hi all
author abal abal is back
hehe..
-------------'''''''
Syahdan penasaran ingin bertanya soal cincin itu, tapi dia sadar, dia akan terlihat seperti orang usil jika sampai bertanya pada Lara.
Sepanjang perjalanan, tak ada satu pun diantara mereka yang membuka obrolan. Syahdan melajukan mobilnya dalam diam.
Saat Lara menyuruh berhenti, Syahdan terkejut dan menginjak rem mendadak. Membuat tubuh Lara terpental ke depan. Syahdan refleks menghalangi tubuh Lara dengan tangan kirinya.
Tangan itu berada tepat di kedua dada Lara. Membuat Lara menjerit dan memukul tangan Syahdan berkali-kali.
"Ahh! Awasin tangannya! Apa yang kamu pegang itu? Dasar cabul!" hardik Lara sambil terus memukul tangan Syahdan.
Syahdan segera menarik tangannya.
"Maaf, Lara. Saya tidak bermaksud kurang ajar," jelas Syahdan.
"Lagian kamu, mendadak nyuruh saya berhenti." Syahdan membela diri.
"Saya sudah bilang, saya mau turun, tapi kamu tidak mendengarkan ucapan saya. Kamu sangat fokus melihat jalan, seperti orang melamun," gerutu Lara.
"Lho, ini kan caffe. Kamu bilang mau pulang?" Syahdan bertanya sambil melirik papan nama caffe itu.
"Kamu tidak lihat di sebelah kanan dari caffe itu apa, hah? Itu rumah kontrakan saya, tepat di sebelah caffe," jawab Lara.
"Tapi, saya senang. Kamu tidak panggil saya 'bapak' lagi," ucap Syahdan sembari melempar senyum paling manis dari bibirnya ke arah Lara.
Syahdan heran melihat Lara yang menatapnya tanpa berkedip.
"Hei! Kamu tidak apa-apa, kan? Katanya mau turun?" Syahdan bertanya sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Lara.
Lara terkesiap dan langsung memalingkan wajah seketika. Entah seperti apa wajahnya sekarang. Rasanya bagai terbakar dan merah karena malu. Dia segera membuka pintu mobil dan tidak mengucapkan terima kasih pada Syahdan.
"Hei, apa tidak melupakan sesuatu?" teriak Syahdan membuka setengah kaca mobilnya karena melihat Lara langsung berjalan pergi.
Lara menoleh dan mengernyitkan dahi, berpikir apa yang dia lupakan. Dia melihat kalau dia sudah membawa tasnya lalu apa yang dia lupa. Lara berpikir lama, sampai Syahdan mengingatkan.
"Saya sudah mengantar kamu, seharusnya kamu bilang sesuatu, kan," goda Syahdan dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Lara.
"Gak ikhlas nganterin saya? Harus minta ucapan terima kasih dari saya," gerutu Lara.
"Saya ikhlas. Jika disuruh mengantar jemput setiap hari pun, aku pasti mau. Saya mengatakan itu karena saya masih ingin melihat kamu." Syahdan seketika sadar, bahwa apa yang baru saja dikatakannya itu salah. Bagaimana kalau Lara itu ternyata istri orang?
Lara tertegun mendengar ucapan Syahdan barusan. Merasakan ada perasaan aneh di hatinya. Dia merasa senang mendengarnya, ampai saat Syahdan berlalu pergi melajukan mobilnya, Lara merasa tidak rela.
***
Lara melamun di ruang kerjanya dalam caffe. Zidane yang baru masuk pun heran melihat gadis itu melamun.
"Woii!" Zidane menggebrak meja kerja Lara, membuat dia terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya.
"Astaga! Zidaannn!. Kamu mau buat saya mati jantungan!" teriak Lara dengan wajah kesal.
Zidane hanya terkekeh melihat Lara marah karena dikagetkan olehnya tadi.
"Eh, Non. Lagian lo ngapain, hah? Pagi-pagi ngelamun. Emang lo ga tau apa, gara-gara lo ngelamun, ayam peliharaan gue mati," canda Zidane.
"Emang, kamu memelihara ayam? Sejak kapan? Kok, aku tidak tahu. Di rumah juga aku tidak lihat ada ayam?" Lara bertanya dengan wajah bingungnya.
"Ayo! Gue anter lo ke rumah sakit," ucap Zidane sembari menarik tangan Lara.
Lara menepis tangan Zidane dan dengan kesal mengomeli Zidane.
"Kamu mau apa, sih? Mau membawaku ke rumah sakit segala." Lara berujar dengan kesal.
"Ya, karena lo aneh! Sudah pagi-pagi ngelamun, bengong, bahkan lo nanyain hal aneh," ucap Zidane serius.
"Apa yang aneh?" tanya Lara yang semakin kebingungan.
"Lara, gue sama lo, tinggal dalam satu rumah. Lo tahu sendiri kalo gue tidak memelihara ayam. Lo malah nanyain hal itu sama gue," jawab Zidane.
Lara hanya tersenyum aneh mendengar kekhawatiran Zidane.
"Lihat lo nyengir, gue yakin lo udah sadar dari amnesia sementara lo. Oh, ya, nanti malam teman gue, Bagas, mau ke sini. Gue pengen ngenalin dia sama lo."
"Maaf, Zid, aku tidak bisa. Aku mau pergi menginap selama dua hari. Dari tadi, aku menunggu kamu untuk berunding soal ini," ucap Lara dengan santai.
Tidak dengan Zidane. Dia terkejut dan marah.
"Nginep? Memang ada masalah apa? Kenapa lo harus menginap? La ... gue harus jagain lo karena orang tua lo, udah nitipin lo ke gue. Sekarang kalo lo nginep, gimana gue bisa jagain lo?"
"Apa yang bisa terjadi padaku kalau aku menginap bersama gadis kecil berusia lima tahun," tegas Lara.
"Apa maksud, Lo? Kok bisa, lo berhadapan sama anak kecil?" tanya Zidane dengan pandangan aneh.
Lara pun menceritakan panjang lebar dari awal sampai akhir, tapi tidak menceritakan jika Seren berbohong. Zidane pasti tidak akan mengizinkan jika dia tahu hal itu. Lara terpaksa berbohong demi melindungi gadis kecil itu. Gadis yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengannya.
_______________
sampai sini dulu ya semua
Author lg ga fit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Ratini Pramono
seru nih kayak cerita nya Hasnah
2021-11-09
1
Rahmawaty❣️
mungkin cincin yg dipake lara itu cuma cincin biasa dia yg dia beli kali ya.. syahdan jgn berkecil hati dlu donkk
2021-06-21
1
Widiyanti Cellalu Dinanty
reflek tp ndak mau rugi ayh seren😀😀😀😀
2021-05-08
1