"Kita mau kemana om??" tanya Fia.
"Sekali lagi panggil Om.. saya lempar kamu dari atas jembatan ini" ancam Bang Sanca sambil melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Pegangan.. badan macam kertas HVS begitu, tertiup angin, bumi pun malas menerima"
plaakk..
Tangan Fia langsung menepak helm pria yang banyak bicara itu, ia pun langsung memeluk Bang Sanca.
"Duuhh.. aseem.." umpat Bang Sanca.
Denyut jantung Bang Sanca berdetak tak karuan padahal setiap membawa Rhea, ia tidak pernah seperti ini. Jiwa lelakinya muncul di saat yang tidak tepat.
Sadaar Sanca. Jangan punya pikiran macam-macam..!! Gadis menyusahkan ini anak komandanmu.
...
"Tempat apa ini Om? Eehh Bang"
"Ini tempat nongkrong Dafa. Kamu tetap di belakang saya. Disini bahaya.." kata Bang Sanca.
Fia menurut dan berjalan di belakang Bang Sanca. Tempat itu remang-remang dan seluruhnya adalah pria.
"Weeeehh.. Sanca bawa perempuan" ledek rekannya.
"Bisa join nih"
"Jangan macam-macam. Ini calon emaknya anak-anak. Mana Dafa??" tanya Bang Sanca sambil meneguk minuman setan di hadapannya sebagai 'tanda persahabatan'.
"Ada di belakang. Lagi ribut sama calonnya"
"Pas banget. Ayo dek..!!" Bang Sanca menggandeng tangan Fia mengikuti langkah Bang Sanca.
Baru beberapa langkah berjalan, sudah terdengar suara keributan dari arah belakang tempat yang lebih mirip rumah tua.
"Abang nggak sengaja Rhea.." jawab Bang Dafa.
"Sekarang Abang punya calon. Abang sayang sekali sama dia"
"Aku nggak nuntut Bang. Aku hanya mau bilang kalau aku hamil anak Abang?" kata Rhea.
"Kamu yakin nggak itu anak Abang. Jangan-jangan kamu main sama Sanca lalu minta pertanggung jawaban Abang"
Bang Sanca begitu geram mendengarnya tapi ternyata Rhea menanganinya lebih dulu.
plaaaakk..
"Aku memang salah Bang. Tapi aku hanya melakukannya sama Abang. Kalau Abang nggak mau anak ini.. ya sudah, aku pun bisa membesarkan dia tanpa Abang" jawab Rhea.
"Abang minta maaf Rhea. Abang hanya masih syok mendengar kenyataan ini. Abang sudah punya kekasih." ucap Bang Dafa kebingungan.
"Mereka bicara apa sih Bang?" bisik Dia di balik punggung Bang Sanca saat mereka berdua menguping pembicaraan Bang Dafa dan Rhea di balik pintu.
Kini hati Bang Sanca menjadi lebih sakit. Gadis barbar ini ternyata begitu polos. Ia jadi tidak tega menceritakan yang sebenarnya terjadi.
"Kamu kesana dan tanyakan sendiri apa yang terjadi" kata Bang Sanca. Fia menatap mata Bang Sanca dengan ragu.
"Tanyakan, biar hatimu tenang. Abang di belakangmu"
Fia melangkah ingin menanyakan kepastian pada Bang Dafa.
"Bang Dafa..!!"
"Fia?? Sama siapa kamu kesini? Tau tempat ini dari siapa??" tanya Bang Dafa terkejut melihat kedatangan Fia disana.
"Fia datang bersamaku" sahut Bang Sanca.
"Sanca.. kamu kenal Fia???"
"Dia siapa Bang?" tanya Fia tidak sabar mendapat penjelasan dari Bang Dafa.
Mulut Dafa rasanya ingin terkunci dan menyimpan semuanya tapi saat ini pasti Sanca sudah tau musibah ini, terlihat dari sorot matanya yang tajam dan penuh amarah.
"Dia Rhea. Calon istri Abang" jawab jujur Bang Dafa.
"Calon istri Bang??" tangis Fia langsung meleleh tapi dengan tegar ia langsung menghapusnya.
"Iya dek. Maafin Abang. Abang sungguh khilaf, tidak sengaja menghamili Rhea." Bang Dafa mencoba meraih tangan Fia tapi gadis itu menepisnya. Rhea pun menunduk merasa malu dan sedih sampai terjadi hal seperti ini.
"Abang nggak perlu minta maaf. Memang sudah seharusnya Fia yang sadar diri untuk tidak berharap terlalu tinggi. Usia Abang sudah dua puluh delapan tahun, sedangkan Fia baru tujuh belas tahun. Fia menyadari kekurangan Fia yang tidak bisa mengimbangi jalan pikiran Abang. Apalah Fia ini yang masih manja dalam pelukan Papa. Terima kasih atas empat tahun yang indah ini Bang. Terima kasih sudah mau menerima segala sifat kekanak-kanakan Fia yang begitu merepotkan" Fia berbalik dan berlalu pergi meninggalkan Bang Dafa dan Rhea.
Bang Sanca mengikuti langkah Fia, hanya tatapannya saja penuh ancaman mematikan pada Bang Dafa.
...
"Tempat apa itu, bau bet***ne" gumam Fia sibuk sendiri menghindari pandangan mata Bang Sanca yang terus menatapnya.
"Tempat kami para pria meluapkan kebodohan, mabuk..!!" jawab jujur Bang Sanca. Bisa-bisanya gadis itu menyamakan bau minuman keras dengan bau obat luka.
Fia mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah.
"Bisa minta tolong belikan Fia f***a? Fia juga pengen mabuk" ucapnya.
"Simpan saja uangmu itu. Dompet Abang jauh lebih tebal" jawab Bang Sanca lalu membelikan minuman pesanan Fia. Gadis barbar itu begitu menarik perhatian Bang Sanca.
Setelah minuman itu datang, Fia segera menghabiskannya. Matanya memerah menahan hujan yang akan turun.
"Apa faedahnya menahan tangis? Apa ingin wajahmu terlihat semakin jelek?" Bang Sanca sengaja meledek agar Fia tidak jadi menangis tapi ternyata ucapannya itu malah membuat gadis itu menangis.
"Fia memang jelek, pendek nggak seksi seperti perempuan itu. Puas Abang dengarnya???" Fia menunduk menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis sesenggukan.
Bang Sanca bingung harus bagaimana, selama ini ia asal menyentuh Rhea karena mantan kekasihnya itu tidak 'tertutup' tapi kini ia berhadapan dengan wanita yang menutup dirinya. Ada rasa cemas, was-was dan hati-hati. Bukan ia takut pada orang tua Fia, tapi ia lebih takut berhadapan dengan wanita yang berusaha menjaga dirinya.
"Butuh bahu Abang atau tidak?" tanya Bang Sanca hati-hati.
Fia langsung memeluk lengan Bang Sanca dan menangis sekuatnya.
"Fia ikhlas, tak mungkin ada pria yang benar-benar tulus menyukai anak-anak sepertiku. Fia yang salah karena terus berharap, bahkan Fia ikhlas memberi seluruh uang dari Papa Fia untuk membantu keluarga Bang Dafa, tapi hati ini sakit sekali Bang. Apa Fia jahat kalau mengingat hal itu? Apa Fia terlalu tamak?"
"Nggak dek, itu wajar. Kamu wanita yang hebat. Sudah jangan menangis lagi..!! Sayang air matamu. Lupakan rasa sakit itu"
Karena terlalu sedih, Fia sampai tak sadarkan diri.
"Fia.. dek..!!!!" Bang Sanca menepuk pipi Fia berkali-kali
"Duuhh.. mati aku, piye iki anake uwong"
Bang Sanca pun merebahkan Fia di atas rerumputan karena mereka sedang berada di atas bukit menatap hamparan lampu warna warni di malam hari.
"Bangun dek, Abang bisa di gampar papamu kalau kamu sampai ada apa-apa"
Setelah beberapa lama akhirnya Fia sadar juga.
"Alhamdulillah.. cepat bangun..!! Jangan bikin repot Abang..!!" kata Bang Sanca masih cemas.
"Ternyata tidak ada yang selembut Bang Dafa" ucap Fia lirih. Agaknya ia masih mengingat kebersamaannya dengan Dafa.
"Ya Tuhan. Jangan ingat dia lagi kenapa sih?? Tangisanmu nggak akan buat perut Rhea jadi kempes dan nggak akan merubah kenyataan kalau Dafa sudah menghamili wanita lain" Bang Sanca jadi tidak tega melihat keadaan Fia saat ini.
"Hamili Fia aja Bang..!! Fia pengen balas Bang Dafa" pinta Fia sambil menggoyang lengan Bang Sanca.
"Jangan macam-macam kamu ya. Sekali Abang sembur.. sembilan bulan mabuk terus kamu nanti. Ngomong kok ora di ayak, ngawur..!!!!"
"Abang berani nggak??" tanya Fia.
"Kamu ini nanya apa nantang????"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Susana Sari Sari
disembur bisa ular sanca bengkak mengko wetengmu Fia.....🤭🤭🤭🤣🤣🤣💜💜💜
2024-05-11
0
Yus Ys
aya..aya wae neng popon kesayangan papa zaldi...lugu bin polos abiz dah...lanjot kk 🤣🤣🤣🤣🤣🤩🥰💝😍😍😍
2022-02-17
0
Siti Chotimah
jadi mantu bang zaldi ini mah sanca....modelan spt Rinto
2022-02-07
0