Pengasuh Cantik Sang Putri CEO
"Hahaha."
Suara seorang wanita tertawa itu begitu menggelitik gendang telinga Syahdan. Dia menoleh ke asal suara itu. Tanpa sadar ia bergumam.
"Suaranya merdu, serasi dengan wajah cantiknya."
Syahdan lupa jika ia tidak datang sendiri ke resto itu, tapi dengan gadis cantik yang sekarang sedang menatapnya dengan aneh dari kursi di sampingnya.
"Hem." Gadis itu berucap sembari melihat ke arah dimana mata Syahdan tertuju.
"Pa, Papa suka ya sama Tante cantik itu?" sambungnya.
Ya. Gadis disampingnya itu adalah gadis cilik berumur lima tahun. Dia putri satu-satunya Syahdan, Serenia Azwar. Anak yang dirawat seorang diri sedari bayi, karena istrinya mengalami pendarahan saat melahirkannya. Syahdan menatap putrinya dengan heran, karena gadis kecilnya bertanya seperti itu.
"Gak kok, Sayang."
"Papa mau gak, kalo Selen bantuin Papa buat dekat sama Tante itu?" tanyanya dengan wajah berbinar dan logat bicara yang masih cadel. Usianya 4 tahun lebih, tapi kata dokter lidahnya sedikit lebih pendek, jadi agak kesulitan mengucapkan huruf R.
"Ya, sudah. Aku pulang dulu, ya, Rin." Wanita itu berpamitan pada teman makannya, seorang wanita juga.
"Pa, buluan! Mau Selen bantu gak? Nanti kebulu si Tante cantiknya pelgi."
"Jangan, deh, Sayang. Papa gak mau kalau kamu ma ...." Ucapan Syahdan terhenti saat terdengar bunyi sesuatu terjatuh di depan meja.
Brukk!
"Ahh," teriak wanita itu.
"Huwaahhh, hiks hiks." Secepatnya Syahdan menggendong putrinya yang terjatuh karena tertabrak wanita itu.
"Maaf, Pak, saya gak sengaja," ucap wanita itu dengan raut wajah khawatir melihat gadis kecil dalam gendongan Syahdan.
"Sayang, kamu tidak apa-apa kan? Ada yang sakit?" Wanita itu bertanya sambil mengusap punggung seren karena khawatir.
"Tidak apa-apa, sepertinya tidak ada yang serius dengan luka putriku," jawab Syahdan untuk meredakan kekhawatirannya.
"Kata siapa Selen gak apa-apa, Pah? Kaki Selen sakit, tangan Selen sakit. Nanti, kalo Papa kelja Selen gak bisa makan sendili. Selen gak mau tahu, Tante halus lawat Selen sampe sembuh!" Dengan cadel tapi lancar Seren terus bicara tanpa berhenti. Syahdan melihat keterkejutan di mata bulat bermanik coklat itu.
"Aduh, Sayang, Tante gak bisa. Gimana kalau Tante sewain perawat buat kamu, Sayang?"
Sepertinya, anakku sedang mencoba mendekatkan aku dengan wanita ini, pikir Syahdan dalam hati.
"Gak mau! Selen mau Tante aja, kalau gak Selen bakal nangis nih," ancam Seren.
"Uwahhh ... hiks ... hiks ...huuu ...."
"Nanti Papa saja, ya, yang urus kamu, Sayang," bujuk Syahdan.
"Gak mau!"
"Ok, Sayang. Tante mau, tapi sudah ya, jangan nangis lagi, nanti hilang manisnya."
Syahdan sama sekali tidak menyangka jika wanita itu akan setuju.
"Terima kasih, ya, karena sudah setuju merawat putriku. Oh, ya. Perkenalkan, saya Syahdan Azwar dan putriku dia, Serenia Azwar." Syahdan memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan padanya.
"Saya Lara Zavina," jawabnya dan membalas uluran tangan Syahdan.
Ada getaran aneh yang dirasakan pria itu saat berjabatan tangan dengannya. Perasaan yang sama saat pertama kali ia jatuh cinta pada istrinya. Mungkinkah ia jatuh cinta kepada Lara pada pandangan pertama.
Wanita itu begitu cantik, hidung yang sedikit mancung, bibir tipisnya yang dipoles sedikit dengan lipstik warna pink. Entah kenapa, Syahdan jadi membayangkan sesuatu, pasti manis sekali jika bibir itu dikecup.
Ah, ini pasti efek aku sudah terlalu lama sendiri. Aku jadi berpikir mesum pada wanita yang baru aku kenal ini, pikir Syahdan.
"Bapak, sedang melamunkan apa?"
"Ah, tidak ada," ucapnya dengan sedikit tegang. Apakah gadis itu bisa membaca pikiranku? Semoga saja, tidak.
"Ya sudah, saya minta alamatnya. Besok, saya akan datang ke rumah, Bapak."
"Oh, iya. Ini kartu nama saya. Di situ ada alamat lengkapnya juga." Syahdan menyodorkan kartu namanya dan Lara langsung mengambilnya.
"Kalau begitu, saya permisi. Saya masih ada urusan."
Lara berbalik pergi setelah berpamitan pad Syahdan. Pria itu terus menatap punggung Lara yang semakin menjauh. Sampai suara cadel putrinya mengejutkan Syahdan.
"Pah. Selen mau Tante Lala jadi ibu Selen."
"Sayang, Papa kan baru kenal sama Tante Lara. Masa Papa langsung menjadikan Tante Lara sebagai ibu kamu, Sayang."
"Hah." Seren mendesah dengan lesu.
"Ok, Sayang. Sekarang kita pulang dan tunggu Tante Lara datang besok.
***
Syuurr!
Suara air dari kran shower mengguyur tubuh Syahdan. Pulang dari mall Seren tertidur dalam gendongannya. Ia langsung membaringkan seren di kamarnya, sedangkan ia merasa gerah karena belum mandi dari siang. Setelah menjemput Seren di TK Pelita tadi siang, gadis kecil itu ingin pergi bermain ke mall sembari membeli boneka barbie kesukaannya.
Dalam guyuran shower ia tak mengerti, kenapa bayangan Lara selalu menari-nari di benaknya. Mata bulat bermanik coklat, bulu mata lentik, pinggangnya yang ramping, dan bibirnya benar-benar membuat Syahdan tergoda.
Selesai mandi ia merebahkan tubuhnya di kasur king size di kamar. Kebiasaan Syahdan adalah tidur hanya memakai boxer. Ia mulai mengantuk, pandangannya mulai mengabur dan lambat laun semuanya gelap. Ia tertidur dengan pulas tanpa mengunci pintu.
***
Kriing! Kriing! Kriing!
Suara alarm membangunkan Syahdan.
"Hoam. Ah, kenapa rasanya malas sekali hari ini. Lara, pagi ini akan datang ke rumah, tidur sebentar lagi sambil menunggu Lara datang," ia memejamkan matanya kembali.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi, Pak. Saya Lara," ucapnya di depan pintu.
Ceklek!
Pintu terbuka.
"Ya. Maaf, Non, cari siapa ya?" Bi Eli menatap dengan heran.
"Saya Lara, Bi. Saya ada janji dengan Pak Syahdan."
"Sebentar, ya, Non. Saya panggilkan Tuan. Oh iya, masuk dulu, Non." Bi Eli mempersilakan Lara masuk. Setelah itu, dia menaiki tangga ke lantai dua untuk membangunkan tuannya.
Tok! Tok! Tok!
"Tuan, ada tamu. Katanya sudah ada janji, namanya Non Lara," ucap Bi Eli melaporkan.
"Suruh naik aja sini, Bi!" Syahdan menyuruh Bi Eli membawa Lara ke kamarnya. Dia lupa jika dia tidak memakai piyama tidur. Terdengar suara kaki mendekati kamar Syahdan.
"Ini kamarnya, Non," tunjuk Bi Eli.
"Oh. Terima kasih, Bi." Lara berdiri dengan ragu di depan pintu. Sudah bangun atau belum, ya? tanya Lara dalam hati. Lara ragu-ragu untuk mengetuk pintu kamar Syahdan.
"Hm, hm." Lara berdehem menyiapkan nyali untuk mengetuk.
Tok! Tok! Tok!
Tidak ada sahutan dari dalam. Lara kembali mengetuk pintu itu, sampai terdengar jawaban dari dalam kamar.
"Masuklah!"
Lara membuka pintu itu dan melangkah masuk. Pemandangan pertama yang dilihat Lara adalah sosok lelaki setengah tertidur yang menutup matanya dengan telapak tangan. Pandangan Lara tertuju pada lelaki di ranjang itu. Tubuh atletis dengan sixpack yang benar seksi. Tiba-tiba Syahdan bangun dan berdiri, lalu menghampiri Lara.
"Aahh!" Lara menutup mata dan berteriak saat melihat Syahdan berdiri hanya dengan memakai boxer.
"Shh! Kencang sekali teriakanmu, Nona."
Lara berlari keluar kamar dan menutup pintu kamar itu.
Brakk!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Reza Indra
😍😍😍
2022-08-22
0
Muawanah
aku baru mampir nieh kak 😊
2022-05-26
1
Ratini Pramono
lagian itu orang baru kenal udah langsung suruh masuk kqmar hmmm 🤔🤔🤔🤔🤔
2021-11-09
1