hi all
balik lagi nih author abal abal
kita lanjut ya!!!
semoga kalian suka
please like and comentnya ya
happy readding ya
-----------------------------
Lara berlari ke arah ruang tamu dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya yang memerah. Dia tidak melihat dari arah depan ada pelayan yang berjalan membawa susu coklat untuk Seren.
Tabrakan pun terjadi.
Gubrakk!
"Aahhh!" pekik mereka bersamaan.
Susu yang dibawa pelayan itu tertumpah semua kebaju Lara, tapi Lara tidak memperdulikan hal itu. Justru dia malah khawatir pada si pelayan.
"Bibi, tidak apa-apa, kan? Maaf, Bi. Saya tidak lihat jalan. Saya salah, tolong maafkan saya," ucap Lara dengan menundukkan kepalanya berulang-ulang.
"Saya tidak apa apa, Non. Harusnya saya yang minta maaf. Saya sudah membuat baju, Non, basah semua," jawab bibi pelayan.
"Oh, tidak apa-apa, Bi. Ini salah saya, kok. Tadi, saya lari tanpa melihat jalan di depan saya." Lara menjawab dan tersenyum ke arah pelayan.
"Wanita ini siapa ya? Apa pacarnya Tuan Syahdan, ya? Wanita ini, baik sekali. Jika jadi ibunya Non Seren, pasti dia bakal sayang sekali pada Non Seren." pelayan perempuan setengah baya bertubuh tambun itu membatin seraya menatap wajah gadis cantik didepannya.
Sementara di kamar, Syahdan sedang membasuh tubuhnya di bawah shower di kamar mandi, menengadah di bawah guyuran shower. Dia mengingat bagaimana kagetnya Lara saat melihatnya hanya memakai boxer. Dia tersenyum geli dan bergumam.
"Memangnya dia masih kecil apa? Melihatku hanya memakai boxer saja dia histeris. Bagaimana kalo melihatku telanjang?"
Syahdan segera menyelesaikan ritual mandinya. Berganti baju dan bersiap berangkat ke kantor ekspedisi miliknya. Saat tengah memakai dasi, Syahdan mendengar keributan di ruang tamu.
Dia keluar untuk melihat. Di ruang tamu itu, Lara dan Bi Eli sedang berdebat untuk saling meminta maaf.
Syahdan tidak tahu, tentang apa yang terjadi diantara mereka. Ia hanya menatap mereka dengan heran.
"Ada apa, Bi?" tanya Syahdan pada pelayannya.
"Eng ... ini, Tuan. Saya tidak sengaja menumpahkan susu ke baju Nona ini," jawab si Bibi dengan raut wajah bersalah.
Lara menoleh ke arah Syahdan, menatap manik coklat mata Syahdan. Wajahnya kembali memerah mengingat tadi sempat melihat Syahdan tanpa baju dan hanya memakai boxer. Ia sangat malu.
Syahdan membalas tatapan Lara dengan deheman keras.
"Ekhheemm!"
Lara terlonjak kaget dan mengalihkan pandangan mata yang semula menatap Syahdan, ke arah lain. Syahdan berjalan mendekat ke arah mereka berdua yang belum beranjak dari tempat mereka berdiri sedari tadi.
Lara gemetar dan gugup melihat Syahdan yang berjalan semakin dekat. Syahdan melihat ke arah baju Lara yang terkena tumpahan susu. Sweatter putih yang dipakai Lara ternoda tepat di bagian dadanya.
"M-Maaf, Pak. Saya rasa, saya tidak bisa mulai bekerja hari ini. Karena ... saya tidak membawa baju ganti," ucap Lara dengan gugup.
Mengapa aku gugup seperti ini di hadapannya? batin Lara.
Terdengar suara sepasang kaki berlari menghampiri Lara dari arah belakangnya. Lara menoleh ke belakang, dia mengernyit heran. Gadis kecil yang berlari itu adalah Seren. Gadis kecil itu berlari ke arah Lara tanpa terlihat sakit sedikit pun. Tiba-tiba, saat Seren sudah sampai di hadapan Lara.
Grep!
Seren langsung memeluk kaki Lara dengan gerakan setengah melompat.
Lara yang tidak siap, akhirnya terdorong dan hampir jatuh. Syahdan dengan sigap menahan punggung Lara dengan tubuhnya menjadi tameng di belakang tubuh Lara.
Kedua tangan Syahdan memegang pundak Lara. Tubuh Lara sedikit menempel ke dada bidang Syahdan. Ia mendongak ke arah belakang. Pandangan mereka beradu cukup lama.
Deg! Deg! Deg!
Debaran jantung Lara naik drastis menjadi lebih cepat.
Ternyata bukan hanya Lara yang merasakan hal itu. Debaran aneh itu dirasakan juga oleh Syahdan.
Bi Eli pembantu Syahdan yang belum beranjak dari sana, menatap mereka bertiga dengan senyuman lebar. Pemandangan yang sedang dia saksikan bagaikan sebuah potret keluarga bahagia.
Pemandangan yang tak pernah dia lihat selama menjadi pelayan di rumah itu.
"Tuan, saya permisi ke belakang." Bi Eli memecah keheningan.
Ucapan Bi Eli itu membuat mereka tersadar, jika sedari tadi tak ada yang bergerak dari posisi itu.
"Hem! Seren, kamu hati-hati, Sayang. Hampir saja Tante Lara terjatuh." Syahdan menegur Seren.
Syahdan berujar sambil mendorong pundak Lara ke depan dengan pelan. Menegakkan tubuh Lara agar kembali berdiri dengan benar.
"Lara, hari ini, saya ada meeting di luar kota selama dua hari. Bisakah kamu mulai bekerja hari ini saja? Soal bajumu yang kotor itu, kamu bisa pakai baju alnarhum istri saya dulu. Kamu bisa mengambilnya dari kamarku."
"Anu ... Pak Syahdan, sepertinya Seren baik-baik saja. Melihat bagaimana Seren berlari tadi, sepertinya dia tidak terluka. Itu berarti, saya tidak perlu bertanggung jawab menjadi pengasuh Seren," ucap Lara panjang lebar.
Seren dan Syahdan baru menyadari hal itu. Ia terdiam karena tidak punya jawaban lagi atas pertanyaan Lara. Dia hanya diam mematung.
----------------
ok readders author cuma bisa sampai sini dulu ya
jngn lupa like and koment
biar author bisa lanjut terus ke episod2 selanjutnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Novi Anjar
masa baru bertamu langsung disuruh masuk ke kamar tidur, enggak nunggu di ruang tamu
2022-11-22
1
Vina Nayla
wkkwk
2022-06-13
0
Ratini Pramono
serem printer banget ya...mau punya mama sambung buat papah ny...
2021-11-09
1