baru kali ini ia di perlakukan seperti ini. Bang Dafa dan Bang Anjar tak pernah seberani ini memeluknya. Sungguh Bang Sanca adalah sosok paling berani dan yang paling menyebalkan yang pernah Fia temui.

"Abang nggak takut di hajar Papa kalau memperlakukan Fia seperti ini?"

"Kenapa harus takut? Abang lebih takut kalau tak bisa menjaga wanita" jawab Bang Sanca. Mata mereka berdua saling memandang.

Terus terang di antara semua mantannya hanya Rhea yang paling berkesan dan paling paling Bang Sanca jaga. Dulu sebelum bertemu Rhea.. dirinya memang sosok playboy dan tak pernah berpacaran lama. Hanya dengan Rhea saja ia bersikap lebih. Wajar karena saat itu mereka memiliki komitmen, namun dengan sadar diri.. dirinya membatasi semuanya. Bang Sanca takut terlupa jika terlalu dekat dengan seorang wanita apalagi usianya sudah matang dan pantas untuk menikah tapi ia tak tau. Kali ini segalanya berbeda cerita. Fia begitu mengusik pikiran dan hatinya.

"Apa Dafa dan Anjar memperlakukanmu seperti ini?" tanya Bang Sanca penasaran.

"Nggak Bang" jawab Fia.

"Masa sih?" bibir Bang Sanca sedikit mengecup bibir Fia. Ada penolakan yang pasti dari gadis itu dan jelas itu menimbulkan getar rasa kecewa di hati Bang Sanca.

"Fia nggak mau begini Bang..!!" ucapnya ingin pergi tapi tenaganya tak sekuat pria yang lebih mengeratkan dekapannya.

"Abang bukan Dafa ataupun Anjar. Abang juga pernah merasakan sakitnya karena sebuah pengkhianatan. Tidak semua pria b******k seperti monyetmu itu" ucapnya lembut.

Fia begitu tegang dalam dekapan Bang Sanca. Tubuhnya semakin gemetar. Bang Sanca menggigit kecil bibir manis gadis yang membuatnya lupa daratan. Kemudian melanjutkannya dengan begitu hangat meskipun tanpa balasan. Tangan Bang Sanca sudah tak terkontrol menyelinap dan menjelajah kesegala arah tapi kemudian ia mengepalkan jemarinya dengan kuat.

"Astagfirullah hal adzim.. maaf dek" Bang Sanca mengusap wajahnya dengan gusar. Ia bersandar memejamkan mata menenangkan batinnya yang bergejolak tak tentu arah.

Fia terdiam masih merasakan rasa manis dibibirnya bercampur aroma rokok yang begitu lekat. Di dadanya masih ada rasa berdesir yang tidak ia pahami.

"Bang.. duduk disini perut Fia geli. Pindah ke tempat sebelah yuk..!!" ajak Fia.

"Sepertinya Abang salah membawamu ke puncak.. Fia" ucap Bang Sanca.

"Kita pulang saja ya..!!"

"Fia suka disini Bang. Abang pulang saja, Fia ingin menikmati weekend disini karena nggak pernah main ke puncak"

Astaga.. gadis selugu ini mau tinggal di puncak sendirian. Apa jadinya kamu dek???

"Ya sudah Abang temani. Tapi sekarang kita cari makan di tempat lain. Disini bahaya.." kata Bang Sanca.

"Iya Bang.. takut ambruk" jawab Fia dengan polosnya.

Bang Sanca menepuk dahinya.

"Abang yang ambruk neng" gumamnya pelan.

-_-_-_-_-

Fia benar-benar menikmati harinya seakan lupa dengan masalah yang ia hadapi sedangkan Bang Sanca terombang-ambing tak bisa menerka apa yang sedang dirasanya saat ini. ***** atau........

"Ini daun apa Bang? Luas sekali?"

"Daun teh"

"Oohh.. ini namanya daun teh. Kita cari ulatnya Bang" ajak Fia sambil menunduk mencari binatang yang biasanya di takuti wanita.

"Buat apa??"

"Mau di abadikan terus jadi foto profil" jawab Fia.

"Halaaah aneh-aneh aja kamu. Lebih baik kamu pajang foto Abang. Butuh ular khan??" ucap Bang Sanca sekenanya.

Fia mematung tapi kemudian mengikuti langkah Bang Sanca.

Hari menjelang magrib, mereka harus segera mencari penginapan karena tidak mungkin mereka tidur di jalanan.

...

"Ini penginapan terakhir, karena kita nggak pesan kamar.. semua penginapan di puncak sudah penuh. Hanya tinggal satu kamar. Kamu keberatan??" tanya Bang Sanca sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjuk pukul delapan malam.

Saat Bang Sanca menoleh, Fia sudah meremas dadanya.

"Saya ambil kamarnya mbak..!!" Bang Sanca memutuskan tanpa banyak bertanya.

:

"Kamu kenapa dek??" tanya Bang Sanca saat Fia sudah sedikit lebih baik. Setengah jam merawat Fia dengan air hangat akhirnya gadis itu baikan juga.

"Fia.. punya asma Bang. Alergi dingin"

"Astagfirullah dek.. kenapa kamu nggak bilang???? Mana obatmu??" Bang Sanca mulai panik melihat Fia masih merasa kedinginan. Bang Sanca pun memeluknya menghangatkan tubuh Fia.

"Nggak bawa Bang" mata Fia menatap kedua bola mata Bang Sanca dalam-dalam. Tangannya yang melingkar di pinggang Bang Sanca sungguh ujian berat bagi pria itu.

Tak ada pilihan lain bagi Bang Sanca. Jujur ia akui dirinya terjebak dalam situasi yang sulit. Berhadapan dengan gadis sepolos Fia membuat tekanan batin tersendiri bagi Bang Sanca.

"Terserah kamu mau bilang apa. Resiko Abang tanggung setelahnya" pikiran dan hati Bang Sanca berperang hebat.

Bang Sanca mengulang kembali apa yang ia lakukan di cafe. Serangan dari Bang Sanca yang tiba-tiba membuat Fia berkedip-kedip. Tangannya yang lincah pun sempat melepas pengait di belakang punggung Fia. Nafas Bang Sanca sudah memburu. Ia menginginkannya dan sangat ingin melepaskannya dan sudah nyaris membebaskan anak buah dari perangkap. Si cantik Fia berontak sampai menangis takut karena ulahnya.

Sesaat kemudian ia menghantam sandaran ranjang dengan kuat kemudian duduk dan sedikit menghindari Fia. Ia tidak ingin menaikan n***unya menjadi sebuah alasan untuk menghalalkan semua.

Bang Sanca memilih menjauh, menyambar rokok dan membuat kopi untuk menemani malamnya tanpa menoleh pada Fia yang syok setengah mati dengan perlakuan Bang Sanca.

:

Hingga hari menjelang pagi. Bang Sanca masih duduk di balkon kamar menikmati kelap kelip lampu pegunungan. Ia membolak-balik hati dan pikirannya.

Apakah perlu bagi kita berlama-lama saling mengenal, sedangkan bertahun tahun aku mempertahankan Rhea malah berakhir luka. Sakit ini begitu terasa di hatiku Rhea. Sekarang aku mengenal Fia. Aku tidak bisa menerka.. ini cinta pada pandangan pertama karena jodoh dari Tuhan atau hanya karena na*su belaka. Yang jelas saat ini hati dan pikiran ku penuh dengan kamu Zafia.

...

Pagi sudah tiba.

Fia sudah cantik sekembalinya Bang Sanca dari toko kecil di hotel itu untuk membeli rokok. Aura canggung nampak dari mereka berdua. Bang Sanca berdehem membuka percakapan di antara mereka.

"Semalam.. Abang yang salah sudah membuatmu takut"

Fia mengangguk tanpa berani menjawab.

"Sekembalinya dari sini.. Abang lamar mau ya..!!" tanya Bang Sanca serius.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah gitu dong,Udah pernah sama2 terluka dan kecewa,Semoga aja setelah kalian bisa menjaga hati dan pasangan masing-masing..

2024-02-21

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lamanya berpacaran tdk menjamin akan berjodoh..mending pacaran serelah menikah..

2024-02-21

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Sanca pria dewasa,tidur satu kamar dan satu ranjang,mana bisa kek gitu,Mending nikah aja takut lama2 kebablasan,Sama2 terluka dan sama2 di khianatin,Pasti mereka akan tau arti setia setelah ini dengan pasangan..

2024-02-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Buruk dari yang terburuk.
2 2. Pertengkaran.
3 3. Kenyataan.
4 4. Sama-sama.
5 5. Kata hati.
6 6. Memahami isi di hati.
7 7. Celaka salah sangka.
8 8. Secepat inikah?
9 9. Lebih parah dari ujian Nasional.
10 10. Biar mengalir apa adanya.
11 11. Bertengkar hebat.
12 12. Baikan.. marah lagi..
13 13. Lalu harus bagaimana?
14 14. Jalan kehidupan.
15 15. Pengalaman pertama.
16 16. Ancaman.
17 17. Tak disangka.
18 18. Resiko dadi bapak.
19 19. Saat bersamamu.
20 20. Kesal.
21 21. Terbuka.
22 22. Demi bumil.
23 23. Tegang.
24 24. Pejuang.
25 25. Gara-gara kebobolan.
26 26. Ketar-ketir.
27 27. Terganggu kisah masa lalu.
28 28. Tertampar.
29 29. Zafia ku.
30 30. Gemas.
31 31. Ekstra menjaga bumil.
32 32. Sayang...!
33 33. Di luar perkiraan.
34 34. Di luar perkiraan ( 2 ).
35 35. Karma "dosa" masa lalu.
36 36. Memulai membujukmu kembali.
37 37. Memulai membujukmu kembali ( 2 ).
38 38. Di kunci dulu.
39 39. Tak ada pilihan lain.
40 40. Persiapan
41 41. Kelabakan.
42 42. Tak rela.
43 43. Melepas pedih.
44 44. Ribet dan ribut.
45 45. Tak bisa santai.
46 46. Marah.
47 47. Dasar buaya..!!.
48 48. Ulah bumil bikin ketar ketir.
49 49. Hukuman yang pantas.
50 50. Salah lagii..!!
51 51. Cemburunya Kapten Sanca ( 1 ).
52 52. Bikin masalah baru.
53 53. Luka hati.
54 54. Tekanan berat.
55 55. Kisah baru denganmu.
56 56. Cintanya Abang Sanca.
57 57. Berusaha tabah.
58 58. Pernyataan Fia.
59 59. Cemburunya Kapten Sanca ( 2 ).
60 60. Menuju jadi pengantin.
61 61. Hampir berantakan.
62 62. Hati yang panas.
63 63. Pergi.
64 64. Menginjak tempat baru.
65 65. Playboy pembawa musibah.
66 66. Perlahan bangkit
67 67. Kesalnya Bang Sanca.
68 68. Adaptasi lingkungan.
69 69. Gara-gara kamu..!
70 70. Biang masalah.
71 71. Selesai ribut.
72 72. Terganggu.
73 73. ABG labil.
74 74. Ada apa?
75 75. Jawaban yang tepat.
76 76. Berbagi kasih dengan mu.
77 77. Dunia dalam satu titik.
78 78. Tegangnya Bang Sanca.
79 Legenda pada jamannya
80 79. Luar biasa.
81 80. Rumah tangga yang manis.
82 81. Bukan beban biasa.
83 82. Tanggung jawab.
84 83. Sayang tak terucap.
85 84. Cinta Tuhan dalam hitungan jam.
86 85. Bersabar dengan kenyataan.
87 86. Mencari jalan terbaik.
88 87. Besarnya rasa cinta.
89 88. Cerita keluarga.
90 89. Kejutan indah.
91 90. Drama kedatangan.
92 91. Baru satu hari.
93 92. Senam jantung.
94 93. Hari yang menegangkan.
95 94. Tidak aman sepenuhnya.
96 95. Artinya rasa cinta.
97 96. Menyimpan amarah.
98 97. Hari yang membuat pusing.
99 98. Hanya bisa 'nyebut'.
100 99. Kesal sendiri.
101 100. Ribet urusannya.
102 101. Masalah rumah tangga.
103 102. Cara kerja.
104 103. Kejelasan.
105 104. The power of Fia.
106 105. Hasil dari kerja keras.
107 106. Ada cemas.
108 107. Hampir mati.
109 108. Di selesaikan.
110 109. Gara-gara mulut.
111 Curhatan seorang author receh.
112 110. Bisa panik juga.
113 111. Sebuah permintaan.
114 112. Batal romantis.
115 Nara kecewa.
116 113. Harus impas.
117 114. Masalah tak di sengaja.
118 Dari Nara.
119 Cek..
120 115. Akibat melow nya Bang Sanca.
121 116. Belum bebas perkara.
122 117. Petaka.
123 118. Pahlawan kesorean.
124 119. Hanya ada disini.
125 120. Kurang sigap.
126 121. Cerita kecil.
Episodes

Updated 126 Episodes

1
1. Buruk dari yang terburuk.
2
2. Pertengkaran.
3
3. Kenyataan.
4
4. Sama-sama.
5
5. Kata hati.
6
6. Memahami isi di hati.
7
7. Celaka salah sangka.
8
8. Secepat inikah?
9
9. Lebih parah dari ujian Nasional.
10
10. Biar mengalir apa adanya.
11
11. Bertengkar hebat.
12
12. Baikan.. marah lagi..
13
13. Lalu harus bagaimana?
14
14. Jalan kehidupan.
15
15. Pengalaman pertama.
16
16. Ancaman.
17
17. Tak disangka.
18
18. Resiko dadi bapak.
19
19. Saat bersamamu.
20
20. Kesal.
21
21. Terbuka.
22
22. Demi bumil.
23
23. Tegang.
24
24. Pejuang.
25
25. Gara-gara kebobolan.
26
26. Ketar-ketir.
27
27. Terganggu kisah masa lalu.
28
28. Tertampar.
29
29. Zafia ku.
30
30. Gemas.
31
31. Ekstra menjaga bumil.
32
32. Sayang...!
33
33. Di luar perkiraan.
34
34. Di luar perkiraan ( 2 ).
35
35. Karma "dosa" masa lalu.
36
36. Memulai membujukmu kembali.
37
37. Memulai membujukmu kembali ( 2 ).
38
38. Di kunci dulu.
39
39. Tak ada pilihan lain.
40
40. Persiapan
41
41. Kelabakan.
42
42. Tak rela.
43
43. Melepas pedih.
44
44. Ribet dan ribut.
45
45. Tak bisa santai.
46
46. Marah.
47
47. Dasar buaya..!!.
48
48. Ulah bumil bikin ketar ketir.
49
49. Hukuman yang pantas.
50
50. Salah lagii..!!
51
51. Cemburunya Kapten Sanca ( 1 ).
52
52. Bikin masalah baru.
53
53. Luka hati.
54
54. Tekanan berat.
55
55. Kisah baru denganmu.
56
56. Cintanya Abang Sanca.
57
57. Berusaha tabah.
58
58. Pernyataan Fia.
59
59. Cemburunya Kapten Sanca ( 2 ).
60
60. Menuju jadi pengantin.
61
61. Hampir berantakan.
62
62. Hati yang panas.
63
63. Pergi.
64
64. Menginjak tempat baru.
65
65. Playboy pembawa musibah.
66
66. Perlahan bangkit
67
67. Kesalnya Bang Sanca.
68
68. Adaptasi lingkungan.
69
69. Gara-gara kamu..!
70
70. Biang masalah.
71
71. Selesai ribut.
72
72. Terganggu.
73
73. ABG labil.
74
74. Ada apa?
75
75. Jawaban yang tepat.
76
76. Berbagi kasih dengan mu.
77
77. Dunia dalam satu titik.
78
78. Tegangnya Bang Sanca.
79
Legenda pada jamannya
80
79. Luar biasa.
81
80. Rumah tangga yang manis.
82
81. Bukan beban biasa.
83
82. Tanggung jawab.
84
83. Sayang tak terucap.
85
84. Cinta Tuhan dalam hitungan jam.
86
85. Bersabar dengan kenyataan.
87
86. Mencari jalan terbaik.
88
87. Besarnya rasa cinta.
89
88. Cerita keluarga.
90
89. Kejutan indah.
91
90. Drama kedatangan.
92
91. Baru satu hari.
93
92. Senam jantung.
94
93. Hari yang menegangkan.
95
94. Tidak aman sepenuhnya.
96
95. Artinya rasa cinta.
97
96. Menyimpan amarah.
98
97. Hari yang membuat pusing.
99
98. Hanya bisa 'nyebut'.
100
99. Kesal sendiri.
101
100. Ribet urusannya.
102
101. Masalah rumah tangga.
103
102. Cara kerja.
104
103. Kejelasan.
105
104. The power of Fia.
106
105. Hasil dari kerja keras.
107
106. Ada cemas.
108
107. Hampir mati.
109
108. Di selesaikan.
110
109. Gara-gara mulut.
111
Curhatan seorang author receh.
112
110. Bisa panik juga.
113
111. Sebuah permintaan.
114
112. Batal romantis.
115
Nara kecewa.
116
113. Harus impas.
117
114. Masalah tak di sengaja.
118
Dari Nara.
119
Cek..
120
115. Akibat melow nya Bang Sanca.
121
116. Belum bebas perkara.
122
117. Petaka.
123
118. Pahlawan kesorean.
124
119. Hanya ada disini.
125
120. Kurang sigap.
126
121. Cerita kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!